Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Suhartini
"Perilaku merupakan semua mobilitas satwa yang dipengaruhi oleh asosiasi antara satwa dengan lingkungan. Perilaku pada gajah meliputi perilaku sosial (kelompok), perilaku individu, perilaku asuh, dan sebagainya. Salah satu perilaku gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) yaitu perilaku asuh. Induk gajah dalam mengasuh anaknya bersifat protektif, sehingga selalu mengikuti pergerakan anaknya. Peralihan habitat ke penangkaran menyebabkan ruang gerak terbatas, sehingga konservasi ex-situ harus menjamin kesejahteraannya. Penelitian ini bertujuan menganalisis perilaku asuh induk gajah sumatra serta pengelolaan kesejahteraannya, sehingga gajah dapat berperilaku alami dan anak gajah dapat diasuh dengan baik oleh induknya. Subjek penelitian ini yaitu 1 induk gajah (Sinta) dan 1 anak gajah betina (Arinta). Metode pada penelitian ini yaitu focal animal sampling dan ad libitum sampling. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 9 perilaku asuh induk dengan durasi rata-rata tertinggi yaitu perilaku menyusui 10,46 menit dan terendah yaitu perilaku mengajari 0,63 menit serta perilaku asuh induk dengan persentase tertinggi yaitu perilaku mendekat 31,46% dan terendah yaitu perilaku mandi 0,70%. Kesejahteraan induk dan anak gajah di kebun binatang Gembira Loka, Yogyakarta termasuk kategori sangat baik. Hasil Uji Korelasi Jenjang Spearman (2-tailed) dengan SPSS Statistic 22.0, durasi perilaku menyusui (ρ = 0,013) dan perilaku mengikuti (ρ = 0,036) berkorelasi signifikan terhadap jumlah pengunjung.

Behaviour is all the mobility of animals that are influenced by the association between animals and their environment. Behaviour in elephant includes social behavior (group), individual behavior, maternal care behavior, and several other behavior. One of the behavior of sumatran elephant (Elephas maximus sumatranus) is maternal care. The mother elephant in raising her calf will be protective, it will always follow the movement of her calf. The transition of habitat into a captivity causes limited space for movement and then the ex-situ conservation must ensure their welfare. This study to analyze the maternal care behavior of the sumatran elephant and the management to its welfare aspects, so that the elephant can behave naturally and the calf can be properly cared for by its mother. The subjects in this study were 1 mother sumatran elephant (Sinta) and 1 sumatran elephant calf (Arinta). The metods in this study are focal animal sampling and ad-libitum sampling. Based on the result of this study, there 9 maternal care behaviours with the highest duration shown by breastfeeding behavior 10,46 minutes and the lowest shown by teaching behavior 0,63 minutes as well as maternal care behaviours with the highest percentage shown by approaching behavior 31,46% and the lowest shown by bathing behavior 0,70%. The welfare of mother and calf sumatran elephant in the Gembira Loka Zoo, Yogyakarta is very good category. The results of test Spearman Rank Correlation (2-tailed) with SPSS Statistic 22.0, the duration of breastfeeding behavior (ρ = 0,013) and following behavior (ρ = 0,036) were significantly correlated with the number of visitors."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiti Aigaka
"Banteng jawa (Bos javanicus javanicus) merupakan spesies yang terancam punah akibat berbagai aktivitas manusia, sehingga perlu dilakukan konservasi secara ex-situ seperti di Taman Margasatwa Ragunan. Masalah baru, yaitu inbreeding, terjadi sehingga dilakukan pertukaran individu banteng jawa berdasarkan rekomendasi Global Species Management Plans (GSMP) untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku reproduksi dan interaksi banteng jawa jantan dan betina yang dipasangkan melalui program GSMP. Subjek penelitian ini adalah satu individu banteng jawa jantan (J1) asal Taman Margasatwa Ragunan, yang dipasangkan dengan satu banteng jawa betina (B1) asal Taman Safari Prigen, serta satu banteng jawa betina (B2) asal Taman Margasatwa Ragunan. Penelitian dilakukan selama dua bulan (Januari—Maret 2024) sebanyak 5 (lima) kali dalam sepekan. Metode penelitian yang digunakan merupakan scan sampling dan ad libitum dengan interval 5 (lima) menit tanpa jeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase perilaku harian tertinggi pada J1 dan B1 merupakan perilaku makan, diikuti dengan perilaku istirahat dan lokomosi. Persentase perilaku sosial positif, seperti approaching dan allogrooming, antara J1 dengan B1 tinggi, tetapi agonistic action juga cukup tinggi. Perilaku sosial yang paling dominan teramati merupakan perilaku approaching yang dilakukan J1 terhadap B1. Perilaku reproduksi berupa sniffing genitalia, licking genitalia, dan flehmen dapat teramati. Persentase perilaku reproduksi antara J1 dengan B1 yang dipasangkan lebih rendah dibandingkan J1 dengan B2, sedangkan perilaku mounting hingga kopulasi tidak teramati.

