Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 43 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tubigen, German: German Studies,
830 LMFA
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Syaiful Bakhri
Abstrak :
Pidana denda adalah jenis pidana yang tergolong tua dalam pelaksanaannya di berbagai negara, dan secara umum bermula dari hubungan keperdataan, yakni berupa ganti kerugian, seterusnya ikut campurnya pemerintah dalam hal ganti kerugian itu. Dalam perkembangannya, sekurangnya ada empat fase sejarah pertumbuhannya yakni pada awal abad pertengahan hingga akhir abad pertengahan. Pada tahun 1600 sampai abad kedelapan belas dengan ditandai berkembangnya aliran klasik. Perubahan pemikiran dalam hukum pidana diwarnai oleh berbagai aliran, terutama aliran klasik, aliran modern dan aliran kontrol sosial, dan perkembangan yang terakhir ini ialah, memandang hukum pidana sebagai suatu konsep pengendalian sosial. Sehubungan dengan tujuan dari pelaksanaan pemidanaan maka pidana penjara mendapatkan sorotan, terutama oleh gerakan Abolisionis yakni suatu gerakan yang berkeinginan untuk menghapuskan pidana penjara dengan suatu alternatif baru dari pidana perampasan kemerdekaan. Salah satu alternatif perampasan kemerdekaan itu ialah penggunaan lebih maksimal dari pidana denda dengan tujuan pemidanaannya, melalui pemikiran atau prinsip menghukum menjadi membina dan menjadikan terpidana sebagai subjek dari manusia seutuhnya. Perkembangan pemikiran ini dibarengi pula oleh pembaharuan hukum pidana kita dewasa ini melalui serangkaian politik kriminal, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap pelaksanaan dan sistem peradilan pidana Indonesia dewasa ini. Kecenderungan dan perkembangan pidana denda mengalami kemajuan pesat, melalui serangkaian Undang-Undang di bidang Administratif dimana rumusan pidana dendanya sangat tinggi, hingga mencapai lima belas milyar rupiah, dalam Undang-Undang Pasar Modal. Namun demikian dalam hal penerapannya perlu mendapatkan perhatian, terutama dalam sistem penerapan serta batas waktu pembayaran denda, demikian pula mengenai tindakan paksaan serta pedoman atau kriteria penjatuhan pidana denda tersebut. Antisipasi terhadap ini, telah dilakukan oleh Tim Rancangan KUM Pidana dengan rumusan sistem pemidanaan melalui pedoman, yakni mencantumkan pidana mati sebagai pidana khusus dan lebih banyak menggunakan pidana denda dengan sistem kategori serta membatasi dan mengganti ancaman pidana jangka pendek dengan pidana denda.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Aulia Pratiwi
Abstrak :
ABSTRAK
Pada tahun 2010, total jumlah bottom ash yang diproduksi di Jerman adalah sebesar 5 juta ton per tahun dan jumlah sampah yang diinserasi adalah 20.6 juta ton per tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa sampah masih merupakan suatu masalah di Jerman. Walaupun bottom ash sudah sering digunakan sebagai material sekunder, namun masih belum dapat mengurangi masalah sampah. Penggunaan bottom ash pada konstruksi dan pembuatan jalan juga dikurangi dimana adanya larangan yang membatasi karena dapat mengkontaminasi tanah. Salah satu cara untuk mengurangi masalah sampah adalah dengan memulihkan elemen berharga yang ada pada bottom ash sehingga dapat digunakan sebagai material sekunder. Dalam beberapa tahun terakhir, sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk memulihkan elemen berharga, namun proses yang dilakukan masih menggunakan larutan kimia dimana tidak ramah lingkungan. Suatu proses baru dibutuhkan untuk memulihkan elemen berharga tanpa menghasilkan sampah lainnya. Pertama-tama, bottom ash dikeringkan untuk mengurangi kandungan air dan kemudian digiling untuk mengecilkan ukurannya. Setelah itu bottom ash akan disaring dan dipisahkan menjadi lima fraksi yang berbeda, yaitu 500 μm, 250 μm, 125 μm, 63 μm, dan kurang dari 63 μm. Dikarenakan penelitian ini hanya difokuskan pada fraksi magnetik, maka proses pemisahan menggunakan magnet juga dilakukan untuk mengetahui elemen apa saja selain besi yang akan terpisahkan dengan metode ini. Terakhir proses pemisahan gravitasi dilakukan untuk mendapatkan elemen berharga dari bottom ash. Observasi menggunakan mikroskop digital dan mikroskop optik juga dilakukan untuk mengetahui morfologi dari bottom ash. Bottom ash yang telah diproses kemudian akan dianalisa menggunakan SEM-EDS dan XRF untuk mengetahui kandungan kimianya. Berdasarkan hasil karakterisasi diketahui bahwa bottom ash mengandung banyak elemen berharga seperti besi, nikel, kromium, dan kobalt. Elemen yang memiliki persentase pemulihan terbesar adalah besi dimana persentase beratnya meningkat dari 5.061% menjadi 33.790%. Setelah seluruh proses pemisahan dilakukan diketahui adanya partikel non magetik, yaitu partikel silikon yang dilapisi dengan lapisan magnetik.
