Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vega Riyanti
"ABSTRAK
Setiap Air Conditioner mengguuakan reiiigeran sebagai Huida kexja. CO2 merupakan altematif refdgeran yang tidak beracun, tidak berbahaya dan mempalcan refrigeran yang mendekati ideal. CO2 sebagai reliigeran dapat berfungsi efelctif bila diterapkan pada Siklus Translcritikal, di mana tekanan konclensemya berada di atas tekanan kdtis. Untuk itu, perlu dibuat suatu desain konstruksi yang sesuai dengan karalcteristik CO1 dalam siklus kompresi uap Dalam AC, kond ser adalah salah satu komponen utamanya. Alat tersebut berimgsi untuk membuang panas alcibat kelja kompresor dan panas yang diserap evapolator.
Pada siklus transkritikal, di kondenser teljadi pelepasan panas dalam .Else tmmggal bukan kondensasl sepertj pada sistem pendingin umumnya, karena itu disebut Gas Cooler. Permcangan ini m itikberatkan pada desain termalnya namun menyesuaikan dengan karakteristik C01 yang memerlukan perhatian khusus pada ketebalan tube dau pressure drop yang besar.
Kapasitas pendinginan pada evaporator dalam perancangan ini adalah 5 TR., di mana refxigeran mengalir di dalam tube dan udara mengalir dengan arah menyilang berkas tube. Temperatur udara masuk 30°C dan temperatur udara keluar 40°C, sedangkan temperatur CO2 masuk adalah 81,26°C dan temperatur CO2 keluar 45°C. Ienis gas cooler pada perancangan ini adalah tipe fin and tube dengan jenis _fin plat kontinu berbentuk segi ernpat datar, dengan material aluminium, jumlahjin 394 finlm, dan tebaljln 0,203 mm.
Dari perhitungan rancangan ini dengan iterasi menggunakan Micosoj? Excel diperoleh data bahwa diameter tube relatif lebih kecil clari diameter tube standar yang digunakan clalan sistem AC Split dan pressure drop yang culcup tinggi. Karena aliran massa yang cukup besar, aliran massa dibagi atas 10 sirkuit untnk mengurangi jatuh tekanan. Tube menggunakan bahan Stainless Steel dengan diameter luar/diameter dalam 5,6/4,3 mm dengan susunan 3 baris dan 50 tube per baris. Panjang tube keselumhan adalah l27,5 m dengan luas perpindahan panas 18,70 ml. Sehingga jatuh tekanan di dalam pipa pada tiap sirl-:uit adalah 111046 Pa sedangkan jatuh tekanan pada sisi udara adalah 156 Pa.

"
2000
S37179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gandes Satria Pratama
"Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki kelembaban dan temperatur yang tinggi. Indonesia memiliki rata-rata kelembaban antara 60%-90%. Berdasarkan data ini, masih cukup tinggi. Berdasarkan standar ASHRAE, nilai relative humidity antara 40%-60% adalah nilai optimal untuk kesehatan manusia serta dapat meminimalisir penyebaran virus (Condair Ltd., 2007). Untuk meningkatkan kualitas udara, pengering cair atau liquid dehumidification menjadi teknologi alternatif yang lebih hemat energi. Liquid desiccant dehumidifier menggunakan heat exchanger tipe fin and tube. Pendistribusian ionic liquid yang tepat dapat meningkatkan rasio kebasahan pada fin and tube heat exchanger. Fenomena ini dapat meningkatkan penyerapan uap air oleh ionic liquid. Pada Liquid Desiccant Dehumdifier fin and tube heat exchanger akan dialiri ionic liquid secara vertikal. Pada penelitian ini menggunakan 2 pola dengan diameter lubang 1,0 mm, 1,5mm dan 2,0mm. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa pola dua dengan diameter 1,0 mm dapat membasahi 71 fin (89,75%) dengan rasio kebasahan setiap fin-nya adalah 22,53% dari panjang fin.

