Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Most of vegetable consummed by Indonesian contain flavonoid that are active as antioxidant. Cassava leave is one of Indonesian vegetables that is rich in flavonoid content....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Galang Reynaldi
"

Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) merupakan tanaman yang termasuk dalam suku Rutaceae. Tanaman ini diketahui memiliki beberapa kandungan senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid dan telah dilaporkan memiliki aktivitas antimikroba. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar flavonoid total dan efektivitas antimikroba dari ekstrak etanol 96% buah dan daun Andaliman. Penetapan kadar flavonoid total dilakukan dengan pereaksi aluminium klorida, dengan kuersetin sebagai standar. Uji efektivitas antimikroba dilakukan dengan metode uji koefisien fenol terhadap bakteri Gram-positif aerob Enterococcus faecalis, Gram-positif anaerob fakultatif Streptococcus mutans, dan jamur Candida albicans dengan klorheksidin sebagai kontrol positif. Hasil penetapan kadar flavonoid total ekstrak etanol 96% buah dan daun Andaliman masing-masing adalah 20,84 dan 131,73 mg ekuivalen kuersetin (EK)/gram sampel. Hasil uji koefisien fenol yang dilakukan pada ekstrak etanol 96% buah Andaliman adalah 0 terhadap ketiga mikroba uji. Sedangkan, hasil uji koefisien fenol ekstrak etanol 96% daun Andaliman adalah kurang dari 1 terhadap Enterococcus faecalis, tidak dapat ditentukan terhadap Streptococcus mutans, dan 0 terhadap Candida albicans. Dari hasil keseluruhan uji dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 96% daun Andaliman memiliki efektivitas antimikroba terhadap Enterococcus faecalis yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak etanol 96% buah Andaliman. Selain itu, kadar flavonoid total ekstrak etanol 96% buah dan daun Andaliman diduga mempengaruhi efektivitas antimikroba, dimana kadar flavonoid total ekstrak etanol 96% daun Andaliman yang lebih tinggi dari kadar flavonoid total ekstrak etanol 96% buah Andaliman memiliki efektivitas antimikroba yang lebih baik dibandingkan efektivitas antimikroba ekstrak etanol 96% buah Andaliman.


Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) is a plant from Rutaceae family. This plant is known to have several secondary metabolite compounds such as flavonoids and has been reported to have antimicrobial activity. This study was conducted to determine total flavonoid content and antimicrobial effectiveness of 96% ethanol extract of Andaliman fruit and leaves. Determination of total flavonoid content was carried out by AlCl3 reagents with quercetin as standard. Antimicrobial effectiveness test was carried out using phenol coefficient test on Gram-positive aerobic bacteria Enterococcus faecalis, facultative anaerobic Streptococcus mutans, and the fungus Candida albicans with chlorhexidine as positive control. The results from determination of total flavonoid content of 96% ethanol extract of Andaliman fruit and leaves were 20.84 and 131.73 mg quercetin equivalent (QE)/gram sample respectively. The results of the phenol coefficient test obtained from 96% ethanol extract of Andaliman fruit were 0 on all microbes.The phenol coefficient value from 96% ethanol extract of Andaliman leaves is less than 1 for Enterococcus faecalis, cannot determined for Streptococcus mutans, and 0 for Candida albicans. From the overall results of the test it was concluded that the 96% ethanol extract of Andaliman leaves has better antimicrobial effectiveness against Enterococcus faecalis compared to the 96% ethanol extract of fruit. In addition, total flavonoid content of 96% ethanol extract of Andaliman fruit and leaves are thought to affect the effectiveness of antimicrobials where higher flavonoid levels of 96% ethanol extract of Andaliman leaves has better antimicrobial effectiveness compared to ethanol extracts of 96% of fruit.

