Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dody Ervant Kurniawan
Abstrak :
ABSTRAK
Energi dari tenaga surya merupakan salah satu sumber energi alternatif, dengan efisiensi yang masih rendah. Salah satu komponen penting pada sistem pembangkit tenaga surya adalah konverter, berfungsi untuk menaikkan tegangan. Salah satu komponen penting pada konverter penaik tegangan, boost converter, adalah induktor. Penelitian ini membahas pembuatan induktor dengan inti ferit jenis E yang ada di pasaran dengan kawat enamel, dan mengujinya pada boost converter, untuk melihat karakteristik, serta efisiensi dan tegangan maksimum yang dapat dicapai. Uji coba dilakukan dengan mengubah parameter tegangan, jumlah lilitan, dan frekuensi. Dengan hasil, tegangan keluaran mencapai 232V, dan efisiensi sebesar 97,52% dengan beban lampu 5W/220-240V.
ABSTRACT
The solar power is one of alternative energy source, yet with low efficiency. One of solar power plant?s important component is converter, serves to raise the voltage. Its one of the important component is inductor. This research discussed the making of E-type power inductor using ferrite core available on market, with enamel wire, and see the characteristics on boost converter, as well as the efficiency and maximum voltage obtained. Tests were performed by doing iterations on voltage, winding amount, and frequency, with the results of output voltage reaches 232V, and efficiency of 97.52% with a lamp (5W/220-240V ) as load.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1671
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Diniarto Hamid
Abstrak :
ABSTRAK
Baja HSLA atau baja paduan rendah kekuatan tinggi memiliki keunggulan karena kekuatan dan keuletannya yang tinggi serta mampu las yang baik. Mekanisme penguatan pada baja ini diperoleh melalui penghalusan butir selama transformasi austenit menjadi ferit. Untuk mengetahui perilaku pertumbuhan butir ferit selama transformasi , maka dilakukan pemanasan ulang (austenisasi) pada temperatur 1200°C selama 2 jam, lalu didinginkan di udara hingga menca.pai temperatur 750, 800 dan 850°C dan ditahan selam 20, 40 dan 60 menit pada temperatur tersebut setelah itu d icelup dalam air. Ukuran butir jerit yang dihasilkan selama transformasi isotennal pada temperature 750°C lebih kecil dibandingkan hasil transformasi pada temperature 800 d an 850°C. Laju pertumbuhan butir ferit sangat besar pada temperature 850°C laju pertumbuhan pada temperature 750 d an 800°C.
2000
S41610
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Primanila Serny
Abstrak :
ABSTRAK
Baja karbon rendah adalah baja dengan elemen pembentuk uramanya Fe dan C di mana kandungan karbonnya tidak melebihi 0,05%. Karena Hu baja jenis ini memiliki keuletan yang tinggi. Pada aplikasinya baja karbon rendah banyak digunakan pada proses deep drawing untuk pembentukkan badan mobil. Salah satu masalah yang timbul adalah kekuaran mekanisnya kurang. Salah satu cara unruk meningkatkan kekuaran seperri yang diinginkan dcngan mendaparkan siruktur butir-butir ferit yang berukuran kecil melalui metode Thermo Mechanical Control Process (TMCP). Penelitian yang dilakukan yaitu proses canai panas baja karbon rendah pada temperatur austenit dengan menggunakan parameter perubahan deformasi (regangan) dan Iaju pendinginan. Pada penelitian ini diamati transformasi butir ausrenit menjadi butir ferit setelah proses canai panas dan hubungannya dengan fungsi regangan deformasi dan laju pendinginan. Benda uji yang dipakai berukuran 3.5 x 50 x 100 mm, dipanaskan sampai temperatur ± 1100°c dan dicanai pada temperatur ausrentsast 95 0-1000°C. Deformasi yang diberikan sebesar 0, 2; 0,3 dan 0.4 dan didinginan melalui media pendinginan air, oli juga di udara terbuka Setelah proses canai dilakukan analisa metalografi dengan menggunakan mikroskop optik dan metode planimetri untuk perhitungan ukuran butir austenit prior dan ferit. Kesimpulan yang didapat yaitu Iaju pendinginan yang cepat dan deformasi yang besar akan menghambat pertumbuhan butir ferit sehingga ukuran butir ferit Iebih kecil daripada pendinginan yang lambat dan deformasi yang kecil.