Indonesia is a tropical country that has a high level of humidity and temperature. Indonesia has an average relative humidity of 60%-90%, According to ASHRAE standards, relative humidity 40%-60% is the optimal number that is good for human health that can minimize the spread of the virus (Condair Ltd., 2007). To improve air quality, liquid dehumidification can be an alternative technology that is more energy efficient. In a liquid dehumidifier, it is common to use a fin and tube heat exchanger. The proper distribution of ionic liquid can optimize the wetting ratio in the fin and tube heat exchanger. Distribution of ionic liquid can increase the wetting ratio of fin and tube heat exchanger. This phenomenon can increase the absorption of water vapor by the ionic liquid. In the Liquid Desiccant Dehumidifier, the fin and tube heat exchanger will be flowed by the ionic liquid vertically. Based on research result obtained, with diameter 1,0 mm gained better results with 71 fins are wetted and wetting ratio is 22,53% each fin."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Arum Wulandari
"Meningkatnya pemenuhan energi dan semakin seringnya isu mengenai permasalahan lingkungan membuat para peneliti selalu mencari solusi yang tepat agar dapat mengamankan ketersediaan energi dan meminimalisir efek lingkungan yang mungkin terjadi. Salah satu teknologi yang layak untuk dikembangkan lebih lanjut dalam mengatasi kedua masalah tersebut adalah sistem pendingin dan penyimpanan energi panas secara adsorpsi. Penelitian yang dilakukan ini merupakan menguji kinerja adsorber tipe fin-tube dalam sistem pendingin dan penyimpan panas adsorpsi menggunakan pasangan adsorben dan adsorbat berupa zeolit alam - air. Metodologi yang dilakukan adalah rancang bangun adsorber tipe fin tube dan alat uji adsorpsi serta menguji kinerjanya. Variasi yang dilakukan adalah menggunakan adsorber tipe fin-tube yang mempunyai jarak antar fin 2 mm dan 3 mm, temperatur adsorpsi dan temperatur evaporasi. Selanjutnya dilakukan analisa kharakteristik thermal sehingga didapat kapasitas massa yang terserap maksimal adalah 62,2%, COP sistem pendingin maksimal sebesar 0,44 serta efisiensi thermal sistem penyimpan panas tertinggi sebesar 28,61%.

The increasing supply of energy and more frequent issues regarding environmental problems makes researchers always look for the right solution in order to secure energy availability and minimize the environmental effects that may occur. One technology that deserves to be further developed in overcoming these two problems are the cooling system and thermal energy storage by adsorption. This research was conducted to test the performance of the fin-tube type adsorber in the cooling system and adsorption thermal energy storage using an adsorbent and adsorbate pair in the form of natural zeolite - water. The methodology used are the design of the fin tube type adsorber, adsorption test equipment and performance test. The variations are using a fin-tube type adsorber which has a fin pitch of 2 mm and 3 mm, the adsorption temperatur and the evaporation temperatur. Furthermore, the thermal characteristics analysis was carried out so that the maximum absorbed mass capacity was 62.2%, the maximum cooling system COP was 0.44 and the highest thermal efficiency of the thermal energy storage system was 28.61%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafi Bagja Wirawan
"Indonesia memiliki suhu tinggi dan kondisi iklim lembab. Mengontrol kelembaban penting untuk memastikan lingkungan yang sehat, produktif, dan nyaman (Salarian et al., 2009). Saat ini, sistem berbasis siklus kompresi uap mendominasi industri pendinginan di seluruh dunia, namun penggunaan Sistem Kompresi Uap (Vapor Compression System) tidak efisien untuk menangani beban laten yang tinggi. Integrasi sistem liquid desiccant ke dalam sistem pendingin udara dapat mengurangi konsumsi energi hingga 30%, sehingga sistem pendingin pengering dapat menurunkan konsumsi energi (Salarian et al., 2009; Zhang et al., 2019). Penelitian ini mengkaji kinerja sistem liquid desiccant dengan memvariasikan distributor solusi untuk melihat kinerja dehumidifikasi dan rasio kebasahan (wetting ratio) dari two-row wavy fin and tube heat exchanger yang digunakan. Dalam sistem liquid desiccant ini, heat exchanger tipe sirip dan tabung (fin and tube) akan bersilangan dengan aliran udara secara horizontal dan aliran larutan secara vertikal. Dengan rasio kebasahan yang lebih baik dari larutan ke permukaan heat exchanger, fenomena perpindahan massa dapat ditingkatkan. Investigasi akan dilakukan dengan melihat kemampuan dehumidifikasi dari masing-masing distributor dan menggunakan metode image processing untuk melihat rasio kebasahan pada permukaan heat exchanger. Tiga pola distributor digunakan, dengan dehumidifikasi dan rasio kebasahan yang lebih baik diperoleh pola distributor kedua dengan rasio kelembaban 6,5 g/kg, 7,7 g/kg, dan 8,3 g/kg.

