Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tampubolon, Jimmi R. Panuturi
"[ABSTRAK
Dalam penelitian ini dilakukan kompilasi studi literatur kondisi oseanografi berupa suhu dan kedalaman yang sesuai dengan lokasi potensial fishing ground ikan tuna di Samudera Hindia Bagian Timur. Kompilasi studi literatur menghasilkan basis pengetahuan (knowledge based), disusun melalui analisis studi literatur dengan metode plot dan poligon untuk 4 spesies tuna (tuna mata besar, tuna madidihang, tuna albakora, dan tuna sirip biru selatan). Rancangan poligon menunjukkan bahwa tuna albakora potensial tertangkap pada kedalaman 8 - 250 m dengan suhu 16,00 - 26,36 0C, tuna madidihang 42,70 - 340,30 m dengan suhu 14,02 - 27,97 0C, tuna mata besar 48,63 - 466,51 m dengan suhu 8,79 - 29,13 0C, tuna sirip biru pada kedalaman 52 - 492 m dengan suhu 8,14 - 19,86 0C. Poligon divalidasi dengan mempergunakan data tangkapan tuna harian selama 3 hari pada lokasi berbeda berdasarkan koordinat lintang dan bujur. Data insitu suhu dan kedalaman diperoleh melalui Infrastructure Development of Space Oceanography (INDESO) dan Global Ocean Data Asimilation Experinment (GODAE) selama 1 bulan (Januari 2015). Proses interpolasi pada poligon dilakukan untuk mendapatkan kritera suhu dan kedalaman yang dipergunakan pada rancangan peta tematik 3D. Pada bagian akhir penelitian terdapat rekomendasi rancangan alur logika perancangan sistem informasi lokasi potensial fishing ground tuna untuk implementasi model 3D.

ABSTRACT
In this research, compilation of literature studies consisting of oceanographic conditions (temperature and depth) which appropriate with potential location of tuna fishing ground in Eastern Indian Ocean had been done. These compilation then were analyzed using plot and polygon methods for 4 tuna species (bigeye tuna, yellowfin tuna, albacore tuna and southern bluefin tuna). Based on polygon method, it showed that albacore tuna were potentially caught at depth of 8 - 250 m and at temperature of 16,00 - 26,36 0C, yellowfin tuna at 42,70 - 340,30 m and 14,02 - 27,97 0C, bigeye tuna at 48,63 - 466,51 m and 8,79 - 29,13 0C, southern Bluefin tuna at 52 - 492 m and 8,14 - 19,86 0C. These polygon were validated using tuna fishing capture information for 3 days at different location based on their coordinates (latitude and longitude). In situ data on temperature and depth were obtained from the Infrastructure Development of Space Oceanography (INDESO) and the Global Ocean Data Assimilation Experiment (GODAE) for one month (January 2015). Interpolation process had been done to obtain temperature and depth criteria that were used in 3D thematic mapping design. At the end of the research, there is a recommendation in designing of logical flow of information system on location that were potential for tuna fishing ground using 3D model implementation., In this research, compilation of literature studies consisting of oceanographic conditions (temperature and depth) which appropriate with potential location of tuna fishing ground in Eastern Indian Ocean had been done. These compilation then were analyzed using plot and polygon methods for 4 tuna species (bigeye tuna, yellowfin tuna, albacore tuna and southern bluefin tuna). Based on polygon method, it showed that albacore tuna were potentially caught at depth of 8 - 250 m and at temperature of 16,00 - 26,36 0C, yellowfin tuna at 42,70 - 340,30 m and 14,02 - 27,97 0C, bigeye tuna at 48,63 - 466,51 m and 8,79 - 29,13 0C, southern Bluefin tuna at 52 - 492 m and 8,14 - 19,86 0C. These polygon were validated using tuna fishing capture information for 3 days at different location based on their coordinates (latitude and longitude). In situ data on temperature and depth were obtained from the Infrastructure Development of Space Oceanography (INDESO) and the Global Ocean Data Assimilation Experiment (GODAE) for one month (January 2015). Interpolation process had been done to obtain temperature and depth criteria that were used in 3D thematic mapping design. At the end of the research, there is a recommendation in designing of logical flow of information system on location that were potential for tuna fishing ground using 3D model implementation.]"