Javan banteng (Bos javanicus javanicus) is a species that is categorized endangered due to various human activities that lead to the need for ex-situ conservation, such as in Taman Margasatwa Ragunan. Another problem that is inbreeding occurred, then the javan banteng were exchanged based on the recommendations of the Global Species Management Plans (GSMP) to solve this problem. This study aims to analyze the reproductive behavior and interactions of male and female javan banteng that was paired through the GSMP. The subject of this study was a male javan banteng (J1) from Taman Margasatwa Ragunan that was paired with a female javan banteng (B1) from Taman Safari Prigen, and a female javan banteng (B2) from Taman Margasatwa Ragunan. This study was conducted from January to March 2024 for 5 days a week. The research methods used were scan sampling and ad libitum with 5 minutes intervals without pause. The results showed that the highest percentage of daily behavior of J1 and B1 was eating behavior, followed by resting and locomotion behavior. Percentage of positive social behaviors, such as approaching and allogrooming between J1 and B1 was high, but the agonistic actions was also quite high. The most dominant social behavior observed was approaching behavior of J1 towards B1. Reproductive behaviors such as sniffing genitalia, licking genitalia, and flehmen were observed. Reproductive behaviors between J1 and B1, that was paired, are found lower than J1 and B2. Mounting and copulation behavior were not observed."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Irfan Afifudin
"Anoa dataran rendah kini berstatus terancam punah sehingga perlu dikonservasi secara ex-situ seperti di Taman Margasatwa Ragunan (TMR). Ditemukannya kasus perkawinan sedarah anoa di TMR mendorong mereka untuk terlibat dalam program collaborative captive breeding antarhabitat ex-situ di bawah pedoman Global Species Management Plan (GSMP) untuk meningkatkan keragaman genetik anoa. Penelitian ini bertujuan menganalisis perilaku sosial dan reproduksi anoa jantan di TMR untuk mengevaluasi kesiapannya sebelum dipasangkan dengan anoa betina hasil pertukaran. Pengamatan terhadap satu ekor anoa jantan dewasa dilakukan selama 2 bulan (Januari—Maret 2024) dengan metode scan sampling dan ad libitum, mencakup 60 sampling point dari 38 hari pengamatan. Hasil menunjukkan variasi aktivitas harian dan kecenderungan berinteraksi secara sosial dan reproduktif oleh anoa jantan, ditandai dengan perilaku approaching, vocalization, dan sniffing (termasuk flehmen) meski terhalang pagar pemisah dengan anoa betina di kandang sebelahnya. Anoa jantan secara keseluruhan menunjukkan ketertarikan dan pendekatan aktif untuk berinteraksi sosial dan reproduksi, sehingga dapat mendukung potensi keberhasilan program breeding.

