Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendri Hartati
"ABSTRAK
Latar Belakang. Kabupaten Tangerang termasuk kabupaten yang beresiko tinggi
terhadap penyalahgunaan formalin pada makanan. Hal ini disebabkan karena
ketersediaan formalin di Kabupaten Tangerang diduga sangat berlimpah dan harganya
lebih murah dibanding bahan pengawet lain. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
banyak industri makanan di wilayah Tangerang menggunakan formalin sebagai bahan
pengawet. Penggunaan formalin ini sebenarnya dapat dicegah/dikontrol melalui
pengawasan dan pengendalian penggunaan bahan tersebut oleh instansi kesehatan
setempat (dinas kesehatan dan Puskesmas) bekerjasama dengan sektor lain yang terkait
serta melibatkan masyarakat dan swasta.
Tujuan. Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya peranan Dinkes kab.
Tangerang dalam manajemen pengawasan dan pengendalian formalin dalam rangka
mereduksi penggunaan formalin pada makanan. Sedangkan tujuan khususnya yaitu,
untuk mengetahui mekanisme pengawasan dan pengendalian, sumber daya yang tersedia
serta faktor-faktor apa sajakah yang dapat mendorong/memperkuat terlaksananya
pengawasan dan pengendalian penggunaan formalin di Kabupaten Tangerang.
Metode. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yang mengkombinasikan
wawancara mendalam dengan penelusuran dokumen. Metode kualitatif yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang terarah dimana variabel yang diteliti
telah dibatasi dan ditentukan sebelum penelitian dilakukan.
Analisis manajemen..., Hendri Hartati, FKM UI, 2006
Hasil. Program Pengawasan dan pengendalian formalin di wilayah kabupaten Tangerang
telah dilakukan oleh dinas kesehatan secara rutin sejak tahun 2004, namun program ini
belum intensif kecuali ketika issue adanya kandungan formalin pada makanan merebak
pada tahun 2006. Ada beberapa sumberdaya yang belum mendukung antara lain:
Peraturan perundangan yang belum tersosialisasi, dana yang ada terbatas, tenaga wasdal
jumlahnya terbatas dan tugas rangkap. pemeriksaan sampel secara kuantitatif dilakukan
di BPOM, sedangkan pemeriksaan kualitatif sudah mulai dilakukan tetapi alat
pemeriksaannya baru berjumlah satu buah petugas sehingga puskesmas belum punya alat
tersebut. Material sudah cukup mendukung kegiatan pelaksanaan wasdal penggunaan
formalin. Skedul juga telah ada dan telah disusun baik di tingkat puskesmas Data sudah
tersedia namun tidak tersusun dalam sistem informasi. Sedangkan buku pedoman
kegiatan wasdal penggunaan formalin belum ada. Faktor lain yang mendukung kegiatan
sudah ada yaitu kerjasama lintas sektor walaupun tidak dalam suatu kegiatan rutin,
partisipasi masyarakat juga ada (pelaporan saja), dan ada supervisi yang dilakukan
POM/dinkes propinsi yang lebih bersifat monitoring namun supervisi ini dinilai sudah
bermanfaat dalam meningkatkan kinerja petugas. Faktor yang menghambat adalah
luasnya area kerja kegiatan wasdal penyalahgunaan formalin di kabupaten Tangerang.
Simpulan. Sumberdaya dan faktor pendukung untuk program pengawasan dan
pengendalian formalin ini masih terbatas. Banyaknya industri makanan (UKM), jasa
boga, rumah makan dan pasar di kabupaten Tangerang membuat wasdal penyalahgunaan
formalin ini tidak dapat dilakukan secara intensif jika hanya mengandalkan sumberdaya
yang tersedia saat ini. Oleh karena itu perlu dilakukan beberapa upaya untuk peningkatan
sumberdaya dan faktor-faktor yang mendukung serta mengatasi hambatan yang ada.

