Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Basuki Dwi Lestari
Abstrak :
Anemia gizi merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang harus ditanggulangi secara serius. Terjadinya anemia gizi biasanya disebabkan karena jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Di samping itu berbagai faktor juga dapat mempengaruhi terjadinya anemia gizi antara lain kebiasaan makan, kurangnya konsumsi zat gizi lain misalnya vitamin A, vitamin C, protein, infeksi, sanitasi lingkungan, investasi cacing, dan sosial ekonomi. Konsekuensi yang timbul akibat terjadinya anemia gizi adalah produktivitas rendah, terhambatnya perkembangan mental dan kecerdasan, menurunnya kekebalan terhadap penyakit infeksi, morbiditas dll. Prevalensi anemia gizi remaja putri berdasarkan beberapa hasil penelitian ternyata cukup tinggi, sementara upaya penanggulangan anemia belum mengarah kepada sasaran remaja ini. Penelitian ini merupakan suatu studi analisis yang menggunakan data sekunder dari Pusat Penelitian dan' Pengembangan Gizi, Departemen Kesehatan RI. Jenis penelitian ini termasuk penelitian observasional tipe potong lintang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi remaja putri. Variabel dependen penelitian ini adalah status anemia remaja putri, sedangkan variabel independen meliputi investasi cacing, tingkat konsumsi energi, protein, vitamin A, vitamin C dan zat besi, status Cu, pendidikan ayah, pendidikan ibu, dan kebiasaan minum teh. Analisa data meliputi univariat dengan distribusi frekuensi, bivariat dengan uji kai kuadrat, dan multivariat dengan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anemia gizi remaja putri sebesar 41.54 %, Disamping itu variabel yang berhubungan berrnakna secara statistik (p < 0.05) dengan kejadian anemia gizi remaja putri adalah variabel investasi cacing, tingkat konsumsi energi, protein, dan vitamin C. Dan variabel yang paling berhubungan secara bersama-sama terhadap kejadian anemia gizi adalah variabel tingkat konsumsi vitamin C (p < 0.0383, OR = 2.71, CI 95 % = 1.76614 - 3.65i 66). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, disarankan agar penangguulangan anemia gizi pada remaja putri sudah harus mulai diprioritaskan sehingga perlu adanya program khusus penanggulangan anemia gizi pada remaja putri ini. Disarankan pula dilaksanakannya penyuluhan kepada ibu-ibu mengenai pengetahuan tentang anemia sebab dan akibatnya serta perlunya makanan seimbang kepada remaja putri. Disamping itu perlu adanya penelitian lain mengenai anemia gizi remaja putri sehingga informasi yang didapat bisa saling melengkapi.
Nutritional anemia is one of the major nutritional problems in Indonesia that must be seriously tackled. Nutritional anemia normally occurs when the amount of the iron consumed does not equal to the requirements. Besides, several other factors also contribute to the incidence of nutritional anemia such as, among other things, eating habits, lack of consumption of other nutrients including vitamins A and C, a lack of protein, infection, environmental sanitation, worms infestation, social economic conditions, etc. The consequences arising from nutritional anemia include low productivity, disturbance in mental and intelligence development, decreasing immunity against infectious diseases, morbidity, etc. According to the results of the research, the prevalence of nutritional anemia among female adolescence is relatively high, whereas the efforts taken to combat anemia have not been directed to' this specific target population. This research is an analytical study using secondary data from Nutritional Research and Development Centre, Department of Health of the Republic of Indonesia. This is an observational research of a cross-sectional type. The objective of the research is to study the factors relating to the incidence of the nutritional anemia among female adolescence. The dependent variable of the research is the status of anemia among female adolescence, while the independent variables include worms investation, the level of energy, protein, vitamin A, vitamin C and iron consumptions, the status of Cu, educational background of the girls' parents and the habits of tea drinking. Analysis of the data is carried out using univariate method by frequency distribution, bivariate method by chi square test, and multivariate method by logistical regression. The results of the research have demonstrated that the prevalence of nutritional anemia among female adolescence reaches as high as 41.54 %. In addition, the variables having statistically significant relationship (p < 0.05) with the incidence of nutritional anemia among female adolescence include the investation of worms, and the level of energy, protein, and vitamin C consumptions. And the variable having the closest bearing to the incidence of nutritional anemia is the level of vitamin C consumption (p = 0.0383, OR = 2.71, 95 % CI = 1.76614 - 3.65166). Based on the results of the research, it is recommended that the handling of nutritional anemia among female adolescence should be prioritized by commencing a special improvement program. Another recommendation is given for the implementation of guidance and education campaign to the mothers on the causes and consequences of anaemia, and the need of providing a balanced diet for their daughters. Further researches and studies on nutritional anemia among female adolescence are deemed necessary, so that all the information obtained will complement each other.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gayuh Siska Laksananno
Abstrak :
ABSTRAK
Anemia defisiensi besi merupakan masalah gizi yang banyak diderita oleh remaja putri karena usia remaja berada pada masa petumbuhan dan juga dampak dari menstruasi yang didapat setiap bulannya. Beberapa penelitian menunjukkan tingginya anemia pada remaja putri. Penyebab anemia defisiensi besi adalah kurangnya pemasukan zat besi, meningkatnya kebutuhan akan zat besi, kehilangan darah kronis, penyakit malaria, cacing tambang dan infeksi-infeksi lain serta pengetahuan yang kurang tentang anemia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya anemia defisiensi besi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi SMU Muhammadiyah Kota Tegal. Jumlah sampel 113 orang. Data diambil menggunakan kuesioner, sedangkan untuk pemeriksaan kadar Hb dan Ferritin serum, responden diambil sampel darahnya kemudian dilakukan pemeriksaan di laboratorium klinik. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat dengan independen t-test dan chi square serta analisis multivariat dengan regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan pada 95% CI terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan (p value 0.003), kebiasaan diet (p value 0.000), asupan zat besi (p value 0.014), kebiasaan konsumsi vitamin C (p value 0.003), kebiasaan minum teh (p value 0.01), siklus (p value 0.02) dan lama menstruasi (p value 0.000) dengan anemia defisiensi besi. Sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan anemia defisiensi besi adalah umur (p value 0.566), tingkat pendapatan orang tua (p value 0.054) dan jumlah anggota keluarga (p value 0.672). Dari analisis multivariat menunjukkan faktor yang paling berkontribusi adalah kebiasaan konsumsi vitamin C (OR = 4,321). Rekomendasi dari penelitian ini adalah remaja putri untuk meningkatkan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi, meningkatkan konsumsi vitamin C dan mengurangi minum teh.
