Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hana Shaffiyah Shalihah
"Prevalensi obesitas sentral di DKI Jakarta dari tahun 2007 hingga 2018 terus meningkat. Selain itu, populasi wanita merupakan penderita obesitas sentral terbanyak dibandingkan pria. Faktor gaya hidup dan faktor sosideomografi dapat menjadi faktor seseorang mengalami obesitas sentral. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara faktor gaya hidup dan faktor sosiodemografi dengan obesitas sentral pada wanita di DKI Jakarta berdasarkan data Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular (SIPTM) 2020. Metode yang digunakan adalah desain studi cross sectional pada data SIPTM 2020. Variabel Independen terdiri dari faktor gaya hidup (status merokok, status konsumsi sayur dan buah, status konsumsi alkohol, dan aktivitas fisik) dan faktor sosiodemografi (usia, status perkawinan, tingkat pendidikan, dan pekerjaan). Obesitas sentral merupakan variabel dependen. Wanita yang merokok memiliki peluang lebih besar untuk mengalami obesitas sentral dibandingkan wanita yang tidak merokok (PRCrude:1,177;95% CI: 1,126 – 1,230;nilai p=0,000). Wanita yang kurang konsumsi sayur dan buah memiliki peluang lebih besar mengalami obesitas sentral dibandingkan wanita yang cukup konsumsi sayur dan buah (PRCrude:1,291;95% CI: 1,260 – 1,322;nilai p=0,001). Wanita yang mengonsumsi alkohol memiliki peluang lebih besar untuk mengalami obesitas sentral dibandingkan wanita yang tidak konsumsi alkohol (PRCrude:1,929;95% CI: 1,397 – 2.663 ;nilai p=0,001). Wanita yang kurang aktivitas fisik memiliki peluang lebih besar mengalami obesitas sentral dibandingkan wanita yang cukup aktvitas fisik (PRCrude:1,472;95% CI: 1,437 – 1,508;nilai p=0,001). Wanita dengan usia 51 tahun keatas memiliki peluang paling besar mengalami obesitas sentral dibandingkan wanita usia 15-27 tahun (PRCrude:1,851;95% CI: 1,798 – 1,906; nilai p=0,001). Wanita yang menikah memiliki peluang paling besar mengalami obesitas sentral dibandingkan wanita yang belum menikah (PR crude=1,840;95%CI: 1,795—1,885;nilai p=0,001). Wanita dengan pendidikan rendah memiliki peluang paling besar mengalami obesitas sentral dibandingkan wanita pendidikan tinggi (PR crude= 1,112;95% CI: 1,074 – 1,151;nilai p=0,001).Wanita yang tidak bekerja memiliki peluang lebih besar mengalami obesitas sentral dibandingkan wanita yang bekerja (PRCrude:1.10795% CI: 1,085 – 1,131;nilai p=0,001). Faktor gaya hidup dan faktor sosiodemografi secara statistik berhubungan dengan obesitas sentral (p<0,05). Hubungan antara gaya hidup dengan obesitas sentral paling tinggi ditemukan pada wanita yang mengonsumsi alkohol. Hubungan antara faktor sosiodemografi dengan obesitas sentral paling tinggi ditemukkan pada wanita usia diatas 51 tahun.

