Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muchlishah
Abstrak :
Secara geografis Indonesia dilalui oleh 18 garis lintang yang berkolerasi kuat dengan potensi radiasi matahari untuk implementasi teknologi energi surya. Hal inilah yang menjadi dasar asumsi untuk membuat model Feed In Tariff (FIT) proporsional dimana nilai FIT tersebut akan bervariasi diberbagai lokasi di Indonesia. Variabel lain seperti garis bujur, jumlah radiasi matahari, Levelized Cost of Electricity (LCOE), dan faktor sosial ekonomi juga dipertimbangkan. Tiga puluh empat ibu kota provinsi di seluruh wilayah Indonesia dibagi menjadi tiga kelompok FIT asumsi berdasarkan potensi radiasi matahari dengan mengacu nilai FIT pada PERMEN ESDM No.17 tahun 2013 dengan kapasitas total 34 MW. FIT asumsi tersebut disimulasikan dengan metode principal component regression (PCR) dengan menambahkan enam variabel bebas C1-C6 yang menghasilkan tiga model FIT. Model FIT ke-2 kemudian dipilih karena memiliki nilai residual yang kecil dan memiliki nilai finansial lebih tinggi dari model yang lain. Dari penelitian ini diperoleh bahwa penetapan nilai FIT yang bervariasi terkait dengan potensi energi matahari pada masing-masing wilayah, dapat menurunkan total FIT yang harus dibayarkan oleh negara lebih dari 80 milyar rupiah dengan pengoperasian sistem photovoltaic selama 10 tahun. ...... Geographically, Indonesia is through by 18 latitudes that correlated strongly with the potential of solar radiation for the implementation of solar energy technologies. This is became the basis assumption to create a model in a proportional Feed In Tariff (FIT) that will vary FIT value in different locations in Indonesia. Other variables such as longitude, the amount of solar radiation, Levelized Cost of Electricity (LCOE), and socio-economic factors are also considered. Thirty-four provincial capitals throughout Indonesia are divided into three groups FIT assumption based on potential of solar radiation with reference to the value of FIT on PERMEN ESDM No.17 in 2013 with a total capacity of 34 MW. FIT assumptions are simulated with Principal Component Regression (PCR) method by adding six independent variables C1-C6 which produce three models of FIT. Model FIT-2 is chosen because it has a small residual value and has higher financial value than the other models. From this research, determining the value of variable FIT associated with solar energy potential in each region, can lower the total FIT to be paid by the state more than 80 billion rupiah with operation of photovoltaic systems for 10 years.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T46258
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najmi Afriandini
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan skema Feed in Tariff PLTM yang dapat dijadikan acuan dalam jual beli listrik dari swasta kepada PLN. Nilai Feed in Tariff PLTM saat ini dirasa masih terlalu tinggi sehingga belum dapat dijadikan acuan dalam perjanjian jual beli listrik antara PLN dan swasta atau Independent Power Producer IPP. Penelitian berfokus pada perhitungan nilai Feed in Tariff PLTM dengan skema tetap dan menurun.Dasar dari perhitungan nilai Feed in Tariff ini adalah Levelized Cost of Energy LCOE atau biaya untuk memproduksi listrik setiap kWhnya. Hasil perhitungan nilai Feed in Tariff PLTM yang didapatkan dengan skema tetap maupun menurun menunjukkan hasil yang lebih rendah dibandingkan nilai Feed in Tariff PLTM yang diberikan oleh pemerintah. Apabila skema Feed in Tariff PLTM baru ini akan dilaksanakan maka dibutuhkan pula peran subsidi dari pemerintah. ......The purpose of this research to obtain the ideal scheme Feed in Tariff for mini hydro power plant that can be used as a reference for setting Feed in Tariff between private sector that build mini hydro power plant to PLN. The current Feed in Tariff is considered too high by PLN. Therefore, it cannot be used as a fair reference to create an agreement among PLN and private sector. The research focus on the calculation of the Feed in Tariff value using constant and decreasing scheme. Levelised Cost of Energy LCOE or the cost to produce electricity per kWh will be used as the baseline in the calculation. A lower Feed in Tariff value that the current value from the government is found using this calculation scheme. If the new Feed in Tariff will be implemented that it will require subsidies from the government.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T47290
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bimo Adi Kusumo
Abstrak :