ABSTRACT
The total amount of bottom ash produced in Germany in 2010 was 5 million tons per year while the total amount of incinerated waste was 20.6 million tons per year[1]. This number indicates that waste is still a big problem in Germany. Even though bottom ash is widely used as secondary material, it is still not enough to reduce the problem. The use of bottom ash in construction and roads will also decreases since it is limited by the regulation due to soil contamination. One way to reduce the problem is to recover the valuable elements in the bottom ash thus it can be used as secondary material. For the past few years, many researches have been done to recover the valuable elements. However, the process that is used to recover the element is using chemical solution, such as leaching, which is not environmentally friendly. In order to protect the environment and not produce another waste after the process, a new recovery process is needed. At first, bottom ash must be dried to reduce the water content and ball milled to reduce its size. Afterwards, it sieved into five different fractions, which are 500 μm, 250 μm, 125 μm, 63 μm, and less than 63 μm. This study is focused on the magnetic fraction of bottom ash separated by magnets to find out, which elements beside iron can be separated with this technique. In the end, gravity separation process was done in order to obtain the valuable elements from bottom ash. Bottom ash was also observed with digital microscope and optical microscope in order to found out its morphology. Bottom ash that has been processed then will be analysed with SEMEDS and XRF to discover its chemical content. From both characterizations, it is known that bottom ash contained many valuable elements such as iron, nickel, chromium, and cobalt. Element which has the highest recovery percentage is iron, which its weight percentage is raising from 5.061% to 33.790%. After separation processes, some light and non-magnetic particles have been observed. These are silicon particle which is encapsulated with a magnetic layer.;
2016
T46311
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vinskatania Agung Andrias
Abstrak :
Perkembangan industri daur ulang limbah plastik rumahan secara global meningkat. Hal ini salah satunya adalah akibat dari adanya komunitas global daur ulang plastik, Precious Plastic. Berbagai pihak baik dari hobiis, komunitas, dan UMKM mengadaptasi proses daur ulang limbah plastik ini untuk diterapkan secara personal maupun sebagai sarana bisnis untuk mencari keuntungan. Perkembangan daur ulang plastik ini juga terjadi di Indonesia lewat komunitas serupa. Proses daur ulang plastik melibatkan berbagai potensi bahaya dan risiko keselamatan dan kesehatan kerja, sayangnya belum pernah dilakukan analisis risiko K3 pada pekerjaan daur ulang limbah plastik. Penelitian ini menganalisis risiko K3 pada proses pengolahan limbah plastik di UMKM X untuk memberikan gambaran dan evaluasi terhadap proses pengolahan limbah plastik dalam rangka meningkatkan keselamatan dan kesehatan pekerja. Variabel dari penelitian ini adalah langkah pekerjaan, jenis bahaya dan risiko, total risiko, total risiko sisa, pengurangan risiko san rekomendasi pengendalian risiko. Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian deskriptif observasional. Observasi bahaya dilakukan terhadap proses kerja dan risiko dianalisis dengan kriteria Fine. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa masing-masing aktivitas produksi terdiri dari 4 tahapan kerja yaitu preparasi, pelelehan dan pressing, serta finishing. Pada tahap pelelehan dan pressing, plastik dipanaskan dan diberi tekanan menggunakan 3 metode yaitu menggunakan oven dan mesin kompresi, menggunakan heat gun dan mesin kompresi, serta menggunakan mesin ekstrusi. Dari tahapan kerja daur ulang plastik di UMKM X, terdapat 49 bahaya yang teridentifikasi dan dianalisis risikonya. Penelitian ini berfokus membahas pekerjaan dengan risiko Very High. Risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang paling tinggi pada kegiatan daur ulang limbah plastik di UMKM X meliputi risiko terhirupnya uap plastik dan pajanan bising yang berasal dari alat. Rekomendasi pengendalian bahaya untuk risiko terhirupnya uap plastik antara lain dengan membersihkan plastik dengan bersih agar tidak terdapat komponen yang menambah level toksik, merancang Local Exhaust Ventilation yang sesuai dengan kebutuhan, sosialisasi mengenai bahaya uap plastik serta sosialisasi APD, menggunakan respirator untuk pekerjaan berisiko pajanan kimia uap plastik dan plastic odor. Sementara itu rekomendasi pengendalian dari risiko pajanan bising antara lain: mengganti alat dengan alat serupa yang memiliki teknologi untuk meredam bising yang dihasilkan, melakukan isolasi pekerjaan yang menimbulkan pajanan bising agar tidak dilakukan bercampur dengan kegiatan lainnya yang berpotensi memperluas pajanan bising, melakukan maintenance alat, serta menyediakan APD yang sesuai untuk meredam pajanan bising ke pekerja. ......The global development of the home-based plastic waste recycling industry is increasing. One of the reason is because of the campaign from global community of plastic recycling, Precious Plastic. Various parties, from hobbyists, communities, and MSMEs, adapted the process of plastic waste recycling to be applied personally as well as as a business tool for gaining profit. The development of plastic recycling also occursin Indonesia through similar communities. Plastic recycling process involves various potential hazards and occupational safety and health risks, unfortunately OHS risk management has never been carried out on plastic waste recycling work. This study analyzes the risk of OHS in the process of plastic waste recycling in MSME X to provide an overview and evaluation of the plastic waste recycling tasks in order to improve the safety and health of workers. The variables of this study are work tasks, type of hazard and risk, total risk, total residual risk, risk reduction and risk control recommendations. This research was conducted with an observational descriptive research design. Hazard observation is carried out on the work process and risks are analyzed with Fine criteria. The results show that each production activity consists of 4 work stages, namely preparation, melting and pressing, and finishing. In the melting and pressing stage, the plastic is heated and pressurized using 3 methods, namely using an oven and compression machine, using a heat gun and compression machine, and using an extrusion machine. From the stages of plastic recycling work in MSME X, there are 49 hazards identified and analyzed for risks. This study focuses on discussing Very High risk work. The highest occupational safety and health risks in plastic waste recycling activities in MSME X include the risk of inhalation of plastic fume and noise exposure originating from the equipment. Hazard control recommendations for the risk of inhalation of plastic fume include cleaning the plastic cleanly so that there are no components that add toxic levels, designing Local Exhaust Ventilation according to needs, socializing the dangers of plastic odors and plastic fume and socializing PPE, using respirators for risky jobs involving chemical fume and plastic odor exposure. Meanwhile control recommendations for the risk of noise exposure include: replacing devices with similar devices that have technology of noise reduction, isolate work that causes noise exposure so that it is not mixed with other activities that have the potential to expand noise exposure, perform maintenance of tools, and provide the appropriate PPE to reduce noise exposure to workers.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54343
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Cecilia Sarita