 

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Widayat
"ABSTRACT
Inflamasi adalah respon proteksi tubuh yang berguna untuk mengeliminasi gangguan yang disebabkan oleh adanya kerusakan sel. Proses ini dimulai dengan melunakan, menghancurkan atau menetralisir agen berbahaya. Indonesia memiliki kurang lebih 30.000 spesies tanaman dan 940 spesies diantaranya termasuk tanaman berkhasiat. Salah satu tanaman tersebut adalah tanaman kembang merak (Caesalpinia pulcherrima l.) yang  telah digunakan sebagai anti-inflamasi pada pengobatan tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar flavomoid total, fenol total, dan nilai dari fraksi n-heksana, etil asetat dan metanol Caesalpinia pulcherrima l. dalam menghambat aktivitas lipoksigenase.  Hasil uji menunjukkan bahwa nilai penghambatan aktivitas lipoksigenase dari fraksi n-heksana, etil asetat, dan methanol menunjukan bahwa nilai berturut-turut adalah  42,3; 21,61 dan 61,73 ug/mL. Kadar flavonoid total  fraksi n-heksana, etil asetat, dan metanol berturut turut adalah 4,66; 151,11; dan 52,48 mgQE/gram. Kadar total fenol fraksi n-heksana, etil asetat, dan methanol kembang merak (Caesalpinia pulcherrima l.) berturut-turut adalah 180,31; 1778,89; dan 574,83 mgGAE/gram.

ABSTRACT
Inflammation is the bodys protective response that is useful for eliminating disorders caused by cell damage. This process begins by softening, destroying or neutralizing dangerous agents. Indonesia has approximately 30,000 plant species and 940 species of them are considered as medicinal plants. One of them is the peacock flower plant (Caesalpinia pulcherrima L.) which has been used as an anti-inflammatory agent in traditional  medicine. The aims of this study was to determine  total flavonoid, total phenol levels, and value of the n-hexane, ethyl acetate and methanol fraction of Caesalpinia pulcherrima L. in inhibiting lipoxygenase activity. The test results showed that the values of lipoxygenase activity inhibition  from n-hexane, ethyl acetate, and methanol fractions were 42.3; 21.61 and 61.73 ug/mL respectively. The total flavonoid content of n-hexane, ethyl acetate, and methanol fractions respectively was 4.66; 151,11; and 52.48 mgQE/gram, and total phenol levels of n-hexane, ethyl acetate, and methanol fractions were 180.31; 1778,89; and 574.83 mgGAE/gram."
[;, ]: 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryam Rizqi Nursyifa
"Litsea glutinosa merupakan tanaman bermarga lauraceae yang tumbuh di Indonesia, dan diketahui telah digunakan dalam pengobatan tradisional sejak 600 tahun sebelum masehi. Tanaman ini dilaporkan memiliki kandungan metabolit sekunder yang tinggi yaitu alkaloid dan flavonoid, namun belum ada penelitian mengenai kadar flavonoid total, aktivitas antitirosinase, dan ekstraksi menggunkan perbandingan metode ekstraksi modern. Simplisia kulit batang L. glutinosa diekstraksi dengan menggunakan metode Ultrasound-assisted Extraction (UAE), dan Microwave-assisted Extraction (MAE). Penetapan Kadar Flavonoid Total dilakukan menggunakan metode kolorimetri AlCl3 dengan standar pembanding yaitu kuersetin. Uji aktivitas antitirosinase dilakukan dengan menggunakan L-DOPA (3,4-Dihidroksi-L-fenilalanin) sebagai substrat dan asam kojat sebagai kontrol positif. Total Kadar Flavonoid yang diperoleh dari ekstrak etanol kulit batang L.glutinosa dengan metode ekstraksi UAE dan MAE berturut-turut ialah sebesar sebesar 3,57 ± 0,0269 dan 3,06 ± 0,0269 mg EK/g ekstrak. Pada uji antitirosinase, ekstrak etanol kulit batang L. glutinosa dengan metode MAE memiliki nilai IC50 sebesar 1.707, 2 µg/mL dimana asam kojat sebagai kontrol positif memiliki nilai IC50 sebesar 5,75 µg/mL.

