Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ni Wy. Suratni
"ABSTRACT
Film sebagai karya sent memiliki kelengkapan dari beberapa unsur seni yaitu seni rupa dan desain, seni fotografi, seni artitektur, seni tari, seni puisi sastra, seni teater (drama) dan seni musik. Salah satu unsur seni dalam film adalah drama, untuk itu fungsi dan peran teater (drama) dalam film sangat erat relevansinya. Materi tentang drama pada Program Studi Film dan TV ISI Denpasar masuk dalam mata kuliah Dramaturgi. Materi pada mata kuliah dramaturgi memiliki karakteristik berbeda dengan prodi lainnya. Hal ini merupakan masalah bagi pengampu untuk dapat menyesuaikan kebutuhan drama dalam film. Luaran dari matakuliah dramaturgi dapat memerankan tokoh
dalam film sesuai tuntutan skenario. Guna menghasilkan luaran tersebut maka diperlukan metode pengajaran yang efektif mengingat latar belakang mahasiswa dari non pertunjukan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan 3 tahapan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa proses pembelajaran Dramaturgi sebagai upaya meningkatkan hasil belajar mahasiswa adalah dengan menggunakan pendekatan belajar tuntas (mastery learning). Dosen tidak hanya menggunakan metode ceramah untuk materi yang bersifat teori namun juga mengkolaborasikan dengan metode diskusi kelompok. Materi
yang bersifat praktek, dikembangkan dengan mengkombinasikan metode dernontrasi, simulasi, sandiwara dan permainan. Dosen bertindak sebagai fasilitator mahasiswa dalam proses pembelajaran. Dosen mengembangkan media pembelajaran yang tidak hanya menggunakan LCD dengan PPT tapi juga menambahkan bantuan video,
musik illustrasi dan puisi untuk mempermudah mahasiswa dalam kelas praktek, Serta memindahkan kelas praktek ke alam terbuka untuk membantu mahasiswa mendalami proses penjiwaan kelas praktek Dramaturgi. Pembaharuan tersebut membawa dampak sangat signifikan yaitu meningkatkan hasil belajar mahasiswa setiap tahapannya."
Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
700 JSRD 21:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ranggi Marsetti Layyinanti
"Film drama cinta dongeng memiliki keragaman cerita dari masa ke masa, dari dongeng masa kecil hingga film dewasa yang menggambarkan kehidupan percintaan yang penuh dengan koflik dan perjuangan yang berakhir dengan bahagia. Film drama cinta dongeng ini memiliki peminatnya sendiri yang umumnya khalayak perempuan. Penelitian ini membahas bagaimana proses keberadaan katarsis, fantasi, dan hiperrealitas dalam diri penonton saat menonton film drama cinta dongeng. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan paradigma konstruktivis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa film drama cinta dongeng memunculkan berbagai emosi dalam kisahnya dan ditutup dengan kebahagiaan. Penonton merasakan peranan katarsis, dimana rasa pembersihan jiwa dan emosinya muncul saat menonton film tersebut. Lalu, fantasi muncul dengan memposisikan diri penonton sebagai pemeran tersebut yang didukung dengan adanya simulasi. Dari fantasi, muncul rasa kepuasan yang menghadirkan sisi hiperealitas di dalam diri penonton, yaitu dengan mengimajinasikan dan menginginkan kisah cintanya. Bahkan ada yang mempraktekkan adegan-adegan dalam film drama cinta dongeng tersebut. Kehadiran hiperrelitas inilah yang membuat para penonton mencampur adukkan antara kenyataan dan imajinasi yang berujung pada suatu kebutuhan.

Drama of Fairy tale love movie vary in its stories from time to time, from childhood tale to movies which depict love life with its conflicts and happy ending struggle. This drama of fairy tale love movie has its own audience which mainly female. This research provide explanations about how the catharsis and hypereality process exists in audience's selves when they watch the drama of fairy tale love movie. This research uses qualitative approach and post constructivist paradigm.
This research results that, drama of fairy tale love movie bring out various emotions in their stories and end happily. Audieces experience chatarsis' role, where the purgation of their soul and emotion appear. Then, fantasy arise by positioningthe audience as the cast, which is supported by the simulation. Fantasy cause satisfaction which bring out hyperreality in audiences' selves, by imagining and wanting their own love story. Some audiences even act out the scenes from the film. The presence of hyperreality is what makes the audience confuses between reality and imagination that pointed to a need.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T45086
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library