Indonesia has a high temperature and humid climate condition. Controlling humidity is important for ensuring a healthy, productive, and comfortable environment (Salarian et al., 2009). Currently, vapor compression cycle-based systems dominate the worldwide cooling industry, however, the usage of a Vapor Compression System (VCS) is inefficient to deal with the high latent load. The integration of a desiccant dehumidification system into an air conditioning system can reduce energy consumption by up to 30%, thus desiccant cooling systems can lower energy consumption (Salarian et al., 2009; Zhang et al., 2019). This study investigates the performance of a liquid desiccant system with varying the solution distributor to see the dehumidification performance and wetting ratio of the two-row wavy fin and tube heat exchanger used. In this liquid desiccant system, the fin and tube heat exchanger will cross with airflow horizontally and the flow of the solution vertically. With a better wetting ratio of the solution to the surface of the heat exchanger, the mass transfer phenomena can be improved. The investigation will be carried out by looking at the dehumidification capabilities of each distributor and the image processing to see the wetting ratio to the surface of the heat exchanger. Three patterns of distributors are used, with better dehumidification and wetting ratio obtained by the second distributor pattern with Δ humidity ratio of 6.5 g/kg, 7.7 g/kg, and 8.3 g/kg."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafid Fawwaz Fadhal
"Kebutuhan akan teknologi sistem pendingin diperkirakan akan meningkat secara signifikan selama beberapa dekade mendatang seiring dengan meningkatnya suhu global dan peningkatan standar hidup global. Penyejuk udara (AC) dipromosikan sebagai metode praktis untuk menurunkan tekanan panas dan mencegah paparan panas. Namun, sistem AC konvensional membutuhkan energi listrik yang relatif besar, menyebabkan efek Urban Heat Island (UHI) dan berdampak langsung pada kenyamanan berupa suhu di luar ruangan. Dalam konteks perumahan dan komersial, cairan kerja amonia - air telah digunakan untuk pendinginan dan pemanasan. Absorption chiller adalah jenis sistem pendinginan bertenaga termal yang menggunakan sumber energi tingkat rendah untuk menyediakan pendinginan. Untuk mengevaluasi kinerja sistem, penelitian komputasi pada sistem pendingin absorpsi yang menggunakan ammonia - air telah dilakukan selain pengembangan dan pengamatan menggunakan metodologi eksperimental. Penelitian ini berfokus pada pemodelan komposisi larutan refrigerant dan penyerap menggunakan metode numerik berupa simulasi dinamis terkait sistem yang diteliti, yang dilakukan pada aplikasi MATLAB dengan beberapa asumsi masukan berdasarkan aplikasi aktual dan kondisi lingkungan. Pemodelan bertujuan untuk mendapatkan jumlah ideal atau persentase massa muatan refrigeran/larutan refrigeran amonia-air dan karakteristik respon dari masing-masing komponen dalam sistem termasuk nilai Coefficient of Performance (COP). Model yang dibutuhkan akan diimplementasikan pada sistem pendingin absorption chiller tahap tunggal dengan campuran refrigeran dan penyerap ammonia-air yang menggunakan energi matahari sebagai sumber panas pada generator, sistem berpendingin udara sebagai sistem pendingin di kondensor dan absorber, serta kapasitas pendinginan sebesar 5 kW yang dapat digunakan di sektor perumahan (residensial).

The need for cooling system technology is predicted to climb dramatically over the next several decades as global temperatures rise and global living standards rise. Air conditioning (AC) is promoted as a practical method for lowering heat stress and preventing heat exposure. However, Conventional AC systems require relatively large electrical energy, leads to the Urban Heat Island (UHI) effect and has a direct impact on outdoor thermal comfort. In both residential and commercial contexts, ammonia/water working fluid has been employed for cooling and heating. The absorption chiller is a type of thermally powered refrigeration system that uses low-grade energy sources to provide cooling. To evaluate the system performance, computational research on absorption chiller systems employing ammonia-water has been undertaken in addition to the development and observation using experimental methodologies. This research focuses on refrigerant-absorbent solution composition modeling using a numerical method in the form of dynamic simulations related to the system under investigation, which was carried out on the MATLAB application with several input assumptions based on the actual application and environmental conditions. The modelling aims to obtain the ideal amount or percentage of mass charge refrigerant/solution of ammonia-water refrigerant and the response characteristics of each component in the system including the Coefficient of Performance (COP) value. The required model will be implemented on a refrigerant-absorbent mixture of single stage ammonia/water absorption chiller system that uses solar energy as a heat source in the generator, a water-cooled system as a cooling system in the condenser and absorber, and a cooling capacity of 5 kW that can be used in the housing sector (residential)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library