Litsea glutinosa is a plant surnamed Lauraceae that grows in Indonesia, and is known to have been used in traditional medicine since 600 BC. This plant is reported to have a high content of secondary metabolites, namely alkaloids and flavonoids, but there has been no research on total flavonoid content, antityrosinase activity, and extraction using comparisons of modern extraction methods. The stem bark simplicia of L. glutinosa was extracted using Ultrasound-assisted Extraction (UAE) and Microwave-assisted Extraction (MAE) methods. Determination of total flavonoid content was carried out using the AlCl3 colorimetric method with a standard of comparison, namely quercetin. Antityrosinase activity test was carried out using L-DOPA (3,4-Dihydroxy-L-phenylalanine) as a substrate and kojic acid as a positive control. The total flavonoid content obtained from the ethanolic extract of the stem bark of L.glutinosa by the UAE and MAE extraction methods was 3.57 ± 0.0269 and 3.06 ± 0.0269 mg EK/g extract, respectively. In the antityrosinase test, the ethanolic extract of the stem bark of L. glutinosa using the MAE method had an IC50 value of 1,707, 2 µg/mL where as kojic acid as a positive control had an IC50 value of 5.75 µg/mL.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafifah Hasna
"Indonesia, sebagai negara agraris, memiliki aneka ragam hasil pertanian yang sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan, salah satunya jengkol. Produksi serta konsumsi jengkol terus meningkat setiap tahunnya, hingga pada tahun 2020, tercatat masyarakat Indonesia mengonsumsi jengkol 0,68 kg/kapita/tahun. Secara umum jengkol dimanfaatkan tanpa kulitnya, sedangkan kulit jengkol banyak mengandung senyawa metabolit sekunder yang mempunyai banyak kegunaan, salah satunya sebagai pembasmi hama atau bioinsektisida. Salah satu kandungan senyawa dalam limbah kulit jengkol yang bersifat toksik bagi serangga adalah flavonoid. Flavonoid bekerja menghambat reseptor perasa pada daerah mulut serangga sehingga juga menghambat pertumbuhannya. Perhitungan kadar flavonoid dalam ekstrak limbah kulit jengkol, dapat ditunjukkan sebagai TFC (Total Flavonoid Content). Salah satu langkah awal yang dilakukan untuk mengolah kulit jengkol menjadi bioinsektisida adalah dengan ekstraksi. Dalam penelitian ini, digunakan metode ekstraksi gelombang ultrasonik dengan pelarut etanol, frekuensi 53 kHz dan suhu 40℃. Pada penelitian ini diamati pengaruh waktu sonikasi terhadap total flavonoid dengan variasi waktu 20 menit; 30 menit; 45 menit; 60 menit; dan 75 menit. Analisis TFC yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan spektrofotometri UV-Vis dengan panjang gelombang 434 nm dan larutan standar kuersetin. Nilai TFC tertinggi diperoleh ketika waktu ekstraksi 60 menit, yaitu sebesar 1,595 mg QE/ g ekstrak kulit jengkol. Berdasarkan hasil uji LCMS yang digunakan untuk mengidentifikasi senyawa dengan fungsi sebagai insektisida, terdapat vanillic acid, linoleic acid, cynaroside, dan quercetin pentoside yang terkandung dalam ekstrak kulit jengkol pada waktu ekstraksi 60 menit. Analisis ANOVA menunjukkan signifikasi dengan nilai F sebesar 201, 807, nilai Fcritical sebesar 2,759, dan P-value sebesar 1,22 e-18(F > Fcritical), dimana dapat diartikan perbedaan nyata atau signifikasi antara variasi waktu ekstraksi terhadap nilai TFC ekstrak kulit jengkol.

