Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Moh. Anief
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994
615.7 MOH f (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shargel, Leon, 1941-
Abstrak :
A comprehensive textbook on the theoretical and practical applications of biopharmaceutics and pharmacokin
Surabaya: Airlangga University Press, 2012
615.7 SHA b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shargel, Leon, 1941-
Abstrak :
A comprehensive textbook on the theoretical and practical applications of biopharmaceutics and pharmacokin
Surabaya: Airlangga University Press, 2011
615.7 SHA b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dwitiyanti
Abstrak :
Anredera cordifolia (Ten.) Steenis (binahong) merupakan salah satu bahan alam yang memiliki potensi dan digunakan untuk pengobatan tradisional. Efek farmakologi tanaman binahong dapat digunakan sebagai alternatif menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian terdahulu melaporkan bahwa penggunaan bersama herbal dengan obat sintetik dapat menyebabkan terjadi perubahan pada farmakodinamika dan farmakokinetika obat sintetik. Informasi mengenai interaksi antara obat herbal dengan obat sintetik masih terbatas sehingga perlu diketahui efektivitas penggunaan kombinasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya interaksi farmakodinamika dan farmakokinetika kombinasi ekstrak daun binahong dengan glibenklamid yang diberikan secara oral sebagai antidiabetes. Penelitian ini dilakukan secara ekperimental dan non ekperimental. Penelitian eksperimental dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah pengujian interaksi farmakodinamika untuk efek antidiabetes dengan metode pengukuran kadar glukosa secara enzimatik. Kadar glukosa darah diukur sebelum perlakuan, setelah induksi pakan tinggi lemak (sukrosa 20 %, lemak sapi 20 %, mentega 10% dan pakan standar 50 %) dan setelah pemberian sediaan uji. Pengambilan sampel darah digunakan untuk pengujian TTGO, profil asam amino dan profil asam lemak. Bagian kedua adalah pengujian interaksi farmakokinetika dengan mengambil darah tikus pada titik tertentu setelah pemberian ekstrak daun binahong dan obat glibenklamid. Konsentrasi glibenklamid diukur dengan menggunakan kromatografi cair kinerja ultra tinggi-tandem spektrometri massa (KCKUT-SM/SM), selanjutnya dihitung nilai AUC, Tmaks, Cmaks, T1/2 dan Ke. Penelitian non ekperimental dilakukan drug design untuk memprediksikan ikatan antara kandidat molekul obat glibenklamid dan vitexin (senyawa yang terdapat dalam ekstrak binahong) sebagai antidiabetes dengan protein target CYP3A4 secara in silico dengan menggunakan molecular docking serta memprediksi interaksi antarprotein. Hasil uji pada farmakodinamika diperoleh kadar glukosa darah pada kombinasi glibenklamid (4,5 mg/kgBB) dengan ekstrak daun binahong dosis 1 (17,5 mg/kgBB), dosis 2 (35 mg/kgBB) dan dosis 3 (70mg/kgBB) dapat menurunkan kadar glukosa darah kembali normal namun persentase penurunan kadar glukosa pada hari ke 21 terbesar terdapat pada kelompok kontrol positif. Pada pengujian tes toleransi glukosa kelompok kombinasi memperoleh nilai AUC sebanding dengan nilai AUC kelompok positif yang diberi glibenklamid. Hasil penelitian pada profil asam lemak dan profil asam amino menunjukkan kelompok kombinasi obat dengan ekstrak daun binahong mengalami penurunan asam lemak dan peningkatan asam amino. Hasil uji profil farmakokinetika glibenklamid berbeda antara pemberian tunggal dengan kombinasi ekstrak daun binahong. Pemberian glibenklamid (4,5 mg/kgBB) dengan ekstrak daun binahong (70mg/kgBB) dapat menurunkan AUC dan Cmaks serta memperpanjang Tmaks. Hasil