Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Astuti Yeniretnowati
Abstrak :
Pekerja sebagai sumber daya manusia mempunyai peran yang besar dalam mengembangkan dan mengamankan proses produksi, dimana didalam melaksanakan kegiatannya pekerja seringkali dihadapkan kepada bentuk bahaya yang mungkin timbul. Kecelakaan kerja bagi perusahaan khususnya perusahaan industri merupakan suatu peristiwa yang tidak diinginkan. Prinsip pencegahan kecelakaan kerja tidak saja mengevaluasi potensial bahaya, tetapi juga mencari dan mengevaluasi penyebab timbulnya. Pada tesis ini melihat bagaimana kecelakaan itu terjadi serta apa yang menjadi factor penyebabnya. Karena kecelakaan kerja tidak datang dengan sendirinya, ada serangkaian peristiwa sebelumnya yang mendahului terjadinya kecelakaan tersebut. Untuk mengetahui penyebab kecelakaan kerja bagian produksi unit die casting PT X digunakan metoda SCAT, dengan penelitian kualitatif. Dari hasil penelitian lapangan memperoleh hasil pada kondisi dibawah standar disebabkan oleh karena berbuat lalai hingga alat pengaman tidak berfungsi, dan kondisi dibawah standar disebabkan oleh karena tidak berfungsinya alat pengaman, kurang memadainya system alat pengaman dan tingkat kebisingan suara yang cukup mengganggu konsentrasi pekerja. Adapun penyebab dasar yang menyebabkan kecelakaan ini adalah yang dikarenakan factor manusia yaitu Kurang pengetahuan, stress fisiologis, stress psikologis dan factor pekerjaan yaitu tenaga teknik yang tidak memadai, kekurangan pada perkakas dan peralatan, kurangnya system perawatan, kurangnya sistem kepemimpinan dan pengawasan, kekurangan dalam standar kerja, kekurangan dalam pembelian. Adapun ketimpangan pada system manajemen yang terjadi adalah tidak memadainya system Kepemimpinan dan administrasi, inspeksi dan pemeliharaan yang terencana, analisis dan prosedur tugas kritis, engineering dan manajemen perubahan, system evaluasi, pengetahuan dan training keahlian, observasi tugas, peraturan dan ijin kerja, analisis kecelakaan/ kejadian dan training kepemimpinan. Diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadikan masukan bagi perusahaan untuk dapat melakukan langkah pencegahan agar kecelakaan serupa tidak terulang.
Employees as human resources play an important role in pacify and expand a production process. They carry out a necessary working activity that in some cases are exposed by the risk of dangerous situation. Occupation accident in an industry, especially in a manufacturing company constitute as undesired evidence. Labor protection principle in occupational accident not only evaluate a potential risk of danger but also find out the cause of emergence. This thesis emphasizes on the cause factors of. accident that might suddenly happen in preceding to the working activity. This study would be explored in the production unit of Die casting PT X. It uses the SCAT method with a qualitative research. From the data field result substandard acts act caused of making safety devices inoperative, substandard conditions caused of inadequate guards or barriers, defective tools, equipment or materials and noise exposure. Basic caused this accident of personal factor are lack of knowledge, stress physiological, stress psychological and job factor are inadequate engineering, inadequate tools and equipment, inadequate maintenance, inadequate leadership and/ or supervision, inadequate work standards and inadequate purchasing. From the data field result lack of control caused of leadership & Administration, planned inspection & Maintenance, Critical task analysis & procedure, Engineering and change management, System evaluation, Knowledge and skill training, Task observation, Rule and work permits, Accident/ Incident analysis, Leadership training. Hopefully this thesis could contribute to preventive the same accident in the manufacturing companies not occur again.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T 12802
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boyke Priyono Soewandijono
Abstrak :
