Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
United Kingdom:
720 ARJ
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
"Antenna footprint indicates the shape and size of the area illuminated by the antenna on the ground surface or subsurface. For GPR it is important as it determines the cross-range resolution of the radar. In this paper we demontrate that an array antenna comprising a number of rolled-dipole elements can produce a variable footprint by activating certain elements and deactivating the others. In this way the size of the array's footprint can be adjusted to remain comparable with the cross section of various targets which in turn minimizes clutter and improving the GPR performance . This paper presents FDTD simulation results and preliminary experimental result of the proposed antenna."
620 JURTEL 14:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Nauvaldy Ruliputra
"Pemanfaatan logika berfikir yang diimplementasi ke dalam algoritma program dibutuhkan untuk membuat sebuah sistem cerdas. Skripsi ini melaporkan hasil rancang bangun sebuah wahana hexacopter dengan berat lepas landas total sebesar 5,9 Kg. Beban tersebut terdiri dari komponen-komponen penyusun wahana, antara lain baling-baling dengan panjang 17 x 5,5 inci, baterai Li-Po dengan kapasitas 10.000 mAh, ESC dengan arus maksimum 40A, GPS, kamera, kerangka hexacopter, single board computer, flight controller, gimbal, motor sebesar 360 Kv, dan komponen-komponen pendukung lainnya. Ujicoba untuk keberhasilan rancang bangun ini dibuktikan dengan waktu mengudara (flight time) yang standar (± 16 menit). Di sisi lain, wahana ini di desain untuk mampu terbang secara otomatis berdasarkan pengolahan citra untuk dapat memposisikan dirinya agar berada di tengah objek target yang ingin dideteksi. Deteksi objek dilakukan dengan menggunakan metode pengolahan citra template matching berbasis color histogram footprint dengan tingkat keberhasilan rata-rata sebesar 78 % dengan jarak deteksi objek sejauh 1 meter. Visual feedback control berbasis pengendali PID digunakan sebagai kendali terbang wahana untuk mengendalikan throttle dan roll agar hexacopter dapat memposisikan dirinya di tengah objek target berdasarkan gambar yang diambil oleh kamera.

The use of logic thinking which is implemented into the program algorithms is needed to make a smart system. This paper reports the results of design and build of a hexacopter with total takeoff weight of 5,9 Kg. This weight consists of components used in building the hexacopter, including a propeller with a length of 17 x 5,5 inches, Li-Po battery with a capacity of 10.000 mAh, ESC with a maximum current of 40A, GPS, camera, hexacopter frame, single board computer, flight controller, gimbal, 360 Kv brushless DC motors, and other supporting items. This hexacopter has a standard flight time of ±16 minutes. The vehicle is designed to be able to fly autonomously based on image processing to position itself in the middle of the detected target object. Object detection is performed by image processing with the method of template matching based on color histogram footprint which give us an average success rate of 78% from distance of 1 meter. Visual feedback control based on PID controllers is used to control the throttle and roll of the hexacopter so it can position itself in the middle of the target object based on images taken by the camera."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65634
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idhar Muhtar
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara langsung jumlah jejak karbon yang dihasilkan oleh limbah makanan dari rumah makan di kota Ternate. Analisis ini menggunakan variabel bebas yaitu jumlah piring yang disampling dan berat dari limbah makanan yang dihitung pada setiap kategori yang ada. Serta, variabel terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas dalam hal ini adalah emisi CO2 yang dihasilkan dari sampah makanan. Penelitian ini menggunakan metode literatur sebagai bahan pertimbangan, serta perhitungan dari jejak karbon menggunakan faktor emisi yang sudah ditetapkan oleh penelitian terdahulu. Dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa komposisi limbah makanan yang di rumah makan pada kota Ternate didominasi oleh makanan pokok dalam hal ini nasi sebesar 38%, daging 35%, dan sayuran 13% dengan hasil rata-rata limbah makanan secara keseluruhan adalah 89,77 g/piring/hari. Jejak karbon yang dihasilkan sebesar 55,3 kg CO2eq/piring/tahun dan sekitar 75,2% total jejak karbon diakibatkan karena limbah makanan kategori pokok.