ABSTRACT
Iron deficiency anemia is nutrient problem on many female adolescence because in growth process and the effect of their menstruation. The studies shown increasing amount of anemia on female adolescence. The cause of iron deficiency anemia are less of intake iron, increasing iron needed, chronic bleeding, malariae and other infection, also less of knowledge about anemia. The objective of this study is to identify contribute factor to event of iron deficiency anemia. This research use descriptive metode with cross sectional approach. The population are students Muhammadiyah Senior High School at Kota Tegal. They were 113 respondents. The data taken with questionaire, therefore assesment of Hb level and serum ferritin level were use blood sample in laboratory. The data analyze that use was univariat, bivariat with independent t-test and chi-square, also multivariat with logistic regretion. The result show at 95 CI, there is the correlation between knowledge (p value 0,003), dietary history (p value 0,000), iron intake (p value 0,014), consumption of vitamin C (p value 0,003), tea drink history (p value 0,01), menstruation cycle (p value 0,02) and duration of menstruation (p value 0,000) with iron deficiency anemia. Therefore factors not correlated with iron deficiency anemia are age (p value 0,566), level of parents income (p value 0,054) and family member (p value 0,672). Multivariat analyze shown consumption of vitamin C is dominant factor to contribute iron deficiency anemia (OR = 4,321). Recomendation of this study is increasing consumption of iron and vitamin C and decreasing drink of tea to prevent iron deficiency anemia.
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aenaya Delavera
Abstrak :
Inisiasi seksual dini merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sekarang umum terjadi di seluruh dunia terutama di negara berkembang. Hal tersebut dapat memberikan banyaknya dampak negatif terlebih untuk remaja perempuan, sehingga sangat penting untuk dilakukan pencegahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan inisiasi seksual dini pada remaja perempuan di Indonesia. Subjek penelitian adalah perempuan usia 15 – 24 tahun yang belum pernah menikah. Penelitian ini bersifat kuantitatif menggunakan data sekunder SDKI 2017 dengan desain penelitian cross sectional. Hasil uji regresi logistik didapatkan bahwa usia, pendidikan, konsumsi alkohol, merokok, pengaruh teman sebaya, kepemilikan pacar, status ekonomi, dan paparan media informasi berhubungan dengan inisiasi seksual dini. Pengaruh teman sebaya (AOR=27,127; p<0.001) dan pendidikan (AOR=10,909; p=0.003) menjadi faktor yang paling dominan berhubungan dengan inisiasi seksual dini. Penelitian ini menyarankan untuk dibuatnya mekanisme pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual yang komprehensif baik di dalam maupun luar sekolah; memanfaatkan media agar terjangkau remaja lebih luas; dan program untuk membantu orang tua dalam mengoptimalkan perannya dalam mengawasi remaja. ......Early sexual initiation is a public health problem and is now common worldwide, especially in developing countries. This can have many negative impacts on female adolescents, so it is very important to do prevention. This study aims to determine the determinants of early sexual initiation among female adolescents in Indonesia. The subjects of the study were never-married women age 15 – 24. This research is quantitative using secondary data from the 2017 IDHS with a cross-sectional research design. The results of the logistic regression showed that age, education, alcohol consumption, smoking, peer influence, boyfriend ownership, wealth, and media exposure were associated with early sexual initiation. Peer influence (AOR=27,127; p < 0.001) and education (AOR=10,909; p=0.003) are the most dominant factors were associated with early sexual initiation. This study suggests the establishment of a comprehensive reproductive and sexual health (RSH) education mechanism both inside and outside schools; use the media to reach a wider range of youth, and programs to assist parents in optimizing their role in supervising adolescents.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library