Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachel Ethelind
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Extended Spectrum Beta Lactamase ESBL merupakan salah satu dari kelompok beta lactamase yang dapat menghidrolisis sefalosporin generasi ke-3, penisilin, dan aztreonam. Kejadian ini dapat menyebabkan gagal terapi pada pasien yang terinfeksi bakteri tersebut. Di Indonesia, data yang tersedia mengenai prevalensi Klebsiella pneumoniae yang memproduksi ESBL masih sangat terbatas. Metode: Sampel diambil dari seluruh data isolat Klebsiella pneumoniae dari WHO.net Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dari tahun 2009 sampai tahun 2014. Selanjutnya, data isolat dianalisis dan dibandingkan setiap tahun menggunakan uji chi-square, SPSS versi 16. Hasil: Jumlah seluruh isolat K. pneumoniae dari tahun 2009-2010 sebanyak 555 isolat. Prevalensi K. pneumoniae penghasil ESBL pada tahun 2009-2010 menurun 31.1 menjadi 17.4 secara signifikan p0.05 . Dari tahun 2011-2014 prevalensi mengalami kenaikan secara berturut turut 9.4 , 10 , 10.2 , 12.1 , walaupun secara statistic tidak signifikan. Jika prevalensi K. pneumoniae penghasil ESBL dibandingkan pada tahun 2009 dengan tahun 2014, terdapat penurunan yang signifikan.
ABSTRACT
Background Extended Spectrum Beta Lactamase ESBL is one of beta lactamases group that hydrolyzes third generation cephalosporin, penicillin, and aztreonam. This event might cause failure in treating the patients infected with Klebsiella pneumoniae due to resistance problem. In Indonesia, there is still inadequate data regarding ESBL producing K. pneumoniae. Method Samples were obtained from all Klebsiella pneumoniae isolates data from WHO.net in Microbiology Department, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia from 2009 to 2014. Therafter, data was analyzed and compared year by year using chi square test, SPSS version 16. Results The total of K. pneumoniae in 2009 2014 was 555 isolates. There was a marked decrease p0.05 from 2010 to 2011 17.4 to 9.4 . Unfortunately, it then increased from 2011 until 2014 9.4 , 10 , 10.2 , 12.1 respectively , although it was insignificant p 0.05 . Moreover, if we compare the prevalence of ESBL producing K. pneumoniae in 2009 and 2014, we found a significant decreased prevalence.
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Iranti
Abstrak :
Resistensi antibiotika merupakan tantangan dalam praktik kedokteran. Salah satu prevalensi resistensi yang cenderung meluas secara global adalah terhadap Enterobacteriaceae penghasil ESBL, suatu kelompok bakteri yang mampu menghancurkan antibiotika beta-laktam, seperti halnya E. coli dan K. pneumoniae. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kepekaan antibiotika golongan kuinolon dan karbapenem terhadap bakteri penghasil ESBL berdasarkan data yang diperoleh dari LMK FKUI sepanjang tahun 2018-2019. Hasil penelitian menunjukan bahwa prevalensi E. coli dan K. pneumoniae ESBL positif, kurang dari 5% terhitung tahun 2018 hingga 2019. Prevalensi terbanyak berasal dari kisaran usia > 50 tahun dengan jenis kelamin perempuan. Secara umum sensitivitas ESBL terhadap antibiotika golongan kuinolon kurang dari 50% terhadap E. dan K. pneumoniae ESBL positif dari total 7 pasien yang diperiksa. Sementara itu, sensitivitas antibiotika golongan karbapenem terhadap E. coli dan K. pneumoniae ESBL positif mencapai 100% dari total 7 pasien yang diperiksa. Saran untuk menurunkan prevalensi infeksi ESBL dapat dilaksanakan melalui pengendalian infeksi, meningkatkan kesiagaan transmisi, dan pengendalian tingkah laku dalam penggunaan antibiotika.