Penyakit campak masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, baik dari segi surveilans epidemiologi maupun pemberantasannya. Penyakit campak dapat dikatakan menyebar secara merata di seluruh wilayah Republik Indonesia. Di beberapa daerah masih sering terjadi kejadian luar biasa (KLB), terutama daerah yang sulit dijangkau pelayanan kesehatan seperti daerah transmigrasi (Gunawan, 1987: 62-65). Adapun KLB campak di Indonesia selama tahun 1989-1993 adalah seperti dalam tabel berikut: Tabel 1.1. KLB Campak di Indonesia Selama Tahun 1989 - 1993 Lihat Bentuk PDF Dari tabel di atas tampak bahwa pada tahun 1992 merupakan puncak dari jumlah KLB, jumlah kasus, dan jumlah Dati II yang mengalami KLB, walaupun jumlah Dati I dan CFR-nya lebih rendah dari tahun sebelumnya. Jumlah Dati I yang mengalami KLB dan CFR tampak meningkat pada tahun berikutnya. Adapun KLB campak di Propinsi Java Barat antara tahun 1991 sampai dengan tahun 1994 adalah seperti pada tabel berikut: Taber 1.2. KLB Campak di Propinsi Jawa Barat Selama Tahun 1991 - 1994 Lihat Bentuk PDF Dari tabel ini tampak bahwa di Propinsi Jawa Barat jumlah KLB cenderung menurun walaupun CFR-nya cenderung meningkat. Angka insidens penyakit campak menurut SKRT 1986 adalah 44/10.000 penduduk per bulan atau 528.110.000 penduduk dalam 1 tahun. Kasus campak yang ada sebenarnya lebih besar bila pencatatan dan pelaporannya lebih baik (Ditjen PPM & PLP, 1994). Keadaan lingkungan jelek dan gizi masih kurang akan menyebabkan angka kematian menjadi tinggi. (PPK LPUI, 1992: 13). Pada permulaan tahun 1990 sekitar 1 juta anak-anak di dunia, terutama di negara berkembang, meninggal karena penyakit campak setiap tahun. Case Fatality Rate (CFR) di negara berkembang berkisar 10-20 kali lebih tinggi daripada negara industri (Ditjen PPM & PLP, 1994). Di beberapa negara berkembang sebelum vaksinasi dijalankan. Kematian karena campak dari semua golongan umur adalah 3,5% atau lebih (Depkes RI, 1984) dan naik menjadi 10% di saat terjadi wabah (Masjkuri, 1987). Dari hasil pelacakan kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia ternyata angka kematian masih cukup tinggi, yaitu pada tahun 1989 tercatat 4,6% dan pada tahun 1993 tercatat 7,9% (Ditjen PPM & PLP, 1994). Pada SKRT 1992 penyakit campak menduduki peringkat ke 6 dalam penyebab kematian bayi karena menyebabkan 2,6% kematian bayi, sedangkan sebagai penyebab kematian pada anak umur 1-4 tahun penyakit campak bersama-sama dengan penyakit difteri dan pertusis menduduki peringkat ke 3 karena menyebabkan 9,4% kematian pada golongan umur tersebut. CFR campak di rumah sakit di Jawa Barat pada tahun 1991 tercatat 0% dan pada tahun 1992 meningkat menjadi 1,3%. Hal ini tidak jauh berbeda dengan CFR penderita campak yang dirawat inap di Rumah Sakit di Indonesia dari tahun 1988 sampai dengan tahun 1992 yang terlihat pada tabel berikut: Tabel 1.3. CFR Penderita Campak yang dirawat inap rumah sakit di Indonesia dari Tahun 1988 -1992 Lihat Bentuk PDF
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jetsada Kumphong
Abstrak :
Currently, the ASEAN Community has opened and this has resulted in the expansion of the road network between member countries, making it more convenient to drive crossing the border. However, the difference in laws relating to the speed limits and their enforcement may result in drivers unknowingly violating the laws in each country, leading to an increased risk of accidents. This research aims to determine the statistical correlation between the traffic accident fatalities, the enforcement of speed limits with the gross national incomes of Thailand and its cross-border countries. Linear and non-linear regression analyses were applied to develop models explaining their correlations at 95% confidence level. The results indicated that those countries with higher efficiency in enforcement on speeding laws and greater gross national income have a lower rate of traffic accident fatalities. The results of this study are useful for responsible agencies to determine the required traffic safety strategies in order to reduce the number of traffic accidents within ASEAN countries.
