Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eva Riani
Abstrak :
Latar belakang: Akne vulgaris (AV) merupakan kelainan kulit akibat peradangan kronik folikel pilosebasea yang sering dijumpai pada remaja dan dewasa muda. Pada pasien perempuan didapatkan prevalensi AV yang lebih tinggi dan dampak psikososial yang lebih berat. Beberapa studi meneliti terdapat hubungan antara peningkatan kadar homosistein dengan derajat keparahan AV, namun peran homosistein dalam patogenesis AV masih belum jelas. Kadar homosistein ditentukan oleh multifaktor sehingga temuan di Indonesia dapat berbeda dibandingkan penelitian terdahulu. Secara fisiologis, kadar homosistein pada perempuan lebih rendah dari laki-laki. Tujuan: Mendapatkan data kadar homosistein plasma pada pasien perempuan dengan AV ringan (AVR), AV sedang (AVS), dan AV berat (AVB) serta mengetahui korelasi kadar homosistein plasma dengan berbagai derajat keparahan AV. Metode: Studi potong lintang dilakukan terhadap 46 subjek penelitian (SP), direkrut secara consecutive sampling, yang terdiagnosis AV berdasarkan kriteria Lehmann pada bulan April-Juni 2019. Setiap SP akan diambil darahnya untuk dilakukan pemeriksaan kadar homosistein plasma dengan metode chemiluminescent microparticle immuno assay (CMIA). Hasil: Pada pasien perempuan dengan AV didapatkan rerata kadar homosistein plasma kelompok AVR, AVS, dan AVB yaitu 7,39 (1,84) μmol/L, 7,14 (1,73) μmol/L, dan 6,95 (1,14) μmol/L. Terdapat korelasi negatif lemah yang tidak bermakna antara kadar homosistein plasma dengan derajat keparahan AV (r=-0,0964, p=0,524). Kesimpulan: Kadar homosistein plasma ditemukan lebih rendah pada kelompok AVS dan AVB. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa semakin rendah kadar homosistein plasma, maka semakin berat derajat keparahan AV. ......Background: Acne vulgaris (AV) is a skin disorder caused by chronic inflammation of pilosebaceus that is primarily found in adolescents and young adults. In female patient, there is a higher prevalence of AV and more severe psychosocial impact. Several studies have investigated association between the levels of serum homocysteine and severity of AV, but the role of homocysteine in AV is not clearly understood. Homocysteine levels are thought to be affected by varying factors, so it is assumed that homocysteine levels in Indonesian people will yield a different results. Physiologically, female has a lower homocysteine levels. Objective: This study aims to know the levels of homocysteine plasma in female patients suffering from mild, moderate, and severe AV, also its correlation with the degree of AV severity. Methods: This cross-sectional study included 46 subjects, recruited by consecutive sampling, who have been diagnosed with AV based on Lehmann criteria on April-June 2019. Blood sample will be taken from each subject to measure homocycsteine plasma levels by using chemiluminescent microparticle immuno assay method (CMIA). Results: In female patients, the mean plasma homocycteine levels of mild, moderate, and severe groups were respectively 7,39 (1,84) μmol/L, 7,14 (1,73) μmol/L, and 6,95 (1,14) μmol/L. There was no significant corelation between plasma homocysteine levels and the degree of acne severity (r=-0,0964, p=0,524). Conclusion: Levels of plasma homocysteine was found lower on moderate and severe AV groups. The lower the levels of plasma homocysteine, the more severe the the degree of acne severity.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alisya Ameridya
Abstrak :
Dalam memenuhi hak kesehatan seksual dan reproduksi perempuan, dokter obstetri dan ginekologi (obgyn) memiliki peran yang dibutuhkan untuk menyediakan layanan kesehatan, namun beberapa dokter obgyn laki-laki melakukan kekerasan seksual kepada pasien perempuan. Kekerasan seksual ini melanggar hak perempuan untuk mengakses layanan kesehatan seksual dan reproduksi secara aman dan nyaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pengalaman pasien perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual oleh dokter obgyn laki-laki dengan menggunakan teori kriminologi feminis radikal. Melalui pendekatan penelitian kualitatif feminis dengan mewawancarai tiga pasien perempuan korban, penelitian ini memperlihatkan pengalaman korban mengenai kekerasan seksual yang dilakukan oleh dokter obgyn laki-laki dan dampak yang dirasakan korban. Pengalaman dokter obgyn perempuan dan laki-laki selama menjalani pendidikan dan profesi obgyn juga dibahas dalam penelitian ini. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa akar penyebab kekerasan seksual oleh obgyn laki-laki terhadap pasien perempuan berasal dari patriarki, yang diwujudkan melalui dominasi/bias gender laki-laki dalam institusi kedokteran dan objektifikasi tubuh perempuan. Akibatnya, kekerasan seksual oleh dokter obgyn laki-laki terhadap pasien perempuan terjadi melalui kerentanan berlapis yang dibentuk oleh relasi kuasa yang timpang berbasis model hubungan paternalistik dan berbasis seks/gender. Relasi yang timpang ini membentuk kerentanan berlapis bagi pasien perempuan karena posisi mereka sebagai pasien dan sebagai perempuan. Penelitian ini juga menyoroti dampak fisik, psikologis, dan ekonomi dari kekerasan seksual yang dialami korban. ......To fulfill women's rights to sexual and reproductive health, obstetricians and gynecologists (obgyns) play a crucial role in providing healthcare services. However, some male obgyns perpetrate sexual violence against female patients. This sexual violence violates women's rights to access sexual and reproductive healthcare in a safe and comfortable manner. This study aims to reveal the experiences of female patients who have been victims of sexual violence by male obgyns using radical feminist criminology theory. Through a qualitative feminist research approach, including interviews with three female patient victims, this study reveals the experiences of victims regarding sexual violence perpetrated by male obgyns and the impact felt by the victims. The experiences of both female and male obgyns during their education and professional practice are also discussed in this research. The findings of this study reveal that the root causes of sexual violence by male obgyns against female patients stem from patriarchy, manifested through male dominance/gender bias within the medical institution and the objectification of women's bodies. As a result, sexual violence by male obgyns against female patients occurs through layered vulnerabilities shaped by imbalanced power relations based on paternalistic model and sex/gender. These imbalanced relations create layered vulnerabilities for female patients due to their positions as patients and as women. This research also reveals the physical, psychological, and economic impact of the sexual violence experienced by the victims.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library