2000
S41626
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daud Joseph
Abstrak :
ABSTRAK
Begitu banyaknya proses produksi yang dilakukan, begitu banyaknya detinasi produk yang akan dibuat dan begitu banyaknya sifat material yang diinginkan. Di dalam semuanya itu terdapat sebuah material yang mulai banyak dilirik oleh pangsa pasar karena sifat maupun bentuknya yang unggul namun tidak mengurangi sifat-sifat mekanisnya.

Permintaan akan material dengan kekuatan yang tinggi, ketahanan korosi, namun mudah dibentuk talah memacu pada penelitian yang lebih dalam pada baja bebas atom interstisi. Proses rekristalisasi sebagai komponen utama salam pemnentu sifat mekanis baja bebas atom interstisi menjadi objek penelitian yang begitu banyak diminati.

Proses rekristalisasi dipengaruhi oleh berbagai parameter seperti besarnya deformasi, tingkat pemanasan (temperatur tahan dan waktu tahan), kadar berbagai unsur dalam material (seperti li, l, Mn, N, dan lainnya). Pengaruhnya akan dijelaskan pada bagian studi literatur dan efek spesifik pada material lT-Steel tipe Ti-Stabilized akan dijelaskan pada bagian pembahasan.

Dengan mengetahui waktu tahan yang optimal untuk proses rekristalisasi maka akan diketahui parameter-parameter proses yang diperlukan untuk memperoleh sifat mekanis yang paling baik. Dengan menghasilkan proses rekristalisasi yang lebih cepat maka akan dihasilkan proses yang diperlukan efektif secara teknis, efisien secara ekonomis, sehingga tidak membahayakan produk secara fisik maupun financial.
2001
S41534
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Sugandi
Abstrak :
DC-DC Switch Mode Power Supply SMPS merupakan rangkaian elektronika yang dapat mengubah suatu level tegangan listrik tertentu menjadi level tegangan listrik lainnya. Perubahan level tegangan memanfaatkan prinsip induksi elektromagnet, yaitu melalui kopel magnetik dari transformator frekuensi tinggi berinti ferit. Frekuensi tinggi di bangkitkan menggunakan mikrokontroler ATmega 328 berbasis Arduino. Frekuensi tinggi yang dihasilkan adalah sekitar 20kHz. Kelebihan SMPS dalam konversi tegangan dibandingkan konverter lainnya adalah SMPS dapat mengkonversi dengan efisiensi yang cukup tinggi, karena rasio tegangan dipertahankan oleh rasio lilitan. Selain itu SMPS juga dapat memisahkan rangkaian secara elektrik. Sehingga jika ada gangguan di sisi primer, sisi sekunder tidak merasakan gangguan secara langsung, begitu pula sebaliknya. Terdapat filter LC dua tahap untuk menghaluskan gelombang keluaran. Terdapat pula pengendali PID untuk mempertahankan tegangan keluaran sesuai dengan referensi. Terdapat pula rangkaian snubber untuk melindungi divais elektronik dari interaksi induktansi leakage transformator dengan kapasitansi Miller divais elektronik tersebut. Nilai ripple factor gelombang keluaran sebelum difilter adalah 1.11, setelah difilter satu tahap adalah 0.556, dan difilter dua tahap 0.222. Pada beberapa pengujian respon transien, didapatlah waktu tunak rata-rata sebesar 1.79 detik. Undershoot dan Overshoot tegangan keluaran terbesar yang terjadi saat pengujian adalah pada nilai tegangan 163.86V dan 268.93V dari set point 220V. Terjadi penurunan suhu MOSFET rata-rata sebesar 7.36oC ketika rangkaian snubber dipasang. Pada pengujian efisiensi, didapat efisiensi tertinggi sebesar 91.7 pada beban 700W. ......DC DC Switch Mode Power Supply SMPS is an electronics circuit that used to change DC voltage level from one level to another level. This circuit use electromagnetic induction, which is via magnetic couple of high frequency ferrite transformer to change voltage level. High frequency is produced by ATmega 328 microcontroller with Arduino platform. Frequency that used in this circuit is about 20 kHz. SMPS advantages compare to another voltage converter are high efficiency conversion and it can electrically isolate primary and secondary. So, if there is a fault at primary side, then secondary side is not sense the fault directly, and vice versa. There is a two stage LC filter to make output wave smoother. There is a PID controller to maintain output voltage at its reference. There is a snubber circuit to protect electronic device from interaction between transformer leakage inductance and its Miller capacitance. Output waveform ripple factor before being filtered is 1.111, after being filtered by 1 stage LC filter is 0.556, and after being filtered by 2 stage LC filter is 0.222. From some transient test, average system rsquo s settling time is 1.79 second. Output voltage undershoot and overshoot are respectively 163.86V and 268.93V at 220V set point voltage. MOSFETs temperature has decreased after snubber circuit is placed. From efficiency test, highest systems efficiency is 91.7 at 700 watt load.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiqurrachman
Abstrak :
Sebuah studi dilakukan untuk mengetahui hubungan struktur mikro dan ketangguhan impak dengan berbagai kandungan unsur nikel di dalam elektroda pada pengelasan baja SM570-TMC dengan multi-pass flux-cored arc welding. Logam induk yang digunakan adalah plat baja SM570-TMC dengan ketebalan 16 mm. Pengelasan dilakukan dengan metode flux-cored arc welding (FCAW) dengan posisi datar (1G). Tiga buah plat SM570-TMC dilas dengan elektroda-eletroda yang memiliki kandungan nikel yang bervariasi: 0,4%, 0,8%, dan 1,4% nikel. Efek dari kandungan nikel terhadap plat hasil pengelasan dipelajari pada studi ini. Inverstigasi terdiri dari observasi struktur mikro dan pengujian mekanik. Hasilnya menunjukkan pada temperatur 25 dan 0 oC tidak ada perbedaan kekuatan impak logam las yang signifikan antara 0,4% Ni dan 0,8% Ni. Akan tetapi pada -20 oC, logam las dengan elektroda 0,8% Ni menunjukkan kekuatan impak yang jauh lebih baik. Hal ini karena pembentukan ferit asikular (AF) pada logam las 0,8% Ni mampu meningkatkan ketangguhan impaknya pada temperatur rendah. Di satu sisi, logam las dengan 1,4% Ni menunjukkan ketangguhan impak yang rendah pada semua temperatur pengujian. Adanya segregasi mikro akibat tingginya konsentrasi Ni mampu menurunkan ketangguhan impaknya. A study was carried out to evaluate the relationship of microstructure and impact toughness for different nickel level of electrodes in multi-pass flux-cored arc welded SM570-TMC steel joint. The base metal used in this study was SM570-TMC plate with 16 mm thickness. The multi-pass welds were run by using flux-cored arc welding (FCAW) with the flat position (1G). Three SM570-TMC welded plates were fabricated with varying amount of nickel content of electrodes, 0.4%, 0.8% and 1.4% nickel. The effects of nickel were studied on the weld metals. The investigations consist of observation on the microstructure and mechanical tests. The results showed that there are no significant differences of impact energy at 25 and 0 oC between weld metal using 0.4% Ni and 0.8% Ni electrode. However, at -20 oC, the impact energy of 0.8% Ni weld metal is far more superior than the other. The formation of acicular ferrite (AF) on 0.8% Ni weld metal seems effetively improve its low temperature impact toughness. On the other hand, 1.4% Ni weld metal has the lowest impact toughness at all temperature. The higher Ni content caused microsegregation and significantly lower its impact toughness.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Prabowo
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh deformasi dan temperatur deformasi terhadap besar butir ferit dan persentase fasa ferit pada Baja HSLA A572 Grade 50 hasil proses canai panas. Benda uji berupa baja paduan rendah kekuatan tinggi (HSLA) dengan kandungan 0.028% Nb, 0,0085%C dan sejumlah kecil paduan lainnya yang di reheating pada temperatur sekitar 1150°C kemudian dilakukan canai panas pada temperatur 850°C dan 950°C dengan besar reduksi 0,1; 0,2; 0,3 kemudian dilakukan pendinginan udara. Perhitungan besar butir menggunakan metode intercept (ASTM E112). Dari hasil penelitian didapat dengan bertambahnya deformasi maka besar butir ferit akan semakin mengecil dan semakin besar laju pendinginan maka persentase fasa ferit yang dihasilkan akan semakin kecil. ......The main purpose of this research is to study the effect of deformation and temperature deformation to the ferrite grain size and percentage of ferrite phase at HSLA A572 Grade 50 steel as a hot rolling process product. The specimen is High Strength Low Alloy Steel with 0,0285Nb, 0,0085%C content and other low alloy that reheated at 1150°C temperature and then hot rolled at 850°C and 950°C with deformation 0,1; 0,2 and 0,3 then air cooled. The measurement of ferrite grain use interceipt method (ASTM E112). The experiment results show that the increasing of percent deformation will cause a smaller ferrite grain size and the increasing cooling rate will cause smaller percentage of ferrite phase.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52030