2015
T44726
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhammad Fadlullah
"

Perairan Yogyakarta merupakan salah satu perairan Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 573 dengan aktivitas penangkapan ikan. Nelayan sebagai aktor utama aktivitas tersebut akan terus memanfaatkan sumber daya perikanan untuk kebutuhan hidupnya. Padahal perairan merupakan common-pool resources yang dapat menimbulkan sebuah masalah akibat adanya kegiatan penangkapan ikan. Masalah tersebut dapat berujung pada eksploitasi dan degradasi lingkungan perairan. Perairan Yogyakarta umumnya dimanfaatkan oleh komunitas nelayan di Provinsi Yogyakarta dengan pemanfaatan terbesar pada komunitas nelayan di Kabupaten Bantul. Salah satu komunitas nelayan di Kabupaten Bantul, Yogyakarta yang paling besar dan maju adalah nelayan di Pantai Depok, Desa Parangtritis. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemilihan fishing grounds dan aktivitas penangkapan ikan berdasarkan jarak dari garis pantai untuk mencapai pengelolaan sumber daya perikanan yang tepat. Metode analisis yang digunakan adalah analisis keruangan dan keterkaitan hubungan yang dijelaskan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nelayan masih sangat bergantung kepada kondisi cuaca dan perairan. Pemilihan fishing grounds hanya mencapai 10 mil dari garis pantai ketika musim berlimpah. Fishing grounds tersebut akan berubah dan cenderung mendekat ke arah garis pantai ketika memasuki musim paceklik. Pemilihan fishing grounds memiliki hubungan yang cukup erat dengan asal daerah nelayan. Nelayan pendatang dari Cilacap yang sudah terbiasa dengan aktivitas penangkapan ikan dapat memilih fishing grounds yang lebih jauh dibandingkan nelayan lokal. Untuk pola spasial penangkapan ikan, jarak fishing grounds akan mempengaruhi ukuran mesin armada. Sementara faktor penangkapan lain seperti armada (kepemilikan dan ukuran), alat tangkap, dan hasil tangkapan cenderung sama baik pada fishing grounds dekat dan jauh di Perairan Yogyakarta. Komoditas tangkapan ikan yang sama serta kondisi cuaca dan perairan diperkirakan membuat aktivitas penangkapan kurang bervariasi oleh nelayan di Pantai Depok.


Yogyakarta waters are one of the waters in Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 573 with capture fisheries activity. Fisher is the main actor in fisheries activity who always uses the resources to their life necessities. Waters is a common-pool resource that can cause problems with capture fisheries activity. These problems could lead to exploitation and environmental degradation of waters. Generally, the fisher community who lived in the coastal area in Yogyakarta fishing in Yogyakarta waters. Bantul Regency becomes the biggest fishery production in 2018 than the other regency in Yogyakarta Province. One of the fishing communities in Bantul Regency, Yogyakarta that continues to grow and the most advanced in capture fisheries is the fisher at Depok Beach, Parangtritis Village. Therefore, the research conduct to analyze the fisher spatial behavior of fishing activities based on distance from the coastline to do proper fisheries management. The analytical method used was spatial analysis and quantitative descriptive. The results showed that fisher at Depok Beach still depends on the weather and water condition. Fishing grounds can reach 10 miles from the coastline on west monsoon (good season). Those fishing grounds will change and got shorter to the coastline on east monsoon (bad season). Fishing grounds choice has a relationship with the origin of the fisher. Migrant fishers from Cilacap who familiar with fishing activities choose fishing grounds more distant than a local fisher. For the spatial pattern of fishing, the fishing grounds distance will affect the size of the boat engine. While other fishing activities like a boat (ownership and size), gears, and the amount of catch fish tend to be the same both near and far fishing grounds at Yogyakarta waters. The same commodities and weather and water conditions are thought to make fishing activities less varied by fisher on Depok Beach.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Awaluddin
"Tesis ini membahas Karakteristik Oseanografi Perairan Indonesia dalam Upaya Mendukung Optimalisasi Perikanan Tangkap Ikan Pelagis. Parameter yang diamati terdiri dari parameter fisika laut, intensitas klorofil-a serta daerah potensial penangkapan ikan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa puncak musim penangkapan ikan di perairan Indonesia fase pertama berlangsung dari bulan April sampai bulan Mei. Fase kedua berlangsung dari November sampai bulan Januari. Pengaruh utamanya adalah akibat produktifitas klorofil-a pada bulan-bulan tersebut yang cukup tinggi akibat dipengaruhi oleh dinamika parameter fisik sepanjang tahun. Sementara masa paceklik terjadi dari bulan Juli sampai bulan September.
