Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wita Nurul Aini
Abstrak :
ABSTRAK
Validitas dan reliabilitas semiquantitative FFQ dalam mengukur asupan kalsium masih banyak menjadi perdebatan karena tidak melakukan pengukuran kuantitatif secara langsung. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas pengukuran asupan kalsium menggunakan semiqauntitative FFQ dengan golden standard food weighing. Penelitian ini menggunakan disain studi cross-sectional yang dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2018 pada 54 Mahasiswa Gizi Universitas Indonesia yang dipilih dengan simple ramdom sampling. Validitas semiquantitative FFQ dalam mengukur kalsium dibandingkan dengan food weighing yang dilakukan selama dua hari, dan reliabilitas ditentukan dengan membandingkan asupan kalsium dua kali pengukuran menggunakan semiquantitative FFQ. Median asupan kalsium mahasiswa gizi Universits Indonesia berdasarkan semiquantitative FFQ median SD adalah 537 407,5 mg/hari. Sedangkan median asupan kalsium dari dua hari food weighing adalah 569 375,6 mg/hari. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan kalsium dari kedua metode P>0,05. koefisien korelasi asupan kalsium kedua metode sebesar r=0,42 dengan korelasi yang signifikan P=0,001. Analisis surrogate category menunjukan bahwa semiquantitative FFQ dapat membedakan asupan kalsium pada berbagai tingkat kuartil asupan ANOVA, P80 mulai dari cutoff asupan 800mg/hari. Namun spesifisitas dan negative predictive value tetap
ABSTRACT
Validity and reliability of semiquantitative FFQ still in debate because it is not directly measure the quantitative amount of food consume. This study was aim to evaluated the validity and reliability semiquantitative FFQ in measuring calcium intake compare with food weighing as golden standard. This study was cross sectional study conducted in April until Mei 2018 to 54 female Nutrition student of Universitas Indonesia mean aged 21 years old selected by simple random sampling. Reproducibility was tested by the difference between calcium intakes from the semiquantitative FFQ completed twice. While respondent reported 2 days food weighing to got the true usual calcium intake to compared with semiquantitative FFQ. Median calcium intake responden based on semiquantitatvie FFQ was Mean SD 537 407,5 mg day. While median calcium intake from 2 days food weighing was 569 375,6 mg day. There was no statictical different of calcium intake between two method. Coeficient correlation between two method was r 0,42 with significant correlation among them p 0,001. FFQ could discriminate calcium intake into some different level of intake ANOVA, P80 using cutoff calcium start from 800 mg day. But the specificity and negative predictive value could not reach that value in all the cutoff used 700,800,1000,1100 mg day. There was a significant diference between calcium intake between first and second administration of semiquantiative FFQ.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Suseno
Abstrak :
Latar Belakang: Penurunan kapasitas fungsional kerap terjadi pada pasien yang menjalani perawatan. Kekuatan genggam tangan merupakan salah satu metode dalam penilaian kapasitas fungsional. Sejauh ini hubungan kausatif dari faktor-faktor yang memengaruhi perubahan kekuatan genggam tangan belum dapat di tentukan. Tujuan: Mengetahui angka kejadian perubahan kekuatan genggam tangan selama perawatan dan faktor-faktor yang memengaruhi pada pasien dewasa rawat inap. Metode: Desain kohort prospektif terhadap 31 pasien rawat inap yang berusia 18-59 tahun. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dilakukan pencatatan data demografis, asupan energi, Beck Depression Inventory-II (BDI-II), Charlson Commorbidity Index (CCI), Rasio Neutrofil-Limfosit (RNL), Appendicular Skeletal Muscle Index (ASMI), jumlah obat (polifarmasi), dan lama rawat. Pengukuran kekuatan genggam tangan dilakukan pada awal dan akhir perawatan. Asupan energi diukur dengan metode Food Weighing untuk makanan dari rumah sakit dan Food Record untuk makanan dari luar rumah sakit. Analisis bivariat dilakukan untuk menilai hubungan faktor-faktor tersebut terhadap perubahan kekuatan genggam tangan. Hasil: Sampel penelitian berjumlah 31 subjek dengan rerata usia 43,32 ± 10 tahun, dan 54,8% adalah pria. Mayoritas subyek dirawat akibat gangguan gastrointestinal dan hepatobilier (54,8%). Median