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Julian Restudy
Abstrak :
Baja HSLA dan baja karbon rendah merupakan jenis baja yang banyak diaplikasikan pada bidang konstruksi maupun otomotif dimana keuletan dan ketangguhan yang baik sangat dibutuhkan. Adanya penambahan sejumlah kecil (0,15%) unsur paduan tertentu pada baja HSLA yang menghasilkan sifat mekanis yang baik melalui penguatan presipitat dan penghalusan butir menyebabkan baja ini lebih unggul dari baja karbon rendah biasa. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari sejauh mana komposisi kimia mempengaruhi morfologi ferit yang terbentuk pada baja HSLA dibandingkan baja karbon rendah yang akan berpengaruh pada sifat mekanis akhir serta ketahanan korosinya. Benda uji yang digunakan yaitu, baja HSLA 0,029% Nb dan baja karbon rendah yang dipanaskan ulang pada temperatur 1200 °C dengan waktu tahan 1 jam dengan pencelupan air. Perlakuan pemanasan ulang sampai pada temperatur 1200 °C dengan waktu tahan 1 jam dengan pencelupan air akan menyebabkan berubahnya morfologi ferit dari baja HSLA maupun baja karbon rendah. Perubahan morfologi dari ferit ini akan menyebabkan sifat mekanis dan ketahanan korosi dari baja HSLA dan baja karbon rendah mengalami perubahan yang antara lain dipengaruhi oleh adanya transformasi fasa serta bertambah besarnya diameter butir ferit. Pemanasan pada temperatur 1200 °C dengan waktu tahan yang cukup lama (1 jam) menyebabkan meningkatnya migrasi atom pada batas butir melalui proses difusi sehingga ukuran butir akan bertambah besar yang nantinya akan mempengaruhi sifat ketahanan korosinya. Perlakuan pemanasan ulang dengan pendinginan yang cepat menyebabkan terbentuknya lath martensit serta struktur widmanstatten ferit pada mikrostruktur baja HSLA. Berbeda dengan baja karbon rendah yang tetap memiliki struktur ferit namun ukuran butirnya tidak seragam pada mikrostrukturnya. Pemanasan ulang menghasilkan ukuran butir ferit yang lebih besar dari sebelumnya serta meningkatkan ketahanan korosi dari baja dengan baja HSLA memiliki ukuran butir ferit yang lebih besar dan ketahanan korosi yang lebih baik dibandingkan dengan baja karbon rendah biasa.
HSLA steel and low carbon steel has a good ductility and toughness which is needed in constructional and automotive aplication. Additional small number (0,15%) of certain alloy on HSLA steel increasing it mechanical properties, by precipitation strenghtening and grain refinement, to better than normal low carbon steel. This research is done to study the comparison of influence chemical composition to ferrite morphology that occur after isothermal process on HSLA steel and low carbon steel and their corrosion resistant. Sample is HSLA 0,029% Nb and low carbon steel (0,15% C), reheating at isothermal temperature 1200 °C, with about 1 hour, with water quenching. Reheating at isothermal temperature 1200 °C, with holding time about 1 hour, with direct water quenching cause the transformation of ferrite morphology of both HSLA steel and low carbon steel that influence the change of mechanical and corrosion properties. The change of mechanical and corrosion properties influenced by increasing the ferrite grain size and also the phase transformation of steel. High temperature of reheat (1200 °C) and long holding time (1 hour) enhance the atom migration on grain boundary so that the austenit grain size growing larger and as result the ferrite grain size is larger. High reheating temperature with rapid cooling cause the lath martensite and widmanstatten ferrite formed on microstructure of HSLA steel. On the other hand, there is no phase transformation changing on low carbon steel, it still has ferrite with rough grain size. Reheating process will increase both the ferrite grain size and corrosion resistant of steel with HSLA steel has larger the ferrite grain size and better corrosion resistant than low carbon steel.
2008
S41679
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library