energi bebas gibs (ΔG) pada molecular docking diperoleh nilai glibenklamid dan vitexin yang berikatan dengan reseptor CYP3A4 dengan score ChemPLP sebesar -4,4 kkal/mol, glibenclamid dengan reseptor -3,2 kkal/mol dan vitexin dengan reseptor yaitu -3,2 kkal/mol, dapat disimpulkan bahwa pemberian kombinasi glibenklamid (4,5 mg/kgBB) dengan ekstrak daun binahong dosis 1 (17,5 mg/kgBB), dosis 2 (35 mg/kgBB) dan dosis 3 (70mg/kgBB) secara oral dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang diinduksi pakan tinggi lemak. Persentase penurunan kadar glukosa darah lebih tinggi pada kelompok yang hanya diberikan glibenklamid 4,5 mg/kgBB (kelompok positif), sementara pada kelompok pemberian tunggal (ekstrak binahong dosis 1,2 dan 3), mengalami penurunan kadar glukosa tetapi tidak lebih tinggi persentase penurunan kadar glukosa darah dibandingkan dengan kelompok kontrol positif. Pada uji farmakokinetika pemberian kombinasi glibenklamid (4,5 mg/kgBB) dengan ekstrak daun binahong (70 mg/kgBB) secara oral dapat menurunkan kadar obat glibenklamid dalam plasma tikus. ......Anredera cordifolia (Ten.) Steenis (binahong) is a natural ingredient with potential and is used in traditional medicine. The pharmacological effect of the binahong plant can be used as an alternative to lower blood glucose levels. Previous studies have reported that the concomitant use of herbs with synthetic drugs can cause changes in the pharmacodynamics and pharmacokinetics of synthetic drugs. Information regarding the interaction between herbal medicines and synthetic drugs is still limited, so it is necessary to know the effectiveness of using these combinations. This study aims to prove the pharmacodynamic and pharmacokinetic interactions of the combination of binahong leaf extract with glibenclamide administered orally as an anti-diabetic. This research was conducted experimentally and non-experimentally. Experimental research is divided into two parts. The first step is to test the pharmacodynamic interactions for the anti-diabetic effect using the enzymatic method of measuring glucose levels. Blood glucose level pressure was measured before treatment, after induction of a high-fat diet (20% sucrose, 20% beef fat, 10% butter, and 50% standard feed), and after administration of the test preparation. Blood sampling was used for testing OGTT, the amino acid profile, and the fatty acid profile. The second part is testing pharmacokinetic interactions by taking rat blood at a certain point after administration of binahong leaf extract and glibenclamide drug. The concentration of glibenclamide was measured using ultra-high performance liquid chromatography-tandem mass spectrometry (KCKUT-SM/SM), then the AUC, Tmax, Cmax, T1/2, and Ke values were calculated. Non-experimental research was conducted with drug design to predict the bond between candidate drug molecules glibenclamide and vitexin, one of the compounds contained in binahong extract as an anti-diabetic with CYP3A4 target protein in silico, by using molecular docking and predicting interactions between proteins. The results of the pharmacodynamic test obtained blood glucose levels in the combination of glibenclamide (4.5 mg/kg BW) with binahong leaf extract dose 1 (17.5 mg/kg BW), dose 2 (35 mg/kg BW), and dose 3 (70mg/kg BW) can reduce blood glucose levels back to normal, but the percentage of decrease in glucose levels on the 21st day is greatest in the positive control group. In the glucose tolerance test, the combined group obtained an AUC value comparable to the one in the positive group given glibenclamide. The study's results on the fatty acid profile and amino acid