Untuk menunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia dibutuhkan tambahan kapasitas pembangkit sebesar 35,000 MW di Indonesia dan di saat yang sama terdapat kebutuhan untuk meningkatkan proporsi energi terbarukan dalam bauran energi nasional. Pengembangan investasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) sebagai energi terbarukan sangat lambat di Indonesia dikarenakan tidak adanya kepastian investasi yang diberikan oleh pemerintah. Penelitian ini mensimulasikan penggunaan Feed-in Tariff (FiT) sebagai alat untuk memacu perkembangan PLTB di Indonesia dengan memberikan digression tariff berdasarkan penurunan harga turbin angin. Hasil simulasi FiT menunjukan penggunaan digression tariff meningkatkan keuntungan finansial berupa profitability index dan payback period bagi investor yang dapat membangun PLTB sebelum 2020 dan menurunnya keuntungan tersebut seiring mundurnya Commercial Operation Date dari PLTB. Analisa sensitivitas menunjukan bahwa keuntungan investor PLTB dari FiT bergantung terhadap harga turbin angin. Subsidi harus diberikan pada PT. PLN (Persero) karena skema FiT yang disimulasikan lebih mahal dibandingkan biaya pokok produksi PLN. ...... To support the economic development, Indonesia need additional 35,000 MW power generation capacity and at the same time they have to increase the portion of renewable energy in the energy mix. Wind farm investment in Indonesia is facing a stalemate due to the lack of investment assurance in Indonesia. This research simulates the use of Feed-in Tariff (FiT) as a tool to stimulate the development of windfarm in Indonesia by implementing digression tariff based on the decrement in wind turbine price. The result of simulation indicates that the use of digression tariff increase the financial leverage in terms of profitability index and payback period to investor to those who can put the wind farm operational before 2020. Sensitivity analysis were carried out in this research indicates that the profit received by investors from FiT is dependent on the real fluctuation of wind turbine prices. PT. PLN (Persero) as national grid operator receive the negative impact since the FiT price is higher than their average generation cost. The impact is also simulated in this research in form of subsidy that needs to be provided by the government to the PT. PLN (Persero).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45719
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sungkawa
Abstrak :
Sumber daya dan cadangan energi baru terbarukan di Indonesia cukup besar, namun saat ini pengembangannya belum optimal. Kesenjangan geografis antara lokasi pasokan energi dan permintaan serta investasi teknologinya yang tinggi merupakan tantangan tersendiri untuk mengembangkan teknologi berbasis EBT. Dukungan pemerintah dengan menetapkan regulasi yang dapat memicu penerapan teknologi EBT, dalam hal ini di sektor ketenagalistrikan ialah melalui kebijakan Feed-in Tariff (FIT), FIT di Indonesia mengunakan patokan harga tertinggi ceiling prices dengan acuan BPP setempat dan BPP nasional yang ditetapkan setiap tahunnya. Berdasarkan hasil analisis dengan skenario harga pembelian tenaga listrik kesepakatan para pihak ditentukan sebesar 85% dan 100% dari BPP pembangkitan setempat, menunjukan bahwa harga pembelian tenaga listrik merupakan harga yang sesuai dengan keuntungan yang wajar bagi pihak swasta atau Pengembang Pembangkit Listrik (PPL) dengan selisih atau potensi keuntungan bagi pihak PPL tertinggi berada di wilayah Nusa Tenggara Timur untuk pembangkit yang bersumber dari energi air (Hydro) sebesar 1.666,65 Rp/kWh jika harga pembelian tenaga listrik dibandingkan dengan rata-rata terbobot LCOE Pembangkit EBT di dunia. Selain itu secara finansial PLN dapat melakukan penghematan jika menerapkan harga pembelian tenaga listrik yang bersumber dari pembangkit EBT dibawah besaran BPP pembangkitan setempat, penghematan dapat dilakukan dengan mengganti/memberhentikan produksi dan sewa pembangkit yang menggunakan energi fosil terutama BBM yang memiliki biaya bahan bakar yang tinggi dan mengikuti kurs mata uang asing, potensi penghematan bagi PLN jika mengganti/memberhentikan produksi dan sewa pembangkit PLTD dan PLTG dengan skenario harga pembelian tenaga listrik kesepakatan para pihak di ditentukan sebesar 85% dan 100% dari BPP pembangkitan setempat selama tahun 2017 sebesar 24 triliun rupiah untuk pembelian tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit PLTA, PLTP, PLTSa dan 28,3 trilun rupiah untuk pembelian tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit PLTS, PLTB, PLTBg/Bm, PLTLaut.