This undergraduate thesis aims to directly analyze the amount of carbon footprint produced by food waste from restaurants in the city of Ternate. This analysis uses the independent variables, namely the number of plates sampled and the weight of food waste calculated for each category. Also, the dependent variable, namely the variable that is influenced by the independent variable in this case is CO2 emissions generated from food waste. This study uses the literature method as a consideration, as well as the calculation of the carbon footprint using emission factors that have been determined by previous studies. From the results of the study, it was found that the composition of food waste in restaurants in the city of Ternate was dominated by staple foods in this case rice by 38%, meat 35%, and vegetables 13% with an overall average yield of food waste was 89,77 g/plate/day. The carbon footprint produced is 55,3 kg CO2eq/plate/year and about 75,2% of the total carbon footprint is caused by food waste in the main categories."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifalina Ramadhanti
"Aktivitas rumah tangga merupakan salah satu sumber utama emisi gas rumah kaca (GRK). Kecamatan Makasar di Jakarta Timur merupakan wilayah yang didominasi oleh sektor pemukiman. Berbagai aktivitas rumah tangga yang dilakukan oleh rumah tangga berkontribusi terhadap besarnya jejak karbon. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk mengendalikan jejak karbon dari sektor rumah tangga, salah satunya melalui studi analisis jejak karbon rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jejak karbon yang berasal dari aktivitas rumah tangga seperti penggunaan energi, transportasi, serta konsumsi barang dan jasa di Kecamatan Makasar, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jejak karbon rumah tangga, serta memberikan rekomendasi untuk mengurangi jejak karbon rumah tangga. Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan wawancara terstruktur untuk memperoleh data aktivitas dan konsumsi rumah tangga. Jejak karbon rumah tangga dihitung menggunakan kalkulator Carbon Footprint Ltd. yang besarnya akan dinyatakan dalam satuan t CO2 ekuivalen per rumah tangga per tahun (t CO2e/RT/tahun). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jejak karbon di Kecamatan Makasar adalah 15,33 t CO2e/RT/tahun. Sektor penggunaan energi mendominasi besar jejak karbon rumah tangga dengan rata-rata sebesar 8,68 t CO2e/RT/tahun, kemudian sektor penggunaan transportasi sebesar 4,04 t CO2e/RT/tahun, serta sektor konsumsi barang dan jasa sebesar 2,61 t CO2e/RT/tahun. Faktor-faktor yang memiliki hubungan yang kuat dan signifikan secara statistik dengan jejak karbon rumah tangga yaitu ukuran keluarga (jumlah anggota keluarga), penghasilan, dan golongan daya listrik. Penghasilan menunjukkan hubungan/korelasi yang paling kuat terhadap besar jejak karbon rumah tangga (r = 0,872; p = 0,001) yang bermakna bahwa semakin tinggi penghasilan suatu rumah tangga, maka semakin tinggi jejak karbon rumah tangga yang dihasilkan.