Antibiotic resistance is considered as a challenging issue in the field of medicine. One of the highest prevalences of antibiotics resistance which tends to constantly increase occurs amongst Enterboacteriaceae that produces extended spectrum beta lactamase (ESBL) such as E. coli and K. pneumoniae, a group of enzyme-producing bacteria that could hydrolyze the beta lactam components. This study aims to compare the sensitivity of class of antibiotics quinolone and carbapenem towards the incidences of ESBL infection during the periods of 2018-2019 at the Clinical Microbiology Laboratory of Faculty of Medicine University of Indonesia. The results showed that the prevalence of both E. coli and K. pneumoniae infection were less than 5%, both in 2018 and 2019. The highest prevalence of ESBL infection occured in females aged 50 and above. Generally, the sensitivity of ESBL towards class of quinolone were less than 50% from total of 7 patients that examined. On the otherside, the sensitivity of ESBL towards class of carbapenem reached 100% from total of 7 patients that examined. From this study, it can be suggested to decrease the prevalence of ESBL infections, several measures that should be applied are controlling and preventing the infection, increasing the awareness of transmission-based precautions, and improving rationalization patients behavior of antibiotics.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Masra Lena
Abstrak :
Latar belakang. Bakteremia yang disebabkan oleh kuman resisten antibiotik Escherichia coli (E. coli) penghasil Extended-Spectrum Beta-Lactamase (ESBL) dipengaruhi beberapa faktor risiko. Kondisi ini dapat berlanjut menjadi sepsis yang dapat meningkatkan tingginya morbiditas dan mortalitas. Prevalensi bakteremia yang disebabkan E. coli penghasil ESBL cukup tinggi mencapai 57,7%. Pentingnya melakukan penelitian untuk mengevaluasi faktor risiko pada terjadinya bakteremia E. coli penghasil ESBL yang dapat menyebabkan tingginya biaya perawatan dan penggunaan antibiotik yang tidak sesuai di awal sebagai antisipasi terhadap kejadian mortalitas. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor risiko bakteremia E. coli penghasil ESBL dan menentukan faktor risiko terhadap mortalitas. Metode. Penelitian kohort retrospektif menggunakan data rekam medis pasien kultur darah positif E. coli yang di rawat pada dua Rumah Sakit Rujukan di Jakarta yaitu Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan periode Januari sampai Desember 2019. Faktor risiko terjadinya ESBL yang dicari sesuai dengan kepustakaan adalah usia, komorbiditas berdasarkan indeks Charlson, pemakaian alat medis, riwayat terapi antibiotik dan riwayat perawatan sebelumnya serta faktor risiko terhadap mortalitas. Uji bivariat perbedaan dua kelompok kategorik (Chi-square atau Fisher) dan uji regresi logistik multivariat dilakukan untuk menentukan faktor yang berpengaruh terhadap bakteremia ESBL dan mortalitas. Hasil. Total 116 subjek dalam kurun waktu penelitian dengan usia ≥18 tahun sebanyak 81% subjek, didominasi 52,6% berjenis kelamin laki-laki. Sumber lokasi infeksi terbanyak berasal dari saluran cerna dan intra abdomen yang ditemukan pada 43 subjek (37,1%) dan sebanyak 54 subjek (46,6%) memiliki komorbiditas keganasan. Faktor risiko yang bermakna secara statistik pada seluruh subjek adalah riwayat terapi antibiotik (adjusted OR 2,78; IK95% 1,20–6,45; p=0,017) dan pemakaian alat medis (adjusted OR 3,21; IK95% 1,10–9,34; p=0,033), sementara pada pasien ≥18 tahun (94 subjek) hanya faktor riwayat terapi antibiotik yang bermakna (adjusted OR 2,77; IK95% 1,13 – 6,81; p= 0,027). Tidak terdapat perbedaan mortalitas antara bakteremia E.coli penghasil ESBL dan non-ESBL (p=0,059). Proporsi mortalitas bakteremia E. coli penghasil ESBL adalah 55,7% dan faktor risiko mortalitas yang bermakna adalah usia (adjusted OR 15,0; IK95% 1,54–146,0; p=0,020) dan sepsis (adjusted OR 6,5; IK95% 1,91–22,16; p=0,003). Simpulan. Faktor risiko terjadinya bakteremia E. coli penghasil ESBL adalah riwayat terapi antibiotik dan pemakaian alat medis. Lebih dari separuh pasien mengalami mortalitas dan faktor risiko yang berhubungan adalah usia dan sepsis. ......Background. Bacteremia caused by the Extended-Spectrum Beta-Lactamase (ESBL)-producing Escherichia coli (E. coli) causing septicaemia and lead to high morbidity and mortality. Factors to ESBL bacteremia are important to recognize soon as patient admitted to hospital since the prevalence of ESBL bacteremia is as high as 57,7% among admitted patient to hospital. The understanding of the risk factors ESBL-producing E. coli bacteremia give the opportunity to provide costs effective treatment costs and antibiotics use to save the lives. This study aims to identify and analyze the risk factor in bacteremia patients with ESBL producing E. coli and its mortality. Methods. A retrospective cohort study based on medical record data on all patients with a confirmed positive E. coli blood culture examinations were collected from January to December 2019 at two referral hospital in Jakarta, Cipto Mangunkusumo National Hospital and Persahabatan Hospital. Identified risk factors for ESBL-producing E. coli bacteremia were age, comorbidities based on the Charlson index, medical devices, history of hospitalization and history of antibiotics therapy including risk factors on mortality. Bivariate analysis of categorical group differences (Chi-square or Fisher test) and multivariate analysis with logistic regression tests were performed to identify the correlation of these factors to ESBL bacteremia and mortality. Results. A total of 116 subjects E. coli bacteremia were included, eighty one percent of subjects ≥18 years old and 52.6% was male. The common site of infection was gastrointestinal tract 37.1% (43 subjects) and 54 subjects (46.6%) had malignancy comorbidity. History of antibiotic therapy (adjusted OR 2.78; 95%CI 1.20–6.45; p=0.017) and medical devices (adjusted OR 3.21; 95%CI 1.10–9.34; p=0.033) were associated with ESBL bacteremia. Among patients ≥18 years old (94 subjects) marely the history of antibiotics (adjusted OR 2.77; 95% CI 1.13 – 6.81; p= 0.027) was associated with ESBL-producing E. coli bacteremia. Mortality among bacteremia ESBL and non-ESBL-producing E. coli were not significantly different (p=0.059). Mortality was found 55,7% among ESBL-producing E. coli bacteremia and associated independent risk factors were age (adjusted OR 15.0; 95%CI 1.54–146.0; p=0.020) and sepsis (adjusted OR 6.5; 95%CI 1.91–22.16; p=0.003). Conclusion. The risk factors for ESBL-producing E. coli bacteremia patients were a history of antibiotic therapy and medical devices. High mortality was found in patient with ESBL-producing E.coli bacteremia and the risk factors was associated with mortality were age and sepsis.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library