The prevalence of central obesity in DKI Jakarta from 2007 to 2018 continues to increase. In addition, the female population is the most central obesity sufferer than men. Lifestyle factors and sosideomographic factors can be a factor in a person experiencing central obesity. To analyze the relationship between lifestyle factors and sociodemographic factors with central obesity in women in DKI Jakarta based on data from the Information System for Non-Communicable Diseases (SIPTM) 2020 .Cross sectional study design was used towards SIPTM 2020 data. Independent variables arelifestyle factors (smoking status, vegetable and fruit consumption status, alcohol consumption status,and physical activity ) and sociodemographic factors( age, marital status, education level,and occupation). Central obesity is the dependent variable.Women who smoked had a greater chance of central obesity than women who did not smoke (PRCrude: 1.177; 95% CI: 1.126 - 1.230; p value = 0,001). Women who consume less vegetables and fruit have a greater chance of central obesity than women who consume enough vegetables and fruit (PRCrude: 1,291; 95% CI: 1,260 - 1,322; p value = 0,001). Women who consumed alcohol had a greater chance of central obesity than women who didn’t consume alcohol (PRCrude: 1,929; 95% CI: 1,397-2663; p value = 0,001). Women who lacked physical activity had a greater chance of central obesity than women with adequate physical activity (PRCrude: 1.472; 95% CI: 1.437 - 1.508; p value = 0,001). Women aged 51 years and over had the greatest chance of central obesity than women aged 15-27 years (PRCrude: 1.851; 95% CI: 1.798 - 1.906; p value = 0.000). Married women had the greatest chance of central obesity than unmarried women (crude PR = 1,840; 95% CI: 1,795-1,885; p value = 0,001). Women with low education have the greatest chance of central obesity than women with higher education (crude PR = 1.112; 95% CI: 1.074 - 1.151; p value = 0,001). Women who don’t work have a greater chance of central obesity than women who work (PRCrude: 1.10795% CI: 1.085 - 1.131; p value = 0,001).Lifestyle factors and sociodemographic factors were statistically associated with central obesity (p <0.05). Association between lifestyle factors and central obesity was found highest among women who consume alcohol. Association between sosiodemographic factors and central obesisty was found highest among women aged 51 years and over. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Tumonglo
"Pasien diabetes melitus tipe 2 berisiko tinggi mengalami penurunan fungsi kognitif yang dapat berkembang menjadi penyakit Alzheimer dan memperburuk manajemen mandiri pasien, termasuk manajemen pengobatan mandiri. Akan tetapi, tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan primer tidak rutin melakukan pemeriksaan fungsi kognitif. Selain itu, belum diketahui faktor lain yang memengaruhi penurunan fungsi kognitif. Maka dari itu, diperlukan analisis faktor-faktor yang memengaruhi fungsi kognitif pasien diabetes melitus tipe 2 agar menjadi dasar dalam pengambilan langkah tindak lanjut yang tepat. Penelitian potong lintang ini dilakukan untuk menilai prevalensi penurunan fungsi kognitif pada pasien diabetes melitus tipe 2 dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi fungsi kognitif pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan. Sebanyak 101 subjek penelitian diperoleh menggunakan metode consecutive sampling. Data diperoleh melalui observasi rekam medis, wawancara, dan pengukuran langsung. Instrumen asesmen fungsi kognitif yang digunakan adalah The Montreal Cognitive Assessment (MoCA) yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia atau MoCA-INA. Subjek penelitian dengan skor MoCA-INA di bawah 26 dinyatakan mengalami penurunan fungsi kognitif. Prevalensi tinggi (81,2%) penurunan fungsi kognitif ditemukan pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan. Pasien diabetes melitus tipe 2 memiliki penurunan subdomain fungsi eksekutif atau visuospasial, bahasa, dan memori tunda. Faktor-faktor yang memengaruhi fungsi kognitif pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Pasar Minggu Jakarta Selatan adalah usia (r=-0,351, p=0,001), waktu tempuh pendidikan (r=0,320, p=0,001), durasi menderita diabetes melitus (r=-0,374, p<0,001), durasi konsumsi metformin (r=-0,405, p<0,001), aktivitas fisik (p=0,005), dan diet (p=0,039).

Diabetes mellitus type 2 patients are at high risks of developing cognitive function impairment that can progress to Alzheimer’s disease and impair patients’ self-management, including self-medication management. However, primary care physicians do not routinely assess cognitive function. On the other hand, the other factors affecting cognitive function impairment have not been known. Therefore, analysis of factors affecting cognitive function is needed to take appropriate follow-up steps. This cross-sectional study aimed to assess prevalence of cognitive function impairment among diabetes mellitus type 2 patients at Pasar Minggu Community Health Center, South Jakarta and analyze the affecting factors. A total of 101 study subjects were selected by the consecutive sampling method. Data were obtained by medical record observation, interview, and direct assessment. The instrument used to assess cognitive function was The Montreal Cognitive Assessment (MoCA) which was translated to Bahasa Indonesia or MoCA-INA. Study subjects with MoCA-INA score below 26 were stated as having cognitive function impairment. A high prevalence (81,2%) of cognitive function impairment was found in diabetes mellitus type 2 patients at Pasar Minggu Community Health Center, South Jakarta. Diabetes mellitus type 2 patients was found to have impairments in executive or visuospatial function, language, and delayed recall subdomains. Factors affecting cognitive function of diabetes mellitus type 2 patients at Pasar Minggu Community Health Center, South Jakarta were age (r=-0,351, p=0,001), years of education (r=0,320, p=0,001) duration of diabetes mellitus (r=-0,374, p<0,001), duration of metformin consumption (p<0,001), physical activity (r=-0,405, p=0,005), and diet (p=0,039)."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S70499
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library