Household activities are one of the main sources of greenhouse gas emissions (GHG). Makasar district in east Jakarta is a region dominated by the settlement sector. The various household activities performed by households contribute to the size of the carbon footprint. Therefore, an effort is needed to control the carbon footprint of the household sector, one of which is through household carbon footprint analysis studies. The study aims to analyze the carbon footprint derived from household activities such as energy use, transportation, as well as the consumption of goods and services in Makasar District, analyze the factors that influence the household carbon footprints, and provide recommendations for reducing the domestic carbon footprint. This research method is quantitative. Data was collected through structured questionnaire and interviews to obtain data on household activity and consumption. The household carbon footprint is calculated using the Carbon Footprint Ltd. calculator, the size of carbon footprint will be expressed in t CO2 equivalent units per household per year (t CO2e/household/year). The results of the study show that the average carbon footprint in Makasar district is 15,33 t CO2e/household/year. The energy use sector dominates the large carbon footprint of households with an average of 8,68 t CO2e/household/year, followed by the transport sector with an average of 4,04 t CO2/household/year, and the consumption of goods and services with an average of 2,61 t CO2e/household/year. Factors that have strong and statistically significant relationship with a household’s carbon footprint are family size (number of family members), income, and electric power groups. Income shows the strongest correlation to the large carbon footprint of households (r = 0.872; p = 0.001), which means that the higher a household's income, the higher the household carbon footprint it produces."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bening Kalimasada Aura Keindahan
"Kecamatan Lumajang yang merupakan daerah dengan penduduk terbanyak di Kabupaten Lumajang memiliki keunikan dalam menghasilkan jejak karbon. Penelitian ini menganalisis jejak karbon rumah tangga Kecamatan Lumajang untuk mengidentifikasi kegiatan yang berkontribusi menghasilkan jejak karbon, nilai jejak karbon, dan faktor-faktor yang mempengaruhi jejak karbon, serta memberikan rekomendasi untuk mengurangi jejak karbon rumah tangga. Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data konsumsi energi rumah tangga, aktivitas transportasi, dan konsumsi barang dan jasa dengan kuesioner online dan wawancara. Perhitungan jejak karbon dilakukan dengan kalkulator jejak karbon online oleh Carbon Footprint Ltd. Berdasarkan penelitian, rata-rata jejak karbon Kecamatan Lumajang adalah 0,507 mtCO2 per rumah tangga per bulan dan didominasi oleh jejak karbon energi (42%). Jejak karbon total berkorelasi rendah dengan tingkat pendidikan (r = 0,39, p = 5,2 x 10-5), berkorelasi sedang dengan penghasilan (r = 0,47, p = 4,0 x 10-6), dan berkorelasi sedang dengan golongan daya listrik (r = 0,45, p = 5,1 x 10-7). Jejak karbon energi berkorelasi rendah dengan tingkat pendidikan (r = 0,29, p = 0,01), berkorelasi sedang dengan penghasilan (r = 0,44, p = 2,8 x 10-5), berkorelasi rendah dengan luas lahan hunian (r = 0,28, p = 3,7 x 10-2), dan berkorelasi kuat dengan golongan daya listrik (r = 0,66, p = 3,9 x 10-16). Jejak karbon transportasi berkorelasi rendah dengan luas lahan hunian (r = 0,28, p = 3,7 x 10-2). Jejak karbon barang dan jasa berkorelasi rendah dengan penghasilan (r = 0,27, p = 4,1 x 10-2). Untuk mengurangi jejak karbon energi, metode reduksi absolut tepat digunakan mengingat hanya sedikit orang yang menggunakan energi terbarukan di rumah. Dalam meminimalkan jejak karbon transportasi, peralihan moda ke transportasi lebih rendah karbon lebih mudah diterapkan. Jejak karbon barang dan jasa paling baik dikurangi dengan meningkatkan efisiensi penggunaan barang yang ada. Upaya-upaya ini juga dapat didukung dengan mengembangkan kebijakan dan sistem untuk mengurangi jejak karbon.