profile showed that the combination group of drugs with binahong leaf extract experienced a decrease in fatty acids and an increase in amino acids. The test results of the pharmacokinetic profile of glibenclamide were different between a single administration and a combination of binahong leaf extract. Giving glibenclamide (4.5mg/kg BW) with binahong leaf extract (70mg/kg BW) can reduce AUC and Cmax and prolong Tmax. The results of gibs free energy (ΔG) on molecular docking obtained the values of glibenclamide and vitexin, which bind to the CYP3A4 receptor with a ChemPLP score of -4.4 kcal/mol, glibenclamide with a receptor -3.2 kcal/mol and vitexin with a receptor of-3,2 kcal/mol. Conclusion The results of this study show that the administration of a combination of glibenclamide (4.5 mg/kg BW) with binahong leaf extract dose 1 (17.5 mg/kg BW), dose 2 (35 mg/kg BW) and dose 3 (70mg/kg BW) orally can lower blood glucose levels in rats induced by a high-fat diet, but the percentage reduction in blood glucose levels was better in the group that was only given glibenclamide 4.5 mg/kgBW (positive group), while in the group that was only given binahong extract doses of 1,2 and 3 also experienced a decrease in glucose levels but the percentage decrease in glucose levels was not greater than the positive control group. In the pharmacokinetic test orally administering a combination of glibenclamide (4.5 mg/kg BW) with binahong leaf extract (70 mg/kg BW) can reduce glibenclamide drug levels in rat plasma.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Wardani
Abstrak :
Peneliti terdahulu melaporkan adanya penggunaan bersama salah satu jamu yang mengandung daun kemuning dengan simvastatin memungkinkan potensi adanya interaksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya interaksi farmakodinamika dan farmakokinetika simvastatin kombinasi dengan ekstrak daun kemuning sebagai antihiperlipidemia. Pengujian dilakukan 2 tahap yaitu farmakodinamika dan farmakokinetika. Pengujian farmakodinamika meliputi kadar profil lipid darah, asam lemak dan asam amino. Hewan coba dibagi menjadi 9 kelompok yaitu kelompok normal, negatif, positif simvastatin (9 mg/kg BB), ekstrak daun kemuning dosis 1 (157,5 mg/kg BB), dosis 2 (315 mg/kg BB) dan dosis 3 (630 mg/kg BB) serta kelompok kombinasi simvastatin dengan ekstrak daun kemuning dosis 1, dosis 2, dan dosis 3. Pengukuran kadar profil lipid menggunakan spektrofotometer klinikal. Pengujian farmakokinetika diberikan simvastatin 9 mg/kg BB dan kombinasi simvastatin dengan ekstrak daun kemuning 630 mg/kg BB. Konsentrasi simvastatin dalam plasma diukur menggunakan LCMS/MS selanjutnya dihitung nilai AUC, Tmaks, Cmaks. T1/2, Cl/F dan Vz/F. Penelitian secara in-silico menggunakan molecular docking dan molecular dynamic. Pemberian ekstrak daun kemuning maupun kombinasi simvastatin dengan ekstrak daun kemuning mampu menurunkan kadar profil lipid darah kembali normal namun persentase penurunan tertinggi pada kelompok simvastatin. Pada uji farmakokinetika dapat menurunkan kadar simvastatin dalam plasma tikus dan mempengaruhi aktivitas enzim CYP3A4 secara in silico. ......Previous researchers reported the joint use of one of the herbs containing kemuning leaves with simvastatin allow for potential interactions. This study aimed to determine the pharmacodynamic and pharmacokinetic interactions of simvastatin in combination with kemuning leaf extract as an antihyperlipidemic agent. The research was conducted pharmacodynamics and pharmacokinetics. Pharmacodynamic testing was carried out to test blood lipid profile levels, fatty acid and amino acid profiles. The experimental