Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syamsudanial
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S50833
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nina Hernawati
"The focus of this study is all Forensic Technicians and Pathology Anatomy Technicians in Cianjur Hospital and all Forensic Technicians in Funeral Home Bandung who has a type of works related to the use of formaldehyde. The purpose of this study was to evaluate how the exposure to formaldehyde in the room and the personal and irritating effects that they feel. After knowing the results could spur workers and hospital or company in order to prevent the occurrence of adverse health effects due to exposure to formaldehyde. The study design was cross sectional approach. Data were collected through questionnaires, interviews, observation and measurement. Researchers hope the hospital management Cianjur and Funeral Home implementing OHS programe, particularly in controlling the occurrence of chemical exposure and its effects on workers.

Fokus penelitian ini adalah seluruh teknisi forensik dan teknisi PA di RS X Cianjur dan seluruh teknisi forensik di Rumah Duka Y Bandung yang mempunyai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan penggunaan formaldehida. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi seberapa besar pajanan formaldehida di ruangan dan personal serta efek iritatif yang mereka rasakan. Setelah mengetahui hasilnya dapat memotivasi pekerja dan rumah sakit/perusahaan dalam upaya pencegahan terjadinya dampak kesehatan yang merugikan akibat pajanan formaldehida. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Data dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner, wawancara, observasi dan pengukuran. Peneliti berharap manajemen RS Cianjur dan Rumah Duka melaksanakan program K3, khususnya dalam upaya pengendalian terjadinya pajanan bahan kimia dan efeknya bagi pekerja."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T46382
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspa Sari
"Latar Belakang: Formaldehida memiliki efek iritan dan karsinogenik. Keganasan yang sering disebut sebagai akibat pajanan zat ini adalah karsinoma nasofaring, namun berbagai penelitian menunjukkan zat ini juga dapat menyebabkan kelainan leukosit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pajanan formaldehida dengan perubahan leukosit pada pekerja yang menggunakan dan tidak menggunakan formaldehida dalam proses kerjanya.
Metode penelitian: Penelitian dengan desain potong lintang komparatif dilakukan pada 108 responden laki-laki sehat yang bekerja di dipping dan weaving unit selama minimal satu tahun. Data dikumpulkan dari wawancara, kuisioner, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium (jumlah leukosit, hitung jenis dan morfologi darah tepi). Kriteria eksklusi penelitian ini adalah pekerja dengan riwayat keganasan, kemoterapi/radioterapi, dan infeksi. Pengukuran formaldehida lingkungan dilakukan dengan metode NIOSH 3500 dan NIOSH 2541. Pengukuran jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit dilakukan dengan menggunakan Hematology Analyzer ABX PENTRA 6, sementara pemeriksaan morfologi darah tepi dilakukan dengan pemeriksaan sediaan apus darah tepi.
Hasil: Walaupun pajanan formaldehida lingkungan di dipping unit menunjukkan nilai < 0,032 ppm, kelompok dipping unit memiliki risiko 4,74 kali lebih tinggi untuk mengalami gangguan morfologi leukosit dibandingkan responden kelompok weaving unit. Tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara unit kerja dengan jumlah dan hitung jenis leukosit. Hasil serupa ditemukan pada variabel faktor perancu seperti usia, indeks massa tubuh, masa kerja, kebiasaan merokok, dan penggunaan alat pelindung diri.
Kesimpulan: Pajanan kronis formaldehida dosis rendah dapat menyebabkan kelainan morfologi leukosit yang dapat menjadi penanda gangguan leukosit yang lebih serius.

Background: Formaldehyde is an irritant and carcinogenic agent. Nasopharynx carcinoma is the most frequent cancer caused by formaldehyde exposure, but many studies showed that formaldehyde exposure can lead to leukocyte disorders. The aim of this study was to find the relationship between formaldehyde exposure with leukocyte changes among workers who worked with formaldehyde compared to workers who did not work with formaldehyde.
Methods: A comparative cross sectional study was conducted, involving 108 male respondents who worked in dipping and weaving unit for a minimal of one year. Data collected by interview, questionnaire, physical and laboratory examination (leukocyte count, differential count, morphology). Exclusion criteria for this study were respondents with malignancy, chemotherapy/radiotherapy, and infection. Environmental formaldehyde was measured using NIOSH 3500 and NIOSH 2541 methods. Leukocyte count and differential leukocyte count was analyzed using Hematology Analyzer ABX PENTRA 6, while leukocyte morphology was conducted by peripheral blood smear.