Lumajang District, the most populated district in Lumajang Regency, has uniqueness in generating carbon footprint. This study analyzed the household carbon footprint of Lumajang District to identify activities that contribute to generating carbon footprint, the carbon footprint value, and factors that affect the carbon footprint, as well as provide recommendations for reducing household carbon footprints. This study collected datas of household energy consumption, transportation activities, and consumption of goods and services with online questionnaires and interviews. The carbon footprint calculation used an online carbon footprint calculator by Carbon Footprint Ltd. Based on this study, the average carbon footprint in Lumajang District was 0.507 mtCO2 per household per month and it is dominated by energy carbon footprint. The total carbon footprint was low correlated with education level (r = 0.39, p = 5.2 x 10-5), moderately correlated with income (r = 0.47, p = 4.0 x 10-6), and moderately correlated also with the electric power group (r = 0.45, p = 5.1 x 10-7). Energy carbon footprint had low correlation with education level (r = 0.29, p = 0.01), moderate correlation with income (r = 0.44, p = 2.8 x 10-5), low correlation with residential land area (r = 0.28, p = 3.7 x 10-2), and strong correlation with the electric power group (r = 0.66, p = 3.9 x 10-16). The carbon footprint of transportation has a low correlation with the area of residential land (r = 0.28, p = 3.7 x 10-2). The carbon footprint of goods and services has a low correlation with income (r = 0.27, p = 4.1 x 10-2). To reduce the energy carbon footprint, the absolute reduction method is the best measure considering that there are only few people who use renewable energy at home. In minimizing transportation carbon footprint, switching modes to a low-carbon transportation is easier to implement. The carbon footprint of goods and services is best reduced by increasing efficiency of the usage of existing goods. These attempts can also be supported by developing policies and systems for reducing carbon footprints"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juntara Semilu Rosesar
"Percepatan laju urbanisasi dan kebijakan terkait perumahan yang kurang terencana di perkotaan menjadi salah satu penyebab munculnya permukiman kumuh kota. Pada saat yang bersamaan, kota sebagai sumber yang tidak berkelanjutan dari segi konsumsi sumber daya sehingga menjadi penyumbang produksi limbah, emisi gas rumah kaca, dan merupakan kontributor utama perubahan iklim. Kemudian permukiman kumuh kota menjadi wilayah yang lebih rentan terhadap dampak perubahan iklim dibanding permukiman lainnya. Akan tetapi rumah tangga di permukiman kumuh menjadi bagian salah satu penyumbang emisi CO2 di perkotaan berdasarkan aktivitas maupun pola konsumsi masyarakat. Hal tersebut menjadi perhatian bagi pemerintah dalam inventarisasi emisi gas rumah kaca perkotaan. Sedangkan belum tersedianya data penelitian tentang emisi yang dihasikan oleh rumah tangga di permukiman kumuh kota. Sehingga studi ini bertujuan untuk mengestimasi emisi CO2 dari Sembilan sektor aktivitas rumah tangga antara lain persampahan, air bersih, air buangan, listrik, penggunaan gas elpiji, penggunaan bahan bakar bensin, biaya pendidikan, biaya rekreasi dan biaya transportasi umum. Pengambilan data melalui sampling dan wawancara masyarakat diharapkan mampu menggambarkan karakteristik dan pola konsumsi rumah tangga. Sebanyak 532 responden telah diwawancara untuk mengetahui pola konsumsi masyarakat dan 100 Kg sampah dilihat di wilayah penelitian selama 8 hari. Perhitungan emisi CO2 menggunakan faktor emisi yang ada dan sesuai dengan sektor masing-masing. Sedangkan pada sektor persampahan menggunakan Waste Reduction Model (WARM) umtuk menghitung emisi CO2 yang dihasilkan. Hasil analisis didapatkan total emisi sebesar 14.636,43 ton CO2/tahun dimana rata-rata emisi sebesar 6,87 ton CO2/orang/tahun. Persentase emisi tertinggi berada pada sektor listrik sebesar 63,77% dari total yang dihasilkan. Sementara persampahan menyumbang sebesar 6,33% emisi CO2 dari total emisi. Pengelolaan sampah seperti recycling dan composting menjadi salah satu alternative dalam menurunkan emisi CO2 dimana pada tahap tersebut dapat mereduksi emisi CO2 hingga 81% pada sektor persampahan.