Indonesia, as an agricultural country, has a variety of agricultural products that are often used as food ingredients, one of which is jengkol. The production and consumption of jengkol continues to increase every year. It was recorded that Indonesian consumed jengkol with a total of 0.68 kg/capita/year in 2020. In general, jengkol is utilized without the skin. While the skin of jengkol contains many secondary metabolites that have many uses, such as pest control or bioinsecticide. One of the compounds in jengkol skin waste that is toxic to insects is flavonoids. Flavonoids work to inhibit taste receptors in the mouth area of ​​insects as well as inhibit their growth. Calculation of flavonoid levels in the extract of jengkol peel waste can be shown as TFC (Total Flavonoid Content). One of the first steps taken to process jengkol skin into bioinsecticide is extraction. In this research, ultrasonic extraction method with ethanol solvent, frequency 53 kHz and temperature 40℃ was used. In this study the effect of sonication time on total flavonoid content was observed by varying the sonication time to 20 minutes; 30 minutes; 45 minutes; 60 minutes; and 75 minutes. TFC analysis was carried out using UV-Vis spectrophotometry and a standard solution of quercetin. The highest TFC value was obtained when the extraction time was 60 minutes, which was 1,595 mg QE/g dried jengkol peel. Based on the results of the LCMS test which was used to identify compounds with insecticides function, there were vanillic acid, linoleic acid, cynaroside, and quercetin pentoside contained in the jengkol peel extract at an extraction time of 60 minutes. ANOVA analysis showed a significance with an F value of 201, 807, an Fcritical value of 2,759, and a P-value of 1.22 e-18 (F > Fcritical), which can be interpreted as a real or significant difference between the variation of extraction time and the TFC value of the skin extract. jengkol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Varda Arianti
"Penghambatan penuaan (aging) dapat dilakukan dengan pemakaian sediaan kosmetik antiaging, salah satunya kosmetik berbahan herbal. Kandungan tanaman seperti senyawa fenolik maupun flavonoid berperan sebagai antielastase dan antioksidan. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa beberapa tanaman marga Myrica memiliki aktivitas antielastase dan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas antielastase, antioksidan, memperoleh data nilai kadar fenolik dan flavonoid, serta membuat sediaan emulgel yang stabil secara fisik dan bermanfaat terhadap kulit dari tanaman Wuru Ketek (Myrica javanica Reinw. ex Bl.). Ekstrak etanol daun, batang, dan buah dilakukan uji antielastase, antioksidan, Total Phenolic Content (TPC), Total Flavonoid Content (TFC). Pengujian antielastase menggunakan enzim Porcine Elastase dan substrat N-Succinyl-(Ala)3-p-nitroanilide, dan untuk pengujian antioksidan menggunakan metode DPPH dan FRAP. Ekstrak yang memiliki antielastase terbaik digunakan sebagai bahan aktif dalam sediaan dan dilakukan uji stabilitas selama 12 minggu. Pengamatan uji iritasi dan uji manfaat menggunakan panelis sebanyak 30 wanita. Ekstrak daun memberikan efek antielastase terbaik (IC50 = 67,83 μg/mL), memiliki nilai TFC dan FRAP yang paling baik (TFC 15,80 mg QE/g; FRAP = 421,68 Mol/gram). Aktivitas antielastase dengan kadar flavonoid memiliki hubungan korelasi yang kuat (r = 0.990). Emulgel ekstrak daun stabil pada penyimpanan di bawah suhu 28°C. Sediaan emulgel ekstrak daun tidak mengiritasi dan memberikan peningkatan signifikan masing-masing terhadap nilai kolagen dan elastisitas (p < 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak daun Myrica javanica memiliki potensi penghambatan aktivitas elastase dan antioksidan, serta sediaan emulgel ekstrak daun Myrica javanica aman dan efektif sebagai antiaging.

Aging can be suppressed by use of anti-aging cosmetics, one of which is herbal based cosmetics. Phenolic and flavonoid compounds contained in plants act as antielastase and antioxidant. Previous research reported that several plants of the Myrica family have this potential. This study aims to analyze the antielastase, antioxidant, obtain data on the value of phenolic and flavonoid, and make emulgel preparations that are physically stable and beneficial to the skin of the Wuru Ketek (Myrica javanica Reinw. ex Bl.) plant. The ethanol extracts of leaves, stems, and fruit were tested for antielastase, antioxidant, TPC, TFC. Antielastese testing used porcine elastase enzyme and N-Succinyl-(Ala)3-p-nitroanilide substrate, and for antioxidant testing using DPPH and FRAP methods. The extract which had the best antielastase was used as the active ingredient in the preparation, and the stability test was carried out for 12 weeks. Observation of the irritation test and test of benefits using a panel of 30 women. The leaf extract gave the best antielastase effect (IC50 = 67.83 μg / mL), had the best TFC and FRAP values (TFC 15.80 mg QE / g; FRAP = 421.68 Mol / gram). Antielastase activity with flavonoid levels had a strong correlation (r = 0.990). The leaf extract emulgel is stable at storage under 28 ° C. Leaf extract emulgel did not irritate and gave a significant increase in collagen value and elasticity (p <0.05). This study concludes that Myrica javanica leaf extract has the potential to inhibit elastase and antioxidant activity, and the emulgel preparation of Myrica javanica leaf extract is safe and effective as anti-aging."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Mutiara C.