animal were divided into 9 groups: normal, negative, positive simvastatin (9 mg/kg BW), kemuning leaf extract dose 1 (157,5 mg/kg BW), dose 2 (315 mg/kg BW) and dose 3 (630 mg/kg BW) and the combination group of simvastatin with kemuning leaf extract dose 1, dose 2, and dose 3. Blood lipid profile levels test used a clinical spectrophotometer. Pharmacokinetic testing was given with simvastatin 9 mg/kg BW and a combination of simvastatin with kemuning leaf extract 630 mg/kg BW. The concentration of simvastatin in plasma was measured using LCMS/MS and then the AUC, Tmax, Cmax, T1/2, Cl/F and Vz/F values were calculated. In-silico study was conducted using molecular docking and molecular dynamics. Administration of kemuning leaf extract or the combination of simvastatin with kemuning leaf extract was able to reduce blood lipid profile levels back to normal, but the percentage of reduction was highest in the simvastatin group. In pharmacokinetic tests, can reduce simvastatin levels in the plasma of the rats and influence the activity of the CYP3A4 enzyme in silico.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Ayu Nurfaradilla
Abstrak :
Ekstrak air Hibiscus sabdariffa (HS) telah digunakan sebagai pengobatan tradisional pada terapi hipertensi. Banyak orang menggabungkan penggunaan ekstrak air HS dengan kaptopril sehingga dapat berpotensi menimbulkan interaksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh koadministrasi ekstrak air HS terhadap profil farmakokinetika kaptopril, tekanan darah, dan biomarkersistem renin angiotensin aldosteron (RAAS). Studi farmakokinetika dilakukan terhadap empat kelompok tikus (n = 6). Kelompok I menerima suspensi kaptopril tunggal (CAP; 4,5 mg/200 g BB) sementara kelompok II, III, dan IV menerima koadministrasi ekstrak air HS (15 mg/200 g BB, 30 mg/200 g BB, dan 60 mg/200g BB) dan kaptopril 4,5 mg/200 g BB. Untuk pengukuran tekanan darah dan level biomarker RAAS, digunakan tujuh kelompok tikus (n = 6) berbeda yang terdiri dari satu kelompok sham dan enam kelompok tikus model 2K1C. Pada tikus model 2K1C, hipertensi diinduksi dengan pemasangan mikroklip stainless steel (ID: 0,20 mm) pada arteri ginjal kiri. Kelompok tikus model terdiri dari kontrol negatif (2K1C, tidak diobati), kontrol positif (4,5 mg/200 g BB kaptopril), ekstrak air HS tunggal (30 mg/200 g BB), dan 3 kelompok koadministrasi yang menerima ekstrak air HS (15, 30, atau 60 mg/200g BB) dan kaptopril 4,5 mg/200 g BB. Pemberian ekstrak dan kaptopril dilakukan secara peroral. Seluruh perlakuan dilakukan selama 2 minggu. Ketiga dosis koadministrasi ekstrak HS dapat mempengaruhi profil farmakokinetika kaptopril secara signifikan. Nilai AUC0-t, AUC0-, dan Cmax, pada kelompok tersebut mengalami penurunan, sementara nilai Cl/F dan Vd/F mengalami peningkatan. Seluruh pemberian terapi pengobatan menyebabkan penurunan tekanan darah secara signifikan mendekati kelompok sham. Level renin plasma, aktivitas serum angiotensin converting enzyme (ACE), dan level angiotensin II plasma pada kelompok 2K1C mengalami kenaikan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok sham. Aktivitas serum ACE dan level angiotensin II plasma pada seluruh kelompok terapi mengalami penurunan signifikan dan nilainya mendekati kelompok sham. Ekstrak air HS tunggal dapat menurunkan tekanan darah, namun koadministrasi dengan kaptopril tidak memberikan efek tambahan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pemberian koadministrasi ekstrak air HS dengan kaptopril dapat mempengaruhi profil farmakokinetika kaptopril secara signifikan, namun tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah dan level biomarker RAAS.