The acceleration of the rate of urbanization and policies related to unplanned housing in urban areas is one of the causes of the emergence of urban slums. At the same time, cities as unsustainable sources in terms of resource consumption thus contributing to waste production, greenhouse gas emissions, and are the main contributors to climate change. Then urban slums become more vulnerable to climate change than other settlements. However, households in slums are part of a contributor to CO2 emissions in cities based on their activities and consumption patterns. This is a concern for the government in an inventory of urban greenhouse gas emissions. Whereas the unavailability of research data on emissions produced by households in urban slums. So this study aims to estimate CO2 emissions from nine sectors of household activities including solid waste, drinking water, waste water, electricity, the use of LPG gas, the use of gasoline, education costs, recreation costs and public transportation costs. Data collection through sampling and community interviews is expected to be able to describe the characteristics and patterns of household consumption. A total of 532 respondents were interviewed to find out the consumption patterns of the community and 100 kg of solid waste were identified in the study area for 8 days. CO2 emission calculations use existing emission factors with their respective sectors. Whereas the solid waste sector uses the Waste Reduction Model (WARM) to calculate the CO2 emissions produced. The results of the analysis obtained total emissions of 14,636.43 tons of CO2/year where the average emissions of 6.87 tons of CO2/person/year. The highest percentage of emissions was in the electricity sector at 63.77% of the total produced. While solid waste accounts for 6.33% of CO2 emissions from total emissions. Waste management such as recycling and composting is an alternative in reducing CO2 emissions where at that stage can reduce CO2 emissions by 81% in the waste sector."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riberu, Benedicta Vanesa Vanda
"FAO memperkirakan bahwa sepertiga dari makanan yang diproduksi terbuang atau hilang begitu saja setiap tahunnya dan jelas berdampak pada lingkungan khususnya emisi karbon yang dihasilkan. Tidak dapat dipungkiri, permasalahan terkait emisi karbon sudah seharusnya menjadi perhatian namun hingga saat ini belum banyak penelitian yang mengangkat tema tentang jejak karbon di Indonesia. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui komposisi dari limbah makanan yang dihasilkan dan menghitung jejak karbon yang dihasilkan dari limbah makanan di wilayah Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode literatur sebagai pertimbangan, serta perhitungan jejak karbon menggunakan faktor emisi yang sudah ditetapkan berdasarkan Life Cycle Assessment dari penelitian terdahulu. Dalam perhitungannya, penelitian ini menggunakan berat sampah makanan edible hasil sampling sampah yang dilakukan di kantin kantin di Universitas Indonesia dengan total sampel sebanyak 2214 piring. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa komposisi limbah makanan yang ada di Universitas Indonesia didominasi oleh makanan pokok seperti nasi (33%), sayuran terutama sayuran hijau (31%) dan daging (15%) dengan hasil rata-rata limbah makanan secara keseluruhan adalah 28,18 gram/orang/hari. Jejak karbon yang dihasilkan akibat limbah makanan ini rata rata sebesar 25,90 kg CO2.eq/orang/tahun dan sekitar 55% dari total jejak karbon di diakibatkan karena limbah makanan kategori daging.

FAO predicts that one third of food become wasted and lost every year. Food that has been wasted will have an impact to environment, especially the emitted carbon. It is undeniable that problem about emitted carbon should have been discussed more frequently. But apparently, there is still few researches about it in Indonesia. This undergraduate thesis aims to study the composition of food waste produced and calculate the carbon footprint produced from food waste in the University of Indonesia. This research uses the literature method as a consideration, as well as the calculation of carbon footprints using emission factors that have been determined based on the Life Cycle Assessment of published research. In its calculations, this study used edible food waste samples, samples carried out in the cafeteria canteen at the University of Indonesia with a total sample of 2214 plates. From this research, it is found that the composition of food waste in Universitas Indonesia is dominated by staple food, such as rice (33%), vegetables, especially green vegetables (31%), and meat (15%) with the overall average of food waste yield 28,18 grams/person/day. The average carbon footprint resulted from this food waste is 25,90 kg CO2.eq/person/year and about 55% of the total carbon footprint is caused by meat food waste."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fandy Fadillah
"Permasalahan iklim semakin memberikan dampak nyata pada kehidupan manusia dan manusia pula lah yang berkontribusi dalam memperparah permasalahan ini. Utang luar negeri sebagai salah satu instrumen pembiayaan berbagai negara-negara OKI memiliki dampak baik maupun buruk tergantung kepada penggunaan dananya. Perlu disadari juga bahwa utang dalam Islam merupakan tindakan yang sebaiknya dihindari jika tidak terdesak. Oleh karenanya, penggunakan instrumen utang di negara-negara OKI juga menimbulkan perdebatan tersendiri. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan utang luar negeri di kawasan negara OKI memiliki relasi kurva U terbalik dengan emisi CO2 maupun ecological footprint.