"Averrhoa carambola L. atau belimbing merupakan tanaman khas yang berasal dari Indonesia. Belimbing dapat digunakan sebagai makanan dan bahan pakan, dan diketahui memiliki manfaat sebagai obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dari ekstrak daun belimbing dalam menghambat aktivitas elastase menggunakan berbagai metode ekstraksi, yaitu maserasi, refluks, dan Ultrasonic-Assisted Extraction UAE. Ekstrak tersebut diuji penghambatan aktivitasnya terhadap aktivitas elastase, diidentifikasi kandungannya, dan ditetapkan kadar flavonoid dan fenol totalnya.
Hasil uji penghambatan aktivitas elastase menunjukan bahwa ekstrak daun belimbing yang diekstraksi dengan metode maserasi, refluks, dan UAE menunjukan penghambatan berturut-turut sebesar 55,20; 54.40; dan 66,89 pada konsentrasi 200 g/mL. Ekstrak dengan nilai penghambatan terbesar yaitu dengan metode ekstraksi UAE, dihitung nilai IC50 dan menghasilkan nilai IC50 sebesar 156,37 g/mL.
Kandungan total flavonoid dalam ekstrak dengan metode maserasi, refluks, dan UAE secara berturut ndash; turut adalah 7,639; 7,098; dan 9,742 mgQE/gram sampel. Kandungan fenol total ekstrak dengan metode maserasi, refluks, dan UAE secara berturut ndash; turut adalah 19,817; 19,549; dan 33,080. Pada penapisan fitokimia yang dilakukan, diketahui bahwa ekstrak daun belimbing dengan menggunakan ketiga metode ekstraksi mengandung golongan senyawa flavonoid, tannin, saponin, terpenoid, dan glikosida.

Averrhoa carambola L. commonly known as star fruit Belimbing is a typical plant originating from Indonesia. Averrhoa carambola can be eaten fruit, used as raw materials for making food products, and bears a great significance in traditional medicines. This research aims to gain information about the potency of Averrhoa carambola leaf extract in inhibiting elastase activity. Leaf of Averrhoa carambola was extracted using various methods, maceration, reflux, dan Ultra Assisted Extraction UAE. Each extract was tested its activity in inhibiting elastase activity, phytochemical screening, total flavonoid and phenolic content, and IC50 were determined from the extract with the biggest inhibition value.
Elastase inhibition test showed that Averrhoa carambola extract by maceration, reflux, and UAE extraction method had an average inhibition value of 55,20 54,40 and 66,89, respectively on concentration of 200 g mL extract. Extract with the biggest inhibition value by UAE extraction method calculated IC50 value equeal to 156,37 g mL.
Total Flavonoid content in the extract by maceration, reflux, and UAE extraction method was 7,639 7,098 and 9,742 mgQE gram sample. Total phenolic content in the extract by maceration, reflux, and UAE extraction method was 19,817 19,549 and 33,080 mgGAE gram sample. Phytochemical screening showed that Averrhoa carambola extract contains flavonoid, tannin, saponins, terpenoid and glicosides compound.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dieah Siti Rahmawati
"ABSTRAK
Achyranthes aspera atau dalam Bahasa Indonesia biasa disebut Sangketan merupakan tumbuhan liar yang sering digunakan sebagai obat tradisional. Akar Achyranthes aspera ini dapat berkhasiat sebagai penyembuh luka dengan melibatkan peran arginase, arginin, dan metabolitnya yaitu nitrit oksida yang memengaruhi secara langsung proses penyembuhan luka tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dari ekstrak akar Achyranthes aspera dalam menghambat aktivitas arginase. Simplisia diekstraksi secara bertingkat dengan pelarut n-heksana, etil asetat, dan metanol dengan metode ultrasound-assisted extraction. Ekstrak yang dihasilkan dari masing-masing pelarut kemudian diuji penghambatannya terhadap aktivitas arginase menggunakan metode kolorimetri dengan microplate, lalu dilakukan penetapan kadar fenol total dan kadar flavonoid total. Uji penghambatan aktivitas arginase oleh ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol pada konsentrasi 100 g/ml secara berurutan adalah 9,56; 17,58; dan 29,77; kandungan fenol total secara berurutan adalah 3,91; 4,83; dan 11,18 mgGAE/gram sampel serta kandungan flavonoid total secara berurutan adalah 0,29; 0,80; dan 0,88 mgQE/gram sampel. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak akar Achyranthes aspera memiliki potensi penghambatan aktivitas arginase yang rendah.