Results: Eventhough the environmental formaldehyde level at dipping unit was < 0,032 ppm, dipping unit respondent group has a 4,74 times higher risk to get leukocyte morphology abnormality than worker from weaving unit’s. There were no significant relationship between working unit and leukocyte count and differential count. The same results were found with confounding factor variables such as age, body mass index, working duration, smoking, and personal protective equipment variabels.
Conclusion: This study showed chronic low exposure of formaldehyde can cause leukocyte morphology abnormality which in turn can lead to more serious leukocytes disorder.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kemal Zachariah
"Latar belakang: Formaldehida sebagian besar diinhalasi melalui saluran pernafasan bagian atas dan mempengaruhi mukosa hidung. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan pajanan formaldehida yang ada di industri kain ban terhadap eosinofil dan neutrofil swab hidung.
Metode: Penelitian menggunakan desain potong lintang komparatif. Analisis yang dilakukan menggunakan uji regresi logistik. Responden berjumlah 100 orang laki-laki, terdiri dari 50 responden di bagian dipping dan 50 responden di bagian weaving. Metode pengukuran formaldehida dengan menggunakan metode NIOSH 3500. Metode pengambilan sampel menggunakan total population pada bagian dipping dan simple random sampling pada bagian weaving.
Hasil: Kadar formaldehida lingkungan di bagian dipping adalah 0,032 mg/m3. Prevalensi eosinofil positif pada pekerja weaving dan dipping didapatkan 30% sedangkan neutrofil positif didapatkan sebesar 80 %. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pajanan formaldehida dengan eosinofil dan neutrofil swab hidung. Variabel independent yang paling berpengaruh terhadap neutrofil positif adalah kebiasaan merokok dengan OR 4,680; 95% CI 1,52 – 14,44; p = 0,007.
Kesimpulan: Formaldehida tidak berhubungan bermakna dengan eosinofil dan neutrofil swab hidung, namun pengaruh formaldehida terhadap eosinofil swab hidung belum dapat disingkirkan mengingat adanya gambaran degranulasi eosinofil sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut di tingkat seluler.

Background: Most of formaldehyde exposure is inhaled in upper respiratory track which affecst the nasal mucosa. This study aims at exploring the correlation between formaldehyde exposure in tire cord industry with nasal swab eosinophil and neutrophil.
Methods: The design of the study is comparative cross sectional. Analysis conducted was logistic regression. Total respondents are 100 male consisting of 50 respondents from dipping area and 50 respondents from weaving area. The method for formaldehyde level used NIOSH 3500. The method for collection sample used total population in dipping area and simple random sampling in weaving area.
Results: Formaldehyde level in dipping area was 0,032 mg/m.3. The results of the study showed that eosinophils positive at weaving and dipping area were 30% and neutrophils positive were 80%. No significant correlation was found between formaldehyde exposure and eosinophils and neutrophils nasal swab. Independent variable that mostly influence positive neutrophils was smoking with OR 4.680, 95% CI 1.52–14.44, p = 0.007.