Resources of renewable energy in Indonesia are quite large, but currently the development is not optimal. The geographical gap between the location of energy supply, demand and investment in technology is a challenge for developing renewable-based technology. Government support by establishing regulations that can trigger the application of renewable technology, in this case for electricity sector is through the Feed-in Tariff (FIT) policy, FIT in Indonesia uses ceiling prices with reference to the Cost Of Electricity (COE) in each region and national COE which is set annually. Based on the results of the analysis with the scenario that the purchase price of electricity for the parties is determined at 85% and 100% of the local COE generation, indicating that the purchase price of electricity is a price that matches the reasonable profit for the private sector or the Power Plant Developer with a difference or the highest potential profit for the PPL in the East Nusa Tenggara region for Hydro generation of 1,666.65 IDR / kWh if the purchase price of electricity is compared to the LCOE weighted average RE in the world. In addition, financially PLN can make savings if it applies the purchase price of electricity sourced from the RE plant under the amount of COE local generation, saving can be done by replacing / stopping the production and rental of plants that use fossil energy, especially fuel which has high fuel costs and following foreign exchange rates, potential savings for PLN if it replaces / stops the production and rental of PLTD and PLTG plants with the scenario of purchasing prices of electricity agreements between parties is determined at 85% and 100% from local COE generation during 2017 amounting 24 to 28.3 trillion rupiahs.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51825
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulius Putra
Abstrak :
Pertumbuhan ekonomi yang pesat di Indonesia menimbulkan masalah yang mendasar, dimana pertumbuhan ekonomi yang pesat tidak diimbangi oleh suplai energi yang mumpuni. Ketergantungan Indonesia pada energi fosil mengakibatkan persediaan minyak yang menurun drastis dan subsidi pemerintah yang membengkak. Untuk menghadapi isu ini, pemerintah mengeluarkan insentif untuk membudidayakan potensi energi terbarukan di Indonesia yang sangat tinggi, dimana salah satunya berupa kebijakan Feed-in Tariff (FIT). Pada penelitian ini, sebuah model simulasi dinamis dan pembentukan dan analisis skenario kebijakan FIT di Indonesia akan dibangun dan diaplikasikan, yang dikaitkan dengan perkembangan tiga aspek utama Indonesia, yang meliputi aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan aspek sosial. Adapun hasil dari model yang telah diaplikasikan menunjukkan bahwa dengan menjalankan kebijakan FiT, perkembangan tiga aspek utama Indonesia mengalami perkembangan yang jauh lebih pesat. ......Rapid economic development in Indonesia causes fundamental issues, where the rapid development is not balanced by a dependable energy supply. Indonesia’s dependence to fossil energy causes rapid decrease in oil supply and swelling subsidy cost. To face those issues, the government issues incentives to utilize the renewable energy potential in Indonesia, which include Feed-in Tariff(FiT). In this research, a dynamic simulation model and policy analysis of FiT will be constructed and implemented, relating it to the economical, environmental, and social aspects in Indonesia. The result of the applicated model stated that by implementing FiT policy, the development of three main aspects in Indonesia showed better development.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52451
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valentinus Alvin Wijaya
Abstrak :