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2016
UI-IJTECH 7:7 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lilian R. Andries
Abstrak :
ABSTRAK Dalam dekade ini, insidens cedera yang termasuk kelompok penyakit tidak menular, terjadi peningkatan dan dinamakan Epidemi Baru. Di Negara Barat terkenal dengan "penyakit kelalaian masyarakat modern". Data dari. Amerika maupun Indonesia, menunjukkan cedera merupakan penyebab kematian no-4, terutama pada usia muda dan diharapkan sebagai generasi penerus menjadi sumber daya manusia yang produktif. Selain mortalitas, cedera menyebabkan morbiditas seperti kecacatan dan ketidak-mampuan. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor keparahan cedera anatomic terhadap kematian kasus cedera di IGD RSUPN CM Jakarta. hasil penelitian diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi pengelola program dan para pengambil keputusan, disamping sebagai masukkan dunia ilmu pengetahuan di Indonesia. Disain penelitian ini adalah Kasus Kontrol. Kasus Penelitian adalah kasus cedera yang dirawat di IGD atau mati sesudah dirawat nginap dalam waktu >7 hari dari saat masuk IGD RSUPN CSI. Kontrol Penelitian adalah kasus cedera yang hidup >7 hari dari saat masuk IGD RSUPN CM. Jumlah kasus 216 dengan kontrcl 221. Penelitian ini tidak melakukan matching. OR (Odds Ratio) kematian diperhitungkan dengan analisis regresi logistik multivariat. Faktor yang diteliti adalah:l) Karakteristik Manusia (umur dan Jenis kelamin); 2) Karakteristik Cedera (nilai keparahan cedera anatomis nilai keparahan cedera fisiologis dan mekanisme cedera) serta 3) Manajemen Cedera (rujukan dari Rumah Sakit lain, angkutan kasus ke IGD, waktu pra IGD, waktu masuk IGD dan penanganan operasi. Hipotesis penelitian adalah pengaruh dari keparahan cedera kepala terhadap kematian kasus >7 hari. Cedera lokasi anatomis lain merupakan variabel kontrol dan dianalisis bersama-sama. Penilaian keparahan cedera anatomis menggunakan skala Anatomic Profile (skala AP). Dari penilaian keparahan cedera fisiologis dengan nilai Revised Trauma Score (RTS). Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh nilai keparahan cedera kepala terhadap kematian kasus cedera >7 hari yaitu OR nilai AP 3,4,5,6 dan 7 dibandingkan nilai AP <3 masing-masing AP 3 (3-3.99) 1.14 kali (95* CI:0.27-4.86). nilai AP 4 (4-4.99) 1.30 kali (95% CI:0.39-4.32), nilai AP 5 (5-5.99) 4.84 kali (95% CI: 3..43-16.44), AP 6 (6-6.99) 8.49 kali (95% CI:2.33-30.92) dan nilai AP x7 12.20 kali (95k CI:2.64-56.43). OR lokasi lainnya dari cedera kepala (dengan skala kontinu) terdiri dari nilai keparahan cedera dada 1.18 kali (95% CI:0.84-1.64), cedera perut 1.65-kali (95% CI: 1.21-2.25) dan cedera lainnya 1.30 kali (95% CI:1.03-1.62). OR variabel kontrol lain adalah nilai keparahan cedera fisiologis 0.29 kali (95% CX:0.22-0.41) mekanisme cedera terdiri dari cedera jatuh 4.41 kali (95% CI:1.34-14.47) dan mekanisme cedera lain 1.73 kali (95% CI: 0.91-4.83) yang dibandingkan dengan mekanisme tabrakan kendaraan bermotor. Kemudian risiko waktu masuk IGD slang (jam 06.00-17.59) sebesar 2.00 kali (95% CI:1.11-3.59) dibandingkan masuk IGD malam-(jam 18.00-05.59) dan adanya penanganan operasi 0.16 kali (95% CI:0.07-0.38) dibandingkan yang tidak dioperasi. Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah melakukan penilaian keparahan pasien cedera yang masuk IGD RSQPN CM dengan skala Anatomic Profile (AP) dan sekaligus dengan penilaian keparahan cedera fisiologis yaitu skala RTS (Revised Trauma Score). Penilaian ini berguna untuk evaluasi kualitas penanganan kasus cedera. Pengembangan penilaian keparahan. ini adalah dilakukan pada semua rumah sakit yang ada IGD. Daftar bacaan: 64 (1977-1995)
ABSTRACT The Association between the Degree of Anatomical Injury and Fatality of Injury Patients at the Emergency Department of DR. Cipto Mangunkusumo National General Hospital, Jakarta, January - December, 1993In the past decade, the incidence of injury, which is a non-infectious disease, increased and was termed the New Epidemic. In the developed countries it is called "The Neglected Disease of modern society.. Data from Indonesia and USA showed that injury is the fourth cause of death, especially among the younger age groups, which are the productive age groups and the future generation of Indonesia. Beside the magnitude of mortality, injury also causes increased morbidity, disability and invalidity. The objective of this study is to assess the association between the severity of anatomical injury and the fatality of injury patients at the Emergency Department of DR. Cipto Mangunkusumo General Hospital. It is anticipated that the results of this study would be useful for