Conclusions: Formaldehyde has no significantly correlation with eosinophils and neutrophils nasal swab, but the effect of formaldehyde on eosinophil nasal swab can not be ignored because of eosinophils degranulation, so further research is still needed at the cellular level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sultan Shiddiqi Salman
"ABSTRAK
Formaldehida merupakan senyawa kimia yang populer dengan banyak kegunaan, dengan jumlah kebutuhan yang cenderung terus bertambah. PT X merupakan salah satu produsen formaldehida yang masih memiliki permasalahan terkait kapasitas produksinya. PT X masih menggunakan pengendali Proportional-Integral (PI) yang masih mempunyai ruang untuk peningkatan produksinya. Model Predictive Control (MPC) digunakan untuk mengoptimalisasikan parameter pengendalian proses produksi formaldehida di PT X. Model empiris dibuat untuk diterapkan pada pengendali MPC berdasarkan Process Reaction Curve (PRC) dengan menggunakan pendekatan First Order Plus Dead Time (FOPDT). Kinerja pengendali diuji menggunakan set point (SP) tracking dan disturbance rejection. Ada empat pengendali yang diuji, yaitu pengendali laju alir steam (FIC-102), pengendali temperatur udara (TIC-101), pengendali level evaporator (LIC-101), dan pengendali tekanan evaporator (PIC-101). Didapatkan hasil model empirik FOPDT untuk masing-masing pengendali, dengan nilai parameter pengendalian Prediction Horizon (P), Control Horizon (M), dan Sampling Time (T) yang optimal secara berurutan: (1, 2, dan 1) pada FIC-102, (62, 21, dan 1) pada TIC-101, (50, 10, dan 6) pada PIC-101, dan (70, 21, dan13) untuk LIC-101. Terjadi perbaikan kinerja berdasarkan uji perubahan nilai set point baik dihitung melalui IAE maupun ISE sebesar 26,9% dan 8,03% untuk FIC-102, 15,37% dan 32,51% untuk TIC-101, 13,37% dan 25,9% pada PIC-101, serta 23,35% dan 6,71% pada LIC-101. Pada uji disturbance rejection juga terjadi perbaikan kinerja baik dihitung melalui IAE maupun ISE sebesar 96,4% dam 99.74% untuk FIC-102, 13,37% dan 25,9% untuk TIC-101, 54,25% dan 76,67% pada PIC-101, serta 15,96% dan 4,4% pada LIC-101.

ABSTRACT
Formaldehyde is a chemical compound known for its many uses, with the increase of its demand. PT X is one of the producers of formaldehyde that has problems related to its production capacity. PT X right now still uses Proportional-Integral (PI) that still have rooms of improvements. Model Predictive Control (MPC) is used to optimize the process control parameters of formaldehyde production in PT X. The empirical model is made for the MPC based on the Process Reaction Curve (PRC) using First Order Plus Dead Time (FOPDT). The control performance is tested using set point (SP) tracking and disturbance rejection. There are four controls that were tested, which are steam flow control (FIC-102), air temperature control (TIC-101), evaporator level control (LIC-101), and evaporator pressure control (PIC-101). Thus, the results of the empirical FOPDT model for each control is obtained, with the value of Prediction Horizon (P), Control Horizon (M), and Sampling Time (T) parameters are optimal and its value respectively are: (1, 2, and 1) for FIC-102 , (62, 21, and 1) for TIC-101, (50, 10, and 6) for PIC-101, and (70, 21, and 13) for LIC-101. The performance improvement based on the set point change test calculated through the IAE and ISE are 26.9% and 8.03% for FIC-102, 15.37% and 32.51% for TIC-101, 13.37% and 25, 9% for PIC-101, and 23.35% and 6.71% for LIC-101. Based on the disturbance rejection test it is also improvements on the performance both calculated through the IAE and ISE of 96.4% and 99.74% for FIC-102, 13.37% and 25.9% for TIC-101, 54.25% and 76.67% for PIC-101, and 15,96% and 4.4% on the LIC-101."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Kunti Surya Andari
"Penyetelan ulang pengendali proporsional-integral dilakukan pada proses produksi formaldehida di PT X. Penyetelan ulang dilakukan untuk meningkatkan kinerja controller, karena penyetelan pengendali PI pada pabrik seringkali masih menggunakan metode ziegler-nichols close-loop yang kurang optimal. Model proses akan diestimasi dengan first order plus dead time model (FOPDT), dan kemudian parameter pengendali disetel ulang menggunakan Ziegler-Nichols (PRC), Wahid-Rudi-Victor (WRV), Cohen-Coon, autotuning, dan fine tuning. Kinerja pengendali diuji menggunakan set point (SP) tracking dan disturbance rejection. Integral of square error (ISE) akan digunakan sebagai indikator kinerja. Ada tiga pengendali yang diuji, yaitu, pengendali laju alir steam (FIC-102), pengendali temperatur udara (TIC-101), dan pengendali level tangki (LIC-102). Metode fine tuning memberikan kinerja pengendali yang paling baik untuk FIC-102 dan TIC-101, sedangkan metode autotuning memberikan kinerja pengendali yang lebih baik untuk LIC-102 dibandingkan dengan setelan di lapangan. Peningkatan kinerja untuk set point (SP) tracking adalah 81,59% (FIC-102), 94,11% (TIC-101), dan 85,61% (LIC-102). Sedangkan peningkatan kinerja untuk disturbance rejection adalah 95,5% (FIC-102), 94,53% (TIC-101), dan 93,16% (LIC-102). Pengujian penurunan kapasitas produksi sebesar 12,5% juga dilakukan, dan didapatkan bahwa controller masih mampu mencapai SP. Dengan demikian, penyetelan ulang pengendali PI berfungsi dengan baik.