Climate issues are increasingly having a real impact on human life, and it is humans who are contributing to exacerbating this problem. External debt as a financing instrument for various OIC countries has both good and adverse effects depending on the use of the funds. It should also be realized that debt in Islam is an action that should be avoided if not pressed. Therefore, the use of debt instruments in OIC countries also raises its own debate. This study shows that the use of external debt in the OIC region has an inverted U-curve relationship with CO2 emissions and an ecological footprint.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Kuswanto
"kemudian diikuti dengan alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman dan industri serta penempatan lahan yang tidak sesuai tata ruang. Hal ini telah memicu terjadinya masalah lingkungan Kota Bandung antara lain turunnya daya dukung lingkungan (DDL), turunnya muka air tanah, terjadinya amblesan, tanah longsor, banjir dan lainnya. Penelitian desertasi ini bertujuan untuk menghitung DDL Kota Bandung, menghitung indeks berlanjutnya lingkungan Kota Bandung dan membuat model Kota Bandung saat ini. Metode yang dipakai adalah menghitung rasio kecukupan lahan dengan kebutuhan penduduk Kota Bandung pada pangan, air dan lahan serta menghitung jejak ekologi dan biokapasitas menggunakan cara Global Network Footprint (GFN). Tingkat konsumsi masyarakat Kota Bandung terhadap lingkungan dihitung melalui angket yang diolah menggunakan cara Wackernagel (2000). Untuk analisis berlanjutnya lingkungan Kota Bandung digunakan metode Rapfsih. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa DDL Kota Bandung sudah defisit, dengan indeks berlanjutnya lingkungan sebesar 49, yang artinya lingkungannya tidak berkelanjutan. Berdasarkan teori lingkungan yang dikemukakan Malthus (1798), Bishop et al. (1974), Meadows et al. (2005) seharusnya turunnya daya dukung lingkungan akan diikuti dengan turunnya jumlah penduduk Kota Bandung. Namun data kependudukan memperlihatkan bahwa Kota Bandung masih tetap naik. Ternyata, meskipun sudah tidak didukung daya lingkungannya, masyarakat Kota Bandung dapat bertahan hidup bahkan jumlah penduduk naik terus karena didukung oleh DDL daerah lainnya. Adanya fenomena subsidi lingkungan ini, memperlihatkan bahwa kerusakan lingkungan yang terjadi sebagai akibat aktivitas masyarakat Kota Bandung akan dapat menurunkan daya dukung lingkungan daerah lainnya, bahkan lebih luas lagi daya dukung lingkungan dunia.

Bandung city development and population growth has led to increased land requirements, which is followed by the conversion of agricultural land into residential and industrial as well as the placement of land that not suitable to land classification. This has lead to environmental problems of Bandung, among others, decline in the carrying capacity of the environment (DDL), decline in groundwater level, occurrence of subsidence, landslides, floods and more. This dissertation study aimed to calculate DDL Bandung, calculate the index of Bandung sustainability and create model of Bandung environmental. The method used was calculating land availability (suplly) compare to land demand which consist of the needs of land for agricultural, water resources and residential land. Global Footprint Network (GFN) method also applied in order to calculate ecological footprint and biocapacity. To predict environmental consumption of Bandung population, this research used questionnaires which was processed by using Wackernagel method (2000). For the analysis of environmental sustainability index, it used Rapfsih method. The results showed that the DDL Bandung has a deficit, with environmental sustainability index is 49, which means that the environment is not sustainable. Based on the theory of Malthus (1798), Bishop et al. (1974), Meadows et al. (2005) supposed decline in the carrying capacity of the environment will be followed by a decline in the population of the city of Bandung. However, demographic data show that the city of Bandung is still rising. It turns out, though it is not supported power environment, people in Bandung can survive even the total population rose steadily as DDL supported by other regions. The phenomenon of environmental subsidies, suggesting that the environmental damage that occurs as a result of the activity of people in Bandung will be able to lower the carrying capacity of the environment other areas, even more broadly the carrying capacity of the world's environment."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2015
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>