......This thesis discusses Oceanographic Characteristics of Indonesian Waters in Efforts to Support the Optimization of Pelagic Fish Fishing. The parameters observed consisted of physical parameters of the ocean, the intensity of chlorophyll-a and potential fishing areas. This research is a qualitative descriptive study. The results of this study found that the peak fishing season in Indonesian waters in the first phase lasted from April to May. The second phase runs from November to January. The main effect is that the productivity of chlorophyll-a in these months is also quite high which is influenced by the dynamics of physical parameters throughout the year. While famine occurs from July to September."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniadi Dwiyanto
"ABSTRAK<>br>
Tulisan ini membahas keterlibatan masyarakat dalam upaya pencegahan pelanggaran daerah penangkapan ikan dan upaya pencegahan konflik sebagai bentuk pencegahan kejahatan terpadu di Indonesia. Pelanggaran daerah penangkapan ikan, sebagai salah satu bentuk illegal fishing, terjadi karena tingginya permintaan ikan yang tidak disertai dengan pengawasan yang memadai akibat keterbatasan sumber daya berbagai instansi negara dan penindakan pelanggaran yang masih terdapat praktik korupsi dan kolusi. Konflik antar nelayan muncul sebagai akibat dari kekurangan tersebut. Penelitian dalam studi kriminologi di Indonesia sebelumnya sudah ada yang membahas keterlibatan masyarakat dalam pencegahan destructive fishing. Sedangkan tulisan ini membahasnya dalam konteks pelanggaran daerah peangkapan ikan. Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan kegiatan perikanan Indonesia diterapkan melalui pembentukan Sistem Pengawasan Masyarakat yang sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan. Tujuannya untuk mengatasi kekurangan instansi resmi dalam melakukan pengawasan di lapangan. Tulisan ini berusaha untuk menjelaskan motivasi keterlibatan masyarakat menggunakan teori pertukaran sosial. Pemberian rekomendasi terhadap berjalannya keterlibatan masyarakat dalam pencegahan pelanggaran daerah penangkapan ikan juga akan dibahas dalam tulisan ini.

ABSTRACT<>br>
This article discusses about the community involvement in the efforts to prevent fishing ground violations and conflict prevention efforts as a form of integrated crime prevention in Indonesia. Fishing ground violation, as an act of illegal fishing, occurs due to high fish demand that is accompanied by limited resources of state institutions rsquo to oversight and the presence of corrupt officers in prosecution stage. Conflicts among fishermen emerged as the consequences. There is a research in criminology studies in Indonesia previously discussed about community involvement in the prevention of destrucive fishing. While this paper discusses it in the context of fishing ground violation. Community involvement in the surveillance of Indonesian fishery activities is implemented through the establishment of a Public Oversight System that has been regulated in the Regulation of the Minister of Marine Affairs and Fisheries. The goal is to overcome the lack of official agencies in conducting surveillance in the field. This paper seeks to explain the motivation of community involvement using the theory of social exchange. Providing recommendations on the passage of community involvement in the prevention of violations of fishing grounds will also be discussed in this paper."
2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library