A proportional-integral controller retuning is performed on formaldehyde production process at PT X. Retuning is carried out to improve the control performance, because PI controller in the factory often still uses ziegler-nichols close-loop tuning method which is not optimal. The process model is estimated by a first order plus dead time model (FOPDT), and then the controller parameters is tuned using the Ziegler-Nichols (PRC), Wahid-Rudi-Victor (WRV), Cohen-Coon, autotuning, and fine tuning. The control performance is tested using set point (SP) tracking and disturbance rejection with integral of square error (ISE) as performance indicator. There are three controllers that are tested, i.e., the steam flow controller (FIC-102), air temperature controller (TIC-101), and tank level controller (LIC-102). Fine tuning method give the better control performance for FIC - 102 and TIC-101, while autotuning method gives the better control performance for LIC-102 compared to the previous settings in the field. Performance improvement for set point (SP) tracking are 81.59% (FIC-102), 94.11% (TIC-101), and 85.61% ( LIC-102). While performance improvement for the disturbance rejection are 95.5% (FIC-102), 94.53% (TIC-101), 93.16% ( LIC-102). A test using reduction in production capacity of 12.5% was also carried out, and it was found that the controller was still able to reach SP. Thus, retuning PI controllers work well.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Indrawati Pudiyanto
"ABSTRAK
Untuk memperluas penggunaan kayu lapis meranti putih maka dilaksanakanlah penelitian terhadap perekat urea formaldehida yang dimodifikasi dengan melamin dengan formulasi tertentu. Mengingat sifat formaldehida yang dengan mudah dapat berpolimerisasi maka peranan dari metanol sebagai penghambat di dalam larutan formaldehida sangat penting.
Kadar metanol yang bervariasi (2% - 10%) ditambahkan pada proses sintesa urea melamin formaldehida. Kualitas hasil sintesa kemudian dibandingkan terhadap standar mutu JIS. Pengujian yang berkaitan dengan aplikasi yang dilakukan adalah kuat rekat pada keadaan normal dan keadaan setelah perendaman air panas mengingat keunggulan yang dimiliki perekat UMF adalah sifat ketahanan terhadap air.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penambahan metanol di dalam formalin menghasilkan UMF yang dapat memberikan kuat rekat kayu lapis meranti putih rata-rata 45 kg/cm2 pada keadaan normal. Kenaikan kadar methanol sampai 10% tidak berpengaruh secara linear terhadap kuat rekat pada keadaan normal. Namun dapat diperoleh suotu kenaikan kuat rekat bila dibandingkan terhadap standar. Sedangkan untuk keadaan setelah perendaman dalam air, terjadi pula kenaikan dalam kuat rekat bila dibandingkan terhadap standar tetapi hasil yang diperoleh berfluktuasi.
Diduga proses perendaman yang disertai pemanasan dapat lebih menyempurnakan reasi cure dari resin UMF. Sifat kayu yang anisotropi besar kemungkinan menjadi penyebab terjadinya fluktuasi nilai kuat rekat yang diper oleh.
Ikatan antar 2 (dua) permukaan venir meranti putih dengan perekat urea melamin formaldehida merupakan kejadian yang sangat kompleks. Kuat rekat yang dihasilkan bergantung pada beberapa kondisi yang mempengaruhinya termasuk : sifat perekat, sifat kayu, formulasi kompon perekat, preparasi venir, karakteristik kandisi aperasinya atau sifat pengerjaan dan ketepatan perlakuan pengujian yang sesual dengan aplikasinya.