Tuntutan isu perubahan iklim global membuat Indonesia perlu meningkatkan proporsi energi terbarukan pada bauran energi nasional sebesar 23%. Dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang dibuat PT PLN, pembangunan pembangkit listrik energi terbarukan sudah ditargetkan kapasitas terpasangnya hingga tahun 2028. PV sebagai salah satu sumber energi listrik terbarukan tenaga surya masih memiliki hambatan untuk mengembangkan kapasitas terpasangnya. Studi ini bertujuan untuk merancang model kebijakan feed-in tariff yang mendukung investasi proyek energi terbarukan, sehingga dampak ketersediaan anggaran oleh pemerintah dan dampak lingkungan dapat diantisipasi oleh pemerintah. Dengan menggunakan metodologi sistem dinamis dan data historis kapasitas PV terpasang, studi ini dapat menjelaskan efek kebijakan feed-in tariff terhadap perkembangan pembangunan kapasitas PV terpasang dan kontribusi PV terhadap pengurangan emisi gas CO2 dan juga faktor penentu terjadinya efek tersebut. Penelitian ini mengungkapkan bahwa kebijakan feed-in tariff berdampak pada meningkatnya pertumbuhan investasi proyek PV dan tercapainya target RUPTL kapasitas PV terpasang di tahun 2028. Dua kebijakan, PLTS atap dan subsidi modal diuji pada model untuk mendemonstrasikan sensitivitas kapasitas PV terpasang dan kontribusi penurunan emisi gas CO2 akibat tendensi berinvestasi pada PV. ......The demands of the global climate change issue make Indonesia need to increase the proportion of renewable energy in the national energy mix by 23%. With the Electricity Supply Business Plan (RUPTL) made by PT PLN, the construction of renewable energy power plants has been targeted to have installed capacity until 2028. PV as a source of renewable electricity from solar power still has obstacles to developing its installed capacity. This study aims to design a feed-in tariff policy model that supports investment in renewable energy projects, so that the impact of budget availability by the government and environmental impacts can be anticipated by the government. By using a dynamic system methodology and historical data on installed PV capacity, this study can explain the effect of the feed-in tariff policy on the development of installed PV capacity development and the contribution of PV to reducing CO2 gas emissions and also the determinants of this effect. This study reveals that the feed-in tariff policy will have an impact on increasing the growth of PV project investment and the achievement of the RUPTL target for installed PV capacity by 2028. Two policies, rooftop solar PV and capital subsidies are tested on a model to demonstrate the sensitivity of installed PV capacity and the contribution of reducing CO2r gas emissions due to the tendency to invest in PV.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Bonardo Jonathan
Abstrak :
EBT di Indonesia merupakan sumber daya yang menjanjikan karena terletak di sekitar garis khatulistiwa dan iklim tropis.Potensi yang tinggi dan juga ambisi yang tinggi dari pemerintah terhadap EBT tidak sebanding dengan pelaksanaan RUEN sejak pertama kali dikeluarkan yaitu mengenai bauran energi 23 pada tahun 2025. Kurangnya minat investor dan banyaknya proyek yang mangkrak merupakan gambaran pelaksanaan yang tidak sesuai. Feed-in Tariff FiT seharusnya menjadi perangsang masyarakat dan investor untuk berinvestasi, tetapi malah sebaliknya, investor ditekan untuk menjual dengan harga murah. Penilaian FiT PLTS Fotovoltaik ini mencakup wilayah yang dikeluarkan kementrian ESDM, sehingga pemerintah dapat sadar bahwa nilai FiT yang lebih baik perlu untuk menaikkan investasi EBT, khususnya PLTS Fotovoltaik. Perhitungan FiT menggunakan metode LCOE, berdasarkan penelitian terkait dan spesifikasi peralatan dengan kondisi sekarang dan juga kondisi penurunan efisiensi kapasitas dan harga pv modul. Nilai discount rate dan Energi yang dihasilkan merupakan parameter sensitivitas karena berpengaruh terhadap kebijakan. Berdasarkan perhitungan FiT, daerah terluar Indonesia, bukan ibukota provinsi atau wilayah Jawa-Bali merupakan daerah dengan sarana dan situasi yang menarik untuk melakukan investasi PLTS Fotovoltaik.Pentingnya penentuan asumsi keekonomian, teknologi yang digunakan dan tata cara instalasi / maintenance PLTS supaya kebijakan yang selanjutnya dapat dikeluarkan dapat tepat sasaran.