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang Fine Needle Aspiration Cytology FNAC adalah teknik yang cepat murah dengan komplikasi yang minimal untuk mendiagnosis tumor tulang FNAC memiliki kapasitas untuk membedakan lesi jinak dan ganas Namun masih banyak kontroversi tentang penggunaan FNAC sebagai salah satu alat diagnostik tumor tulang seperti keterbatasan FNAC di sisi teknik dan cara interpretasi Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi akurasi FNAC sebagai salah satu prosedur preoperasi diagnosis tumor tulang Metode Sampel diambil dari arsip rekam medis pasien curiga tumor tulang yang diperiksa dengan FNAC dan histopatologi di Departemen Patologi Anatomi FKUI RSCM dari tahun 2011 sampai 2014 Uji diagnostik dilakukan untuk mengetahui sensitivitas spesifisitas PPV NPV dan akurasi dari FNAC Hasil Terdapat 78 pasien kasus curiga tumor tulang yang diperiksa dengan FNAC dan Histopatologi di Departemen Patologi Anatomi FKUI RSCM pada tahun 2011 ndash 2014 Empat puluh sembilan kasus dilaporkan tumor tulang ganas dengan 5 kasus diskrepansi subtipe ganas dan 20 kasus tumor tulang jinak dengan 1 kasus diskrepansi subtype jinak Selain itu terdapat 8 kasus negatif semu dan 1 kasus positif semu Secara keseluruhan hasil yang didapatkan adalah sensitivitas 86 spesifisitas 95 2 PPV 98 NPV 71 4 dan akurasi sebesar 88 5 Kesimpulan Penelitian ini menunjukkan bahwa FNAC memiliki kualitas yang baik untuk mendiagnosis tumor tulang dibuktikan dengan tingginya angka sensitivitas dan spesifisitas 86 dan 95 2 FNAC dapat memberikan diagnosis yang akurat jika diikuti dengan pengambilan spesimen yang baik data klinis dan radiologi yang lengkap
ABSTRACT
Background Fine Needle Aspiration Cytology FNAC is a rapid inexpensive minimum invasive technique with less complication in diagnosing bone neoplasm FNAC is able to differentiate between neoplasm and non neoplasm cases However there are still many controversies regarding the usage of FNAC as a diagnostic approach of bone neoplasm such as the limitations of FNAC technique and interpretation This research aims to evaluate the accuracy of FNAC as one of diagnostic approach in preoperative or diagnosing bone neoplasm Method Samples were obtained from archives of medical records data of patients who clinically suspected of bone neoplasm and undergo FNAC Histopathology in Anatomical Pathology Department FKUI RSCM from 2011 to 2014 Following this the diagnostic test will be conducted in order to obtain the sensitivity specificity PPV NPV and accuracy of FNAC Results There are 78 patients of bone neoplasm were undergo Fine Needle Aspiration Cytology and Histopathology examination from the archives Anatomical Pathology Department in 2011 to 2014 Forty nine cases were reported as malignant bone neoplasm with 5 discrepancy type and 20 cases were benign with 1 discrepancy type Furthermore there were 8 false negative cases and 1 false positive case The sensitivity specificity positive predictive value PPV negative predictive value NPV accuracy were 86 95 2 98 71 4 and 88 5 respectively Conclusions FNAC shows a good quality as one of diagnostic approach in bone neoplasm as can be seen in a high sensitivity and specificity 86 and 95 2 in this study FNAC of bone neoplasm might give a highly accurate diagnosis if accompanied by a high quality of technique sampling adequate specimen clinical and radiologic assistance
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Billy Wira Anugerah
Abstrak :
Partikel halus batubara dikategorikan sebagai partikel batubara dengan kadar air yang tinggi dan ukuran 25-500 μm. Dewatering adalah bagian dari proses pembersihan batubara yang digunakan untuk mengurangi kadar air batubara dan dianggap sebagai proses yang paling mahal dibandingkan dengan aspek lainnya. Oleh karena itu, penelitian ini menerapkan bahan kimia tambahan untuk meningkatkan performa filtrasi. Proses vacuum filtration digunakan dengan mengaplikasikan tekanan sebesar 40 kPa dan komposisi batubara dengan padatan sebesar 15%. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kinetika filtrasi dan karakteristik cake yang dihasilkan, sehingga efektivitas dari bahan kimia yang digunakan dapat ditentukan. AERODRI® 104, surfaktan anionik, teramati sebagai bahan kimia yang paling efektif, dengan menunjukkan kinerja yang optimal pada dosis rendah dibandingkan dengan AERODRI® 105 sebagai ester. Penemuan lebih lanjut juga menunjukkan bahwa, ketika dosis meningkat lebih dari dosis optimal, filtrasi menjadi kurang efektif. ......Fine coal particles are categorised as coal particles with a high moisture content and a size from 25 to 500 μm. Dewatering is a part of coal cleaning process that used to reduce the moisture content of coal and considered as the most expensive process compared to other aspects of coal cleaning. Hence, it is planned to apply chemical additives to enhance filtration. Vacuum filtration was utilised with a pressure of 40 kPa and a coal composition of 15% solids. The experiment was conducted to analyse the filtration kinetics and the cake properties produced, thus, the effectiveness of the chemical can be determined. AERODRI® 104, an anionic surfactant, is observed to be the most effective chemical, showing optimum performance at low dosage compared to AERODRI® 105 as an ester. Further discovery also indicates that, when the dosage is increased over the optimal dosage, the filtration becomes less effective.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63509
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pius Daviv Sugiarto
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hazard dan analisis risiko pada aktivitas maintenance wahana X. Penelitian ini besifat deskriptif dengan desain semi-kuantitatif dan menggunakan tahapan manajemen risiko AS//NZS: 4360. Tahapan kerja aktivitasmaintenace didapatkan dari SOP dan wawancara mendalam. Analisis tingkat risiko menggunakan kriteria exposure, likelihood, consequence, dan risk level W.T. Fine. Aktivitas maintenance yang di analisis adalah harian dan mingguan greasing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hazard terbanyak yang dihadapi oleh pekerja pada maintenance harian adalah hazard fisik ketinggian dan listrik dengan tingkat risiko tertinggi pada tahapan memeriksa neple dan oli hidraulik tentakel. Sementara untuk aktivitas greasing,hazard yang paling banyak adalah fisik ketinggian dengan tingkat risiko tertinggi pada tahapan kerja menuju lokasi penggantian grease. Adapun pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan antara lain dengan pembagian shift kerja dan menyediakan kendaraan berupa golf car serta APD berupa; gloves, safety shoes, body harness, helm, dan googles.
This study aims to determine the hazards and risks analysis that exist in the maintenance activities of the ride X. This research was conducted with semi quantitative design and using AS NZS 4360. Work process obtained from SOPs and in depth interviews. The criteria of level analysis exposure, possibilities, consequences, and risk level by W.T. Fine. The maintenance activities analyzed are daily and weekly greasing. The results elucidate that most hazards incurred by workers for daily maintenance were physical hazards altitude and electrical at work process of inspection of the neple and tentacle hydraulic oil. Meanwhile, as for greasing activity, physical altitude is the most dangerous hazard at the work process to the location of grease replacement. In addition, controls that have been done by the company, among others, by dividing the work shift and providing the vehicle such as golf car and PPE in the form of gloves, safety shoes, body harness, helmets, and googles.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handy, Richard
Abstrak :
The moon presents a broad array of tone, texture, and form. Capturing this in a painting or sketch at the eyepiece of a telescope – or even with binoculars – develops observational skills, leaves a record of the observation, and can also be a delightful and rewarding pastime. However, the choice of media available is extensive (acrylic paint, oils, pen, charcoal, etc., and even computer art programs), and there is no existing text that fully explains all lunar sketching and painting techniques in each respective medium. This beautiful and graphically rich book fulfills this requirement. It presents detailed step-by-step instructions, in the form of illustrated tutorials for every major medium employed to represent the moon. It also provides practical advice on how to sketch outdoors at night (not ideal conditions for an artist!).