The lowland anoa is an endangered species which requires ex-situ conservation efforts like those at Taman Margasatwa Ragunan (TMR). Inbreeding cases discovered at TMR prompted their participation in a collaborative captive breeding program guided by the Global Species Management Plan (GSMP) aimed at increasing the genetic diversity of anoa. This study focused on observing the social and reproductive behavior of a male anoa at TMR as part of evaluating his readiness to be paired with an exchange-bred female anoa. The observation of one adult male anoa was conducted for two months (January—March 2024) using scan sampling and ad libitum method, covering 60 sampling points from 38 observation days. The results revealed that male anoa engaged in various daily activities and exhibited a propensity for social and reproductive behaviors, such as approaching, vocalization, and sniffing (including flehmen), despite being separated by fences from a female anoa in the adjacent enclosure. The overall observations suggest that male anoa displayed interest and actively sought social and reproductive interactions, supporting the potential success of the breeding program."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaldin Jiyan Nugraha
"Lutung budeng (Trachypithecus auratus), primata endemik Indonesia berstatus rentan (VU), menghadapi penurunan populasi sehingga studi perilaku di fasilitas konservasi ex-situ krusial untuk mendukung pelestariannya. Penelitian ini bertujuan menganalisis pola perilaku harian dan interaksi sosial tiga individu lutung budeng (jantan dewasa J1, betina dewasa B dengan neonatal, jantan muda J2) dalam kelompok dengan struktur unik di Pusat Primata Schmutzer (PPS), Taman Margasatwa Ragunan, selama Januari-Maret 2025. Pengamatan perilaku makan, istirahat, bergerak, serta interaksi sosial (afiliatif, agonistik, seksual) dilakukan menggunakan metode scan sampling dan ad-libitum, dengan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil menunjukkan istirahat sebagai perilaku harian dominan (B 49,96%; J1 47,41%; J2 41,94%). Jantan muda (J2) menunjukkan aktivitas makan (21,38%) dan lokomosi (36,69%) tertinggi, sedangkan betina (B) menunjukkan lokomosi terendah terkait pengasuhan neonatal. Interaksi sosial didominasi perilaku afiliatif (90,63−99,77%), terutama duduk berdekatan, dengan kejadian tertinggi pada interaksi J1-B, dan tingkat agonistik yang sangat rendah. Perilaku seksual produktif hanya teramati pada interaksi J1-B, yang berkontribusi pada keberhasilan reproduksi berkelanjutan (kelahiran J2 dan neonatal). Disimpulkan bahwa lutung budeng di PPS menunjukkan adaptasi yang baik, tercermin dari perilaku alami normal, ketiadaan perilaku stereotipe, dan dinamika sosial yang stabil.

The ebony langur (rachypithecus auratus), an endemic Indonesian primate classified as vulnerable (VU), is facing a population decline, rendering behavioural studies in ex-situ conservation facilities crucial for supporting its preservation. This research aimed to analyse the daily behavioural patterns and social interactions of three ebony langur individuals (adult male J1, adult female B with a neonate, and juvenile male J2) within a uniquely structured group at the Schmutzer Primate Centre (SPC), Taman Margasatwa Ragunan, from January to March 2025. Observations of feeding, resting, and movement behaviours, alongside social interactions (affiliative, agonistic, sexual), were conducted using scan sampling and ad-libitum methods, with quantitative descriptive analysis. The results indicated that resting was the predominant daily behaviour (B 49,96%; J1 47,41%; J2 41.94%). The juvenile male (J2) exhibited the highest levels of feeding (21,38%) and locomotion (36,69%), whilst the female (B) displayed the lowest locomotion, associated with neonatal care. Social interactions were dominated by affiliative behaviours (90,63-99,77%), primarily sitting in close proximity, with the highest frequency observed in the J1-B interaction, and very low levels of agonistic behaviour. Productive sexual behaviour was only observed in the J1-B interaction, contributing to sustained reproductive success (the births of J2 and the neonate). It was concluded that the ebony langurs at SPC demonstrate good adaptation, reflected in their normal natural behaviours, the absence of stereotypical behaviours, and stable social dynamics. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library