RE in Indonesia is a promising power resource because it lies around the equator and tropical climate. The high potential and high ambition of the government against RE is not comparable with the implementation of RUEN since first issued regarding the energy mix is 23 in 2025. The lack of investor interest and the number of projects that faded is a description of implementation that is not appropriate. Feed in Tariff FiT should be a stimulant for investors to invest, but instead, investors are pressed to sell at a bargain price. The Photovoltaic FiT location assessment is issued by the ESDM ministry, so the government can be aware that better FiT values are necessary to raise EBT investments. FiT calculation use LCOE method, based on related research and equipment specification with current condition and also condition of decreasing efficiency of capacity and price of pv module. The value of the discount rate and the energy generated are sensitivity parameters, because it affects the policy. Based on the calculation of FiT, the outer regions of Indonesia, not the provincial capital or the region of Java Bali is an area with interesting facilities and situations to invest in Solar PV Power. The importance of the determination of economic assumptions, technology used and procedures PLTS installation maintenance so that the policy can be issued can be on target.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T49197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dicky Nurachman
Abstrak :
Sebagai negara dengan sumber daya energi panas bumi yang melimpah, Indonesia memiliki peluang untuk mengalokasikan energi panas bumi sebagai energi terbarukan terdepan untuk menggantikan ketergantungan pada energi minyak dan gas. Namun, ada beberapa tantangan yang dihadapi pengembang, yaitu tantangan teknologi, finansial dan kebijakan. Dengan demikian, membuat proyek panas bumi kurang menarik bagi investor untuk berinvestasi di sektor energi ini. Khususnya, tantangan finansial yang akan menjadi perhatian besar bagi pengembang untuk diatasi. Analisis kelayakan investasi diperlukan untuk mengatasi masalah ini untuk menarik lebih banyak investor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan investasi proyek panas bumi di PLTP Lumut Balai dengan merumuskan pemodelan pembiayaan yang optimal dan efisien dan melakukan pendekatan probabilistik dengan simulasi Monte Carlo. Dalam hal ini, dampak feed-in-tariff dan tahun COD akan dinilai melalui enam skenario yang akan disimulasikan dalam model. Hasil menunjukkan bahwa feed in tarif dan tahun COD memainkan peran penting dalam menentukan daya tarik kelayakan proyek panas bumi di Indonesia. ......As the country with abundant resource of geothermal energy, Indonesia has the opportunity to allocate the geothermal energy as the leading renewable energy to substitute dependency on oil and gas energy. However, there are some challenges that developers faced, which are technology, financial, and policy challenges. Thus, making the geothermal project less attractive for investors to invest in this energy sector. Notably, the financial challenge that will be close attention for private sectors to tackle. Feasible financing is needed to tackle this issue to attract more investors. This paper aims to analyze the feasibility investment of a geothermal project in Lumut Balai geothermal power plant with formulating the optimal and efficient financial modeling and performing a probabilistic approach with Monte Carlo simulation. In this regard, the impact of feed-in-tariff and year of COD will be assessed through six scenarios that will be simulated in the model. The results indicate that feed-in-tariff and year of COD plays a significant role in determining the attractiveness of a geothermal project in Indonesia.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library