Hibiscus sabdariffa (HS) extract has been used as traditional medicine during management of hypertension. Many people co-administered HS aqueous extract with captopril thus predispose herb-drug interaction. The purpose of this study was to determine the effect of HS aqueous extract co-administration on the pharmacokinetic profile of captopril, blood pressure, and biomarker level of renin angiotensin aldosterone system (RAAS). Pharmacokinetic study was performed on four groups of rats (n = g). Group I received captopril suspension only (CAP; 4.5 mg/200 g BW), while group II, III, and IV received co-administration of Hibiscus sabdariffa extract (15 mg/200 g BW, 30 mg/200 g BW, and 60 mg/200 g BW respectively) and captopril 4.5 mg/200 g BW. Blood pressure and biomarker level of RAAS measurement were performed on another 7 groups (n = 6), a SHAM group and six 2K1C groups. In 2K1C animals, hypertension was induced by placing a stainless micro clip (inner diameter of 0.20 mm) on left renal artery. The 2K1C animals consist of negative control (2K1C, no treatment), positive control (captopril 4.5 mg/200 g BW), HS aqueous extract (30 mg/200 g BW), and three co-administration groups receiving HS aqueous extract (15, 30, or 60 mg/200 g BW) plus 4.5 mg/200 g BW captopril. Extract and captopril administration were given by oral gavage. All treatments were performed for two weeks. Pharmacokinetic profile of captopril was changed significantly by all co-administration doses of HS aqueous extract. The AUC0-t, AUC0-, and Cmax value of those groups were decreased, conversely the Cl/F and Vd/F value were increased. Blood pressure was significantly reduced by all the drug treatments approaching the level of SHAM controls. Plasma renin level, serum angiotensin converting enzyme (ACE) activity, and plasma angiotensin II level were also significantly elevated in the 2K1C group compared to the SHAM group. Both serum ACE activity and plasma angiotensin II level were significantly reduced approaching the SHAM group levels by all the drug treatments. HS aqueous extract can reduce blood pressure but may not provide any additional benefit. Therefore, we can conclude that co-administration of HS aqueous extract with captopril could affect the pharmacokinetic profile significantly, however it didnt have significant effect on the decrease in blood pressure and RAAS biomarker level.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T53603
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Canda Insyira Tamarahen
Abstrak :
Ivermectin merupakan obat yang telah disetujui FDA untuk digunakan pada Strongyloidiasis dan Onchocerciasis, yaitu dua kondisi yang disebabkan oleh cacing parasit. Namun ivermectin banyak disalahgunakan sebagai obat COVID-19 yang sebenarnya membutuhkan dosis berkali lipat agar konsentrasi plasma yang dibutuhkan untuk efikasi antivirus tercapai. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji profil farmakokinetika untuk mengetahui keamanan, efikasi, serta toksisitas suatu obat. Pengujian ini dilakukan dengan menganalisis kadar ivermectin pada plasma 6 orang subjek Indonesia sehat yang telah mengonsumsi tablet ivermectin 12 mg secara oral menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Ultra Tinggi Tandem Spektrometri Massa (KCKUT-SM/SM). Pengambilan darah subjek dilakukan sebanyak 16 titik pada beberapa interval waktu hingga jam ke-72. Kondisi kromatografi yang digunakan adalah kolom Acquity UPLC BEH C18 (2,1 x 100 mm x 1,7 µm); suhu kolom 40oC; fase gerak amonium format 5 mM pH 3 – asetonitril dengan perbandingan 10:90; laju alir 0,2 mL/menit; dan doramectin sebagai baku dalam. Profil farmakokinetika dalam sampel plasma menghasilkan; AUC0-t 518,43 ± 71,89 ng/mL; AUC0- 582,92 ± 114,28 ng/mL; Cmaks 47,79 – 53,31 ng/mL; tmaks 4,50 ± 0,00 jam; dan t½ 23,15 ± 6,81 jam. Berdasarkan penelitian sebelumnya, Cmaks in vitro yang dibutuhkan untuk mematikan virus COVID-19 yaitu sebesar ± 5 µg/mL, apabila dibandingkan dengan Cmaks yang diperoleh pada penelitian ini, memperoleh kesimpulan bahwa konsentrasi untuk mematikan virus COVID-19 tidak tercapai. ......Ivermectin is a drug approved by FDA that used for Strongyloidiasis and