"
1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nike Christine
"Formalin sering disalahgunakan sebagai pengawet produk makanan, oleh karena itu kebutuhan akan suatu pereaksi kimia untuk pengujian formalin dalam makanan sangat diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi pereaksi Schryver untuk dijadikan pereaksi kit. Dalam penelitian ini, dibuat 5 macam formula pereaksi Schryver yang masingmasing diamati intensitas warna dan sensitivitasnya. Formula terpilih terdiri dari fenilhidrazin hidroklorida 5% dalam asam klorida 4,5 N (1 : 4) dan kalium ferisianida 5% diuji stabilitasnya, setelah disimpan pada suhu 2°-8°C; 28°-30°C; dan diatas 40°C, lalu direaksikan dengan formaldehida diukur serapannya pada λ 515,5 nm dengan menggunakan spektrofotometer UVVis. Hasil optimasi menunjukkan bahwa formula ini merupakan pereaksi terbaik untuk dijadikan pereaksi kit karena bersifat praktis dan memiliki stabilitas yang baik dengan sensitivitas yang tinggi dengan batas deteksi 0,2 mg/L. Uji identifikasi dari sampel, menghasilkan 2 sampel positif yaitu sampel A dan B.
Formalin is often misused as food product preserver, therefore the need of chemistry reagent for identification formalin in food is hardly required. The aim of this research is to optimize Schryver reagent for used as a reagent kit. The study research of 5 kinds of Schryver reagent formula has been made and observed for their sensitivity and color intensity. The Formula consist of phenylhydrazine hydrocloride 5% in hydrocloride acid 4,5 N (1 : 4) and potassium ferricyanida 5% was tested for its stability, after keeping at 2°-8°C; 28°-30°C; and over 40°C, and reacting with sample formaldehyde and measured by the absorption λ 515,5 nm using spectrophotometer UV-Vis. Formula with optimation is the best reagent to be made as reagent kit because it is practice, having good stability with high sensitivity with detection limit of 0,2 mg/L. The samples identification test produce for 2 positive samples A and B."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S33005
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Silva Putri Hindarsyah
"ABSTRACT
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pembentukan DNA Adduct 8-OHdG akibat kerusakan oksidatif DNA yang disebabkan oleh paparan formaldehida dan logam Cu (II). Studi in vivo dilakukan dengan menggunakan kelompok tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberi paparan formaldehida (82 mg/kg BB) dan Cu (II) (10 mg/kg BB) selama 28 hari. Sampel urin diambil setiap minggunya. Studi in vitro dilakukan dengan mereaksikan 2-deoksiguanosin dengan formaldehida, logam Cu (II), dan H2O2 melalui reaksi Fenton-like. Reaksi dilakukan pada suhu 37°C dengan variasi pH (7,4 dan pH 8,4) serta waktu inkubasi (7 dan 12 jam). Analisis pembentukan 8-OHdG secara in vivo dan in vitro dilakukan menggunakan instrumen LC-MS/MS dengan kromatogafi fasa terbalik. Fasa gerak yang digunakan adalah campuran amonium asetat 20 mM pH 4 dan asetonitril dengan gadien elusi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa paparan formaldehida dan logam Cu (II) dapat menyebabkan terbentuknya DNA Adduct 8-OHdG. Pada studi in vivo, ditemukan kadar 8-OHdG tertinggi pada kelompok paparan formaldehida dengan Cu (II). Pada studi in vitro, terbentuk 8-OHdG dengan konsentrasi paling tinggi pada kelompok variasi formaldehida, Cu (II) dan H2O2.

ABSTRACT
This research was conducted to analyze the formation of DNA Adduct 8-OHdG due to oxidative DNA damage caused by exposure formaldehyde and Cu (II). In vivo studies were conducted using a group of rat (Rattus norvegicus) which were exposed to formaldehyde (82 mg/kg BW) and Cu (II) (10 mg/kg BW) for 28 days. Urin samples were taken every week. In vitro studies were carried out by reacting 2-deoxyguanosine with formaldehyde, Cu (II) and H2O2 through a Fenton-like reaction. The reaction was carried out at 37°C with variation in pH (7,4 and 8,4) and incubation time (7 and 12 hours). Analysis of the formation DNA Adduct 8-OHdG with in vivo and in vitro studies using LC-MS/MS with reverse phase chromatogaphy. The mobile phase used was a mixture of 20 mM ammonium acetate pH 4 and acetonitrile with elution gadient. The results of the study show that exposure of formaldehyde and Cu (II) can cause the formation of a DNA Adduct 8-OHdG. In vivo study showed that the highest levels of 8-OHdG were found in the group that exposed to formaldehyde with Cu (II). In vitro study showed that 8-OHdG was formed with the highest concentration in the formaldehyde, Cu (II) and H2O2 variation groups."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>