ABSTRACT
Achyranthes aspera, or commonly called as Sangketan in Indonesian is a wild plant that is used as a traditional medicine. The roots of Achyranthes aspera can be used as a wound healer by involving the role of arginine and its metabolites, nitric oxide, that directly affect the wound healing process itself. The aim of this study was to determine the potential of Achyranthes aspera roots extract in inhibiting arginase activity. The simplicia is extracted using ultrasound assisted extraction method with n hexane, ethyl acetate, and methanol solvent. Each extract from different solvents were tested for the inhibition of arginase activity using colorimetric method with microplate, determination of total phenolic concentration, and total flavonoid concentration. The results of inhibition test of arginase activity by n hexane, ethyl acetate, and methanol extract in sequence are 9.56, 17.58 and 29.77 at concentration of 100 g/ml the total phenol concentration in sequence are 3.91 4.83 dan 11.18 mgGAE gram of sample and the total flavonoid concentration in sequence are 0.29 0.80 and 0.88 mgQE gram of sample. From this research it can be concluded that Achyranthes aspera roots extract had low potency of arginase inhibitory activity."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yvonne Juslim
"Tumbuhan bajakah tampala (Spatholobus littoralis Hassk.), yang berasal dari famili Fabaceae, digunakan secara turun temurun oleh masyarakat dayak untuk mengobati berbagai penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar fenol, flavonoid total, dan aktivitas antioksidan terhadap ekstrak etanol 70% daun bajakah tampala yang diekstraksi dengan metode maserasi dan UAE. Rendemen ekstrak yang diperoleh dari metode maserasi dan UAE adalah 13,41% dan 16,16%. Kadar fenol total metode maserasi dan UAE sebesar 98,3 ± 0,34 dan 101,260 ± 0,75 mg EAG/g ekstrak. Kadar flavonoid total metode maserasi dan UAE sebesar 15,73 ± 0,09 dan 15,86 ± 0,15 mg EK/g ekstrak. Hasil uji aktivitas antioksidan DPPH dengan metode maserasi dan UAE menunjukkan aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 = 42,83 μg/mL dan IC50 = 34,2 μg/mL, sedangkan hasil pengujian aktivitas antioksidan FRAP metode maserasi dan UAE sebesar 18,828 ± 0,15 dan 19,087 ± 0,28 g FeSO4 ekuivalen/100 g ekstrak. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan daun bajakah tampala mengandung alkaloid, tanin, saponin, fenol, flavonoid, terpenoid, dan glikosida. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun bajakah tampala (Spatholobus littoralis Hassk.) memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat.