program managers and decision makers, and at the same time would contribute to the overall information on injury in Indonesia. The study was designed as a case-control study. Cases were fatal injury patients who died at the Emergency Department or who died within 7 days after admission. Control were injury patients who survived at least 7 days after admission. A total of 216 cases and 221 controls were obtained. No matching was performed. The odds ratio for fatality between cases and controls were calculated using multiple logistic regression method. The factors that were controlled for were: (1) subject characteristics (age, sex); (2) injury characteristics (anatomical injury severity, physiological injury severity, and type of injury mechanism) ; (3) injury management factors (referrals from other hospitals, means of transportation, length of pre-emergency periods, time of day the admission, and the fact of any definitive operation performed). The hypothesis to be tested was the association between of head injury and fatality. Injury of other anatomical areas were treated as separate variables for control and simultaneous associative analysis. The severity of anatomical injury was quantified using the Anatomic Profile Scale (AP scale) . The severity of physiological injury was quantified using Revised Trauma Score (RTS). Result of analysis showed that, as compared with injuries with AP score of c3 for head injuries, the injuries having an AP score of 3, 4, 5, 6, and 27 for head injuries had odds ratio of 1.14 (95% CI:0.27-4.86), 1.30 (95% CI:0.39-4.32), 4.84 (95% CI: 1.43-16.44), 8.49 (95% CI:2.33-30.92) and 12.20 (95% CI:2.64-56.43), respectively, after controlling for the other variables mentioned above. Odds ratio for injuries at other anatomical areas (whose AP scores treated as continuous variables) were: chest injury: 1.3.8 (95% CI:0.84-1.64), abdominal injury: 1.65 (95% CI:1.21-2.25), and other areas of injury: 1.30 (95% CI:1.03-1.62). Other odds ratio were: physiological injury severity (RTS score) : 0.29 (95% CI:0.22-0.41), injury mechanisms: fall: 4.41 (95% CI:1.34-14.47), others: 1.73 (95% CI:0.91-4.83) -(compared to motor vehicle injuries); admission during the day: 2.00 (95% CI:1.11-3.59) (compared to admission during the night)] having a definitive operation performed: 0.16 (95% CI:0.07-0.38) (compared to not having a definitive operation performed. The result of the study indicated the appropriateness of using the AP score and the RTS to asses the anatomical and physiological injury severity respectively. This scoring system should be implemented at the Emergency Departments of all hospitals to assist in the audit of emergency department performance. References: 64 (1977-1995)
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almatrisa Mustikha Hutami
Abstrak :
ABSTRAK
Perlintasan sebidang kereta api dengan jalan merupakan titik pertemuan yang memiliki potensi risiko kecelakaan yag pada umumnya dipicu oleh perilaku pengemudi kendaraan bermotor ataupun fasilitas pengaman persilangan sebidang tersebut. Penelitian ini dilakukan di Jawa Tengah, di mana pada tahun 2015-2018, jumlah kecelakaan kereta api sebanyak 185 kasus kecelakaan dengan korban sebanyak 751 orang. Terdapat 2 (dua) tujuan dari penelitian ini, yaitu: Pertama, untuk mengetahui hubungan kenapa sebuah persilangan sebidang terjadi kecelakaan dan lainnya tidak terjadi kecelakaan yang dikaitkan dengan prasarana jalan maupun jalan rel dan fasilitas yang ada Pendekatan yang ada dengan mengembangkan model kecelakaan persilangan sebidang dengan menggunakan generalized linear model (GLM) dengan pendekatan Negative binomial karena pada hakekatnya pada persilangan sebidang lebih banyak persilangan yang tidak pernah terjadi kecelakaan. Dari hasil analisis diketahui faktor yang mempengaruhi jumlah kecelakaan di perlintasan sebidang kereta api adalah faktor lebar jalan (X1), pengaturan palang pintu rel (X2) dan alinemen vertikal (X6). Kedua untuk mengetahui faktor apa saja dikaitkan dengan pengguna kendaraan jalan yang melintasi persilangan sebidang kereta api terhadap fatalitas korban kecelakaan sebagai proksi memahami faktor apa saja pada manusia yang perlu dipahami untuk meningkatkan upaya keselamatan pada pelintasan sebidang kereta api. Untuk ini model yang dikembangkan dengan menggunakan Ordered Probit Model (OPM) dari analisis ini diketahui faktor yang berpengaruh pada fatalitas yaitu faktor jenis kendaraan (X1) dan cahaya saat kecelakaan (X6). Penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk peningkatan keselamatan dengan perbaikan fasilitas persilangan ataupun upaya-upaya modifikasi perilaku manusia untuk lebih mengutamakan keselamatan.