lama rawat 6 (3-15) hari, median CCI 1 (0-6), dan median RNL 6,1 (2,1-40,9). Median ASMI pada pria 7,4 (4,7-11,1) kg/m2 , dan wanita 7,2 (3,3-9,2) kg/m2. Sebanyak 22,5 % terdapat gejala depresi, dan 58,1 % mendapatkan polifarmasi. Rerata presentase asupan harian subyek penelitian adalah 74%. Terdapat penurunan kekuatan genggam tangan selama perawatan sebesar 1 kilogram yang tidak bermakna (p:0,133). Analisis bivariat mendapatkan lama rawat berkolerasi dengan perubahan kekuatan genggam tangan (r:-0,553; p:0,001). Simpulan: Tidak terdapat perubahan kekuatan genggam tangan yang bermakna selama perawatan pada pasien dewasa rawat inap. Lama rawat memiliki korelasi dengan perubahan kekuatan genggam tangan. ...... Background: Functional capacity decline often occurs in hospitalized patients. Hand grip strength is one of the methods in assessing functional capacity. So far, the causative relationship of the factors that influence changes in hand grip strength cannot be determined. Purpose: To determine hand grip strenght changes and related factors among adult hospitalized patients. Method: A prospective cohort study toward 31 adult hospitalized patients aged 18-59 years. Patients who fulfilled the inclusion and exclusion criteria were recorded. The data consist of demographic data, energy intake, Beck Depression Inventory-II (BDI-II), Charlson Commorbidity Index (CCI), Neutrophil-Lymphocyte Ratio (NLR), Appendicular Skeletal Muscle Index (ASMI), number of drugs (polypharmacy) and length of stay. Assessment of hand grip strength conducted upon the admission and discharge. Energy intake was assessed with food weighing method for the hospital food and food record for the noo-hospital. Bivariate analysis was conducted to assess the correlations of those factors with hand grip strength changes. Result: Number of subjects was 31 with average age 43,32 ± 10 years and 54,8% of them were male. Majority of subjects were hospitalized due to gastrointestinal and hepatobiliary disorders (54,8%). Median length of stay was 6 (3-15) days, median of CCI was 1 (0-6), and median of NLR was 6,1 (2,1-40,9). Median of ASMI in male was 7,4 (4,7-11,1) kg/m2 , and female was 7,2 (3,3-9,2) kg/m2. There was 22,5% depression symptoms and 58,1% polypharmacy. The daily intake percentage was 74%. There was a reduction of insignificant hand grip median during the treatment amount of 1 kilograms (p:0,133). Bivariate analysis shows that length of stay was correlated with the changes of hand grip strength (r:-0,553; p:0,001). Conclusion: There was no significant changes of hand grip strength among adult hospitalized patients. Length of stay was correlated with the changes of hand grip strength.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sriharat, Watchara
Abstrak :
A cross sectional study was conducted at the Department of Medicine, Khan Kaen Regional Hospital, Thailand to investigate the relationship between protein energy and anorexia status in 100 adult hospitalized patients (50 males and 50 females), aged 20-50 years, who stayed 4-7 days in hospital. Protein Energy Malnutrition (PEM) was diagnosed using Body Mass Index (BMI) < 18.5 kg/m2 as a cut-off point and anorexia was based on the weight of leftover food; in this study leftover food containing > 213 (> 66.7%) of the energy served reflected anorexia. On admission, 30% of males were suffering from PEM and it increased to 34% on discharge while among females it was 28% both on admission and discharge. In men, 16% were suffering from anorexia on admission, which decreased to 10% on discharge while 6% of females were suffering from anorexia on admission and increased to 10% on discharge. The anorexia subjects had lower BMI and had a longer length of stay than the non-anorexic subjects (p < 0,05 in males). In conclusion, PEM of hospitalized patients occurred before admission and during hospitalization. There was a negative association between nutritional status and length of stay in hospital. PEM was found to be more prevalent in males than females and the leftover foods of males was also more than the females. The prevalence of PEM is related to leftover foods; it can be used as an estimate of anorexic status and represents an objective indicator for anorexia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
LP 8612
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library