Bajakah tampala (Spatholobus littoralis Hassk.), which comes from the Fabaceae family, is used for generations by the Dayak community to treat various diseases. This study aims to determine the content of phenol, flavonoids, and antioxidant activity of the 70% ethanol extract of bajakah tampala extracted by maceration and UAE methods. The yield of the extract obtained from the maceration method and UAE was 13,41% and 16,16%. The total phenolic content from the maceration and UAE method was 98,3 ± 0,34 and 101,260 ± 0,75 mg GAE/g extract. Total flavonoid content from the maceration and UAE methods were 15,73 ± 0,09 and 15,86 ± 0,15 mg EQ/g extract. The results of the DPPH antioxidant activity test with the maceration and UAE methods showed very strong antioxidant activity with IC50 = 42,83 μg/mL and IC50 = 34,2 μg/mL, while the results of the FRAP antioxidant activity test with maceration and UAE methods were 18,828 ± 0,15 and 19,087 ± 0.28 g FeSO4 equivalent/100 g extract. The results of the phytochemical screening also showed that the bajakah tampala leaves contain alkaloids, tannins, saponins, phenols, flavonoids, terpenoids, and glycosides. Based on the results of this study, it can be concluded that the extract of the leaves of the bajakah tampala (Spatholobus littoralis Hassk.) has very strong antioxidant activity."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rhea Fatma Azelia
"Latar belakang: Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang sering diderita dan menyebabkan kematian pertama di Indonesia. Modalitas umum untuk tatalaksana kanker paru seperti bedah, radioterapi, dan kemoterapi tergolong mahal dan menyebabkan efek samping. Teripang (Holothuria scabra) merupakan bahan alam Indonesia yang diketahui mengandung berbagai metabolit sekunder sebagai antikanker, namun masih terbatas penelitian yang dilakukan terhadap kanker paru di Indonesia.
Metode: Holothuria scabra dibuat menjadi ekstrak menggunakan pelarut etil asetat, n-heksana, dan etanol dengan metode maserasi. Dilanjutkan dengan uji fenol dan flavonoid total untuk mengetahui kadar fenol dan flavonoid total ekstrak Holothuria scabra. Kemudian dilakukan uji MTT untuk mengetahui aktivitas sitotoksik ekstrak Holothuria scabra terhadap sel kanker paru A549 dibandingkan dengan doxorubicin. Hasil: Holothuria scabra memiliki kadar fenol total secara berturut-turut pada ekstrak etil asetat, n-heksana, dan etanol sebesar 41,310 ± 0,975; 29,684 ± 0,977; dan 12,408 ± 0,990 mgGAE/g namun tidak memiliki kadar flavonoid total. Holothuria scabra memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker paru A549 dengan nilai IC50 pada ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksana secara berturut-turut sebesar 8,094 ± 5,079 μg/ml (aktif); 30,918 ± 8,455 μg/ml (sedang); dan 142,033 ± 30,180 μg/ml (sedang). Nilai IC50 doxorubicin sebesar 2,560 ± 3,239 μg/ml.
Kesimpulan: Holothuria scabra mengandung fenol sebagai senyawa antioksidan dan antikanker, tidak mengandung senyawa flavonoid, dan memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker paru. Ekstrak n-heksana memiliki perbedaan kemampuan yang signifikan terhadap doxorubicin, sementara ekstrak etil asetat dan etanol tidak memiliki perbedaan kemampuan yang signifikan terhadap doxorubicin.
.....Introduction: Lung cancer is the first cause of cancer-related death in Indonesia. Common modalities for lung cancer treatment, such as surgery are relatively expensive and cause side effects. Sea cucumber (Holothuria scabra) is Indonesia’s natural ingredient which is known to contain various secondary metabolites as anticancer, however research conducted on lung cancer in Indonesia is still limited. Method: Holothuria scabra was made into extract using ethyl acetate, n-hexane, and ethanol solvent by maceration method. Followed by the total phenolic and flavonoid test to determine the total phenolic and flavonoid content of Holothuria scabra. Then the MTT test was performed to determine the cytotoxic activity of Holothuria scabra extract against A549 lung cancer cells.
Result: Holothuria scabra had total phenol content in ethyl acetate, n-hexane, and ethanol extracts of 41,310 ± 0,975; 29,684 ± 0,977; and 12,408 ± 0,990 mgGAE/g, respectively, but did not have total flavonoid content. Holothuria scabra had cytotoxic activity against A549 cells with IC50 in ethanol, ethyl acetate, and n- hexane extracts of 8,094 ± 5,079 μg/ml; 30,918 ± 8,455 μg/; and 142,033 ± 30,180 μg/ml, respectively. IC50 of doxorubicin was 2,560 ± 3,239 μg/ml.
Conclusion: Holothuria scabra contains phenolic as antioxidants and anticancer compounds, does not contain flavonoid compounds, and has cytotoxic activity against lung cancer cells. N-hexane extract has a significant difference in the ability to doxorubicin, while ethyl acetate and ethanol extracts does not have significant difference in their ability to doxorubicin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>