New York: [Springer, ], 2012
e20424909
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
It is knoewn that the most effective way to improve mechanical properties of steels is by microstructural refinement.....
IPTEKAB
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Peranginangin, Yan A.
Abstrak :
Kesempatan untuk mendapatkan pendidikan merupakan hak semua orang, termasuk anak tunanetra. Sarana yang digunakan dalam pendidikan bagi anak tunanelra adalah huruf Braille. Diperlukan jari yang kuat dan fleksibel agar anak lebih mudah belajar huruf Braille. khususnya untuk menulis. Akan tetapi lanpa penglihatan. perkembangan motorik anak lunanctra cenderung mengalami keterlambaran. Mendorong anak tunanctra untuk terlibal aklif dalam kegiatan schari-hari dapat membantunya untuk mengcmbangkan kekuazan dan lieksibilitas tangan dan jarinya. Program pengajaran individual ini bertujuan meningkatkan kemampuan psikomotor untuk mendukung mcnulis lauruf Braille pada anak tunanctra total. Program pengajaran individual ini dirancang berdasarkan Model Rumah kemampuan mororik halus yang terbagi menjadi tiga tahap (Bruni. 2006). Tahap perlama adalah stabilitas, koordinasi bilateral, dan sensasi. Tahap kedua adalah keterampilan dalam menggunakan tangan. Tahap ketiga adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas sehri-hari, yaitu menggunakan riglet dan stilus untuk menulis. Penguatan yang diberikan adalah penguatan sosial dan penguatan yang data dikonsumsi. Program pengajaran individual dilakukan di rumah subyck setelah pulang sekolah, terdiri dari 10 sesi ditambah l sesi evaluasi. Scsi I - lll meliputi kemampuan di tahap pertama. scsi IV - Vll di tahap kedua, dan sesi Vlll - X di tahap ketiga. Sesi evaluasi diberikan untuk melihat seiauh mana subyck dapat menerapkan kcmampuan psikomotor dalam menulis huruf Braille. scrta melakukan pcnutupan dari program pengajaran individual. Hasilnya adalah terdapat peningkatan kemampuan psikomolor dan bertumbuhnya motivasi menulis dalam diri subyek. meskipun subyek belum mam pu mcnulis mandiri......The chance to get education is everybocly?s right, including blind children. Aids used for blind children education is Braille alphabet. Strong and flexibel fingers are needed to ease a child in learning Braille alphabet, especially for writing. However, without sights, blind children tend to have delayed motor development. Encouraging blind children to actively engaged in daily activities may help to develop strength and flexibility of their hands and fingers. The purpose of this individualized educational program is to improve psychomotor skills to support writing ability in totally blind children. This individualized educational program is designed based on House Model of fine motor skills, that is divided in three stages {Bruni, 2006). First stage is stability, bilateral coordination, and sensation. Second stage is dexterity. Third stage is the ability to do daily activities, which is to use riglet and stylus to write. Reinforcement given are social reinforcement and consumable reinforcement. Individualized educational program held on subject?s home after school, consist of 10 sessions plus l evaluation session. Session I- III consist of ability in first stage, session IV - VII on second stage, and session VIII - X on the third stage. Evaluation session given to ses how far subject has implemented psychomotor skills in Braille alphabet writing, also to close the individualized education program. Result shows improvement in psychomotor skills and developing self-motivation in writing, although subject hasn't been able to write independently.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>