Onchocerciasis, two conditions caused by parasitic worms. However, ivermectin is widely misused as a COVID-19 drug which requires multiple doses to achieve the plasma concentration required for antiviral efficacy. Therefore, it is necessary to test the pharmacokinetic profile to determine the safety, efficacy, and toxicity of the drug. This test was done by analizing the ivermectin levels in the plasma of 6 healthy Indonesian subjects who had taken 12 mg of ivermectin tablet orally by using Ultra High Performance Liquid Chromatography Tandem – Mass Spectrmetry (UHPLC-MS/MS). Subjects’ blood sampling was collected as many as 16 points at several time intervals up to 72 hours. The chromatographic conditions used was Acquity UPLC BEH C18 column (2.1 x 100 mm x 1.7 µm); 40oC column temperature; mobile phase consists of ammonium formate 5 mM pH 3 – acetonitrile with 10:90 comparison; 0,2 mL/minute flow rate; and doramectin as an internal standard. The pharmacokinetic profile in plasma results were; AUC0-t was 518,43 ± 71,89 ng/mL; AUC0- was 582,92 ± 114,28 ng/mL; Cmax ranged from 47,79 to 53,31 ng/mL; tmax was 4,50 ± 0,00 hours; and t½ was 23,15 ± 6,81 hours. Based on previous research, the in vitro Cmax required to kill the COVID-19 virus is ± 5 g/mL, when compared with the Cmax obtained in this study, it is concluded that the concentration to kill the COVID-19 virus was not achieved.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Faris
Abstrak :
ABSTRAK
Esomeprazol adalah obat golongan penghambat pompa proton dengan indikasi untuk refluks gastroesofageal. Esomeprazol tidak stabil terhadap pH, panas, kelembaban dan oksidasi, sehingga seringkali membuat esomeprazol terdegradasi pada saat penyimpanan dan dapat mempengaruhi analisis esomeprazol. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis stabilitas in vivo esomeprazol dalam plasma dengan menguji incurred sample stability esomeprazol pada 6 subjek sehat di hari ke 7, 14 dan 28, pada 2 titik konsentrasi sekitar Cmax dan 1 titik pada fase eliminasi yang sebelumnya ditentukan dengan membuat profil farmakokinetika pada subjek yang diambil sampelnya setelah pemberian esomeprazol magnesium 40 mg. Kondisi kromatografi yang digunakan adalah kolom C18 Waters, SunfireTM 5 um; 250 x 4,6 mm, suhu kolom 40 C fase gerak asetonitril ndash; dapar fosfat pH 7,6 40 : 60 v/v ; laju alir 1,00 mL/menit; detektor photodiode array pada panjang gelombang 300 nm; dan lansoprazol sebagai baku dalam. Profil farmakokinetika esomeprazol dalam sampel plasma memberikan hasil; Cmax 704,57 ndash; 1425,85 ng/mL; tmax rata-rata 2,25 jam; AUC0-t 2444,10 ng.jam/mL. Incurred sample stability esomeprazol pada plasma 6 subjek sehat sampai hari ke-28, menunjukkan hasil yang memenuhi persyaratan berdasarkan EMEA Bioanalytical Guideline tahun 2011 dengan nilai diff tidak lebih dari 20, yaitu 11,64.
ABSTRACT
Esomeprazole is one of the proton pump inhibitor that indicated for gastroesophageal reflux. Esomeprazole is unstable against pH, heat, moisture and oxidation, which often makes esomeprazole degraded at the time of storage and may affect the analysis result. This research aims to analyse the in vivo stability of esomeprazole on subjects rsquo plasma samples by testing incurred sample stability of esomeprazole at time of day 7, 14 and 28 on 2 concentration close to Cmax and 1 on the elimination phase after being given 40 mg esomeprazole magnesium. The chromatographic condition was obtained using C18 column Waters, Sunfire trade 5 um 250 x 4.6 mm, column temperature 40 C mobile phase acetonitrile phosphate buffer pH 7.6 40 60 v v a flow rate of 1.00 mL min photodiode array detector at a wavelength of 300 nm and lansoprazole as internal standard. The esomeprazole pharmacokinetics profile in the plasma samples gave results Cmax 704.57 1425.85 ng mL tmax is 2.25 hours AUC0 t 2444 ng.h mL. The result of esomeprazoles incurred sample stability on plasma samples obtained from six healthy subjects until 28 days, shows that it fulfilled the acceptance criteria of EMEA Bioanalytical Guideline with diff value of all incurred samples were less than 20, which is 11.64.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library