ABSTRACT
Railroad Level Crossing with road is a conflict point with potential high risk of accidents. In general, it is caused by driver's behavior and railroad level crossing safety facilities. Based on Directorate General of Railways, in Indonesia in 2014-2015 the number of train-car crashes were 96 in which death toll were 101 people. The research will conduct in Central Java Province where in 2015-2018, there were 185 cases of accidents and the number of fatalities was 751. The study objectives were having two folds: First, to understand why particular railroad level crossing having accidents and other do not have accidents in relation with railroad and road conditions and the facilities. The model will used the generalized linear model (GLM) with the Negative Binomial (NB). Negative Binomial has been chosen because basically, the fact a high numbers of level crossing never having an accident. From the analysis results it is known that the factors that influence the number of accidents at the railway level crossing are road width (X1), railroad crossing (X2) and vertical alignment (X6). Second, to understands which human factors contribute to an accident to the level of severities. This is a way as a proxy to understand which factors of human behavior should be considered for improving the safety. The model will utilize the Ordered Probit Model (OPM), from this analysis, it is known that the factors that influence the fatality are the type of vehicle (X1) and light at the time of the accident (X6). The results will benefit for improving the railroad level crossing by improving of crossing facilities and how to modificate human behavior for more concern to have safety behavior.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Putri
Abstrak :
Industri pertambangan dipandang sebagai kategori industry dengan risiko tinggi. Jenis kecelakaan tambang lost time injury dan fatality merupakan kecelakaan dengan dampak major terhadap Grup Perusahaan X. Meskipun telah memiliki pedoman teknis pelaporan dan investigasi insiden serta dilakukan tindakan perbaikan, kecelakaan masih terus terjadi. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tren penyebab kecelakaan tambang dan kelemahan sistem pertahanan berdasarkan konsep Human Factors Analysis Classification System in Mining Industry (HFACS-MI) di Grup Perusahaan X tahun 2021-2022. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan semi kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelemahan sistem pertahanan active faiure yang sering ditemukan adalah tingkat unsafe acts kategori skill-based error. Sedangkan kelemahan sistem pertahanan latent failure yang sering ditemukan adalah tingkat unsafe leadership kategori inadequate leadership. Peneliti menyimpulkan bahwa masih banyak kelemahan pada sistem pertahanan active dan latent failure sehingga pencegahan kecelakaan masih belum optimal. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan di setiap tingkat sistem pertahanan, baik yang ditargetkan kepada individu maupun organisasi, agar kecelakaan dapat dicegah dan risiko kecelakaan dapat dikendalikan. ......The mining industry has been viewed as a high-risk industry. Types of mining accidents, such as lost time injuries and fatalities, have a significant impact at both the individual and organizational levels. Despite Group Company X having technical guidelines for incident reporting and conducting investigations with corrective actions, accidents continue to occur. Therefore, this study aims to identify trends in the causal factors of mining accidents and find weaknesses in defense systems based on the Human Factors Analysis Classification System in the Mining Industry (HFACS-MI) method. This research method uses an analytical descriptive approach with a semi-quantitative method. The results show that the most common weakness in the active failure defense system is the occurrence of unsafe acts in the skill-based error category. Additionally, the most common weakness in the latent failure defense system is inadequate leadership in the leadership category. The study concludes that there are still numerous weaknesses in the active and latent failure defense systems, which hinder optimal accident prevention. Improvements need to be made at all levels of the defense system, targeting both individuals and organizations, to prevent accidents and effectively control the risk of accidents.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library