ABSTRACT
Background. The district of Tangerang is high risk of the misuse of formaldehyde as
food preservative. This phenomenon is caused by the high stock of formaldehyde and the
price is cheap compare to other preservatives. Some research show that many types of
food are contamined by formaldehyde. The misuse of formaldehyde can be prevented and
controlled by supervision and controlling mechanism by the health institution (DHO of
Tangerang and Health Centers) collaborated with other sectors (public and private) and
community as well.
Objectives. The aim of this study was to obtain an in-depth information on the
manajemen of implementation of supervision and controlling of the misuse of
formaldehyde organized by the Tangerang District Health Office.
Method. This study is a descriptive using qualitative technique with District Health
Office as analysis unit. In-depth interview technique and document analysis were used to
collect data. The variables of this research were determined before the research
conducted.
Result. The study showed that the process of management had not been successfully
implemented intensively except when the issue was publish on media extensively. Unintensif
supervision and controlling happened due to some factors namely, lack of
resources (regulation, money, personnel, laboratory, equipment, and guideline), not
routine of inter-sector collaboration, and non-periodic of the supervision from province
level.
Analisis manajemen..., Hendri Hartati, FKM UI, 2006
Conclusion. Un-intensif supervision and controlling the misuse of formaldehyde
happened due to some factors (resources were not sufficient, inter-sector collaboration
were not regular, and supervision from province level was not periodic). In order to
achieve the optimal supervision and controlling activity, it is suggested that the resources
and supporting factors should be enhanced through many strategies."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T41343
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wara Dyah Pita Rengga
"Formaldehida merupakan salah satu polutan gas yang menyebabkan gangguan kesehatan sampai tingkat kanker nasofaring. Sintesis karbon aktif berbentuk serbuk dari bambu Petung dengan aditif nanopartikel perak atau tembaga digunakan sebagai penjerap polutan. Kemampuan adsorpsi formaldehida dalam sistem tumpak dan sistem sinambung digunakan untuk mendapatkan model adsorpsi formaldehida.Hasil analisis menunjukkan bahwa karbon aktif dengan aditif nanopartikel Perak mempunyai luas permukaan 683 m2/g, diameter pori rata-rata 2,7 nm (mesopori dan mikropori), ukuran nanopartikel 2-6 nm dan terdapat gugus hidroksil pada permukaan karbon.
Sifat dan kemampuan karbon aktif dengan aditif nanopartikel Perak menunjukkan hasil yang lebih baik daripada karbon aktif dengan nanopartikel Tembaga. Kemampuan adsorpsi formaldehida pada karbon aktif dengan aditif nanopartikel Perak mencapai 2,7 kali lebih tinggi daripada karbon aktifnya dengan kapasitas maksimal 150 mg/g sesuai dengan model Langmuir. Formaldehida mengalami oksidasi katalitik pada permukaan nanopartikel Perak sesuai dengan Model Langmuir Hinshelwood bimolekuler. Kurva breakthrough adsorpsi dapat dimodelkan secara tepat menggunakan Model Thomas. Hasil adsorpsi formaldehida dalam udara digunakan untuk melakukan simulasi adsorpsi dengan campuran gas lain dan memperkirakan kebutuhan jumlah karbon aktif dalam ruangan.

Formaldehyde is one of gas pollutant that cause health problems such as nasopharyngeal cancer. Synthesis of activated carbon powder from bamboo Petung with silver or copper nanoparticles additive used as pollutant adsorbents. Formaldehyde adsorption capacity in batch and continuous systems were used to obtain formaldehyde adsorption models. The analysis show that the activated carbon modified with silver nanoparticle has a surface area of 683 m2/g, an average pore diameter of 2.7 nm (mesoporous and microporous), the size of the nanoparticles is 2-6 nm and posess hydroxyl groups on its carbon surfaces.
The activated carbon modified with silver nanoparticle shows better properties and capabilities than the activated carbon modifed with nanoparticles Copper. Formaldehyde adsorption capacity of the activated carbon modified with silver nanoparticle reached 2.7 times as that of the activated carbon without, with a maximum capacity of 150 mg/g estimated from the Langmuir model. Catalytic oxidation of formaldehyde into CO2 occurs on the surface of Ag nanoparticles according to the bimolecular Langmuir Hinshelwood model. The breakthrough adsorption curves have been well represented using Thomas model. The results of formaldehide adsorption can be used to perform an adsorption simulation containing other component gas mixture and used to estimate the activated carbon needed for indoor application.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
D2137
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspa Sari
"Latar Belakang: Formaldehida memiliki efek iritan dan karsinogenik. Keganasan yang sering disebut sebagai akibat pajanan zat ini adalah karsinoma nasofaring, namun berbagai penelitian menunjukkan zat ini juga dapat menyebabkan kelainan leukosit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pajanan formaldehida dengan perubahan leukosit pada pekerja yang menggunakan dan tidak menggunakan formaldehida dalam proses kerjanya.
Metode penelitian: Penelitian dengan desain potong lintang komparatif dilakukan pada 108 responden laki-laki sehat yang bekerja di dipping dan weaving unit selama minimal satu tahun. Data dikumpulkan dari wawancara, kuisioner, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium (jumlah leukosit, hitung jenis dan morfologi darah tepi). Kriteria eksklusi penelitian ini adalah pekerja dengan riwayat keganasan, kemoterapi/radioterapi, dan infeksi. Pengukuran formaldehida lingkungan dilakukan dengan metode NIOSH 3500 dan NIOSH 2541. Pengukuran jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit dilakukan dengan menggunakan Hematology Analyzer ABX PENTRA 6, sementara pemeriksaan morfologi darah tepi dilakukan dengan pemeriksaan sediaan apus darah tepi.
Hasil: Walaupun pajanan formaldehida lingkungan di dipping unit menunjukkan nilai < 0,032 ppm, kelompok dipping unit memiliki risiko 4,74 kali lebih tinggi untuk mengalami gangguan morfologi leukosit dibandingkan responden kelompok weaving unit. Tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara unit kerja dengan jumlah dan hitung jenis leukosit. Hasil serupa ditemukan pada variabel faktor perancu seperti usia, indeks massa tubuh, masa kerja, kebiasaan merokok, dan penggunaan alat pelindung diri.
Kesimpulan: Pajanan kronis formaldehida dosis rendah dapat menyebabkan kelainan morfologi leukosit yang dapat menjadi penanda gangguan leukosit yang lebih serius.

Background: Formaldehyde is an irritant and carcinogenic agent. Nasopharynx carcinoma is the most frequent cancer caused by formaldehyde exposure, but many studies showed that formaldehyde exposure can lead to leukocyte disorders. The aim of this study was to find the relationship between formaldehyde exposure with leukocyte changes among workers who worked with formaldehyde compared to workers who did not work with formaldehyde.
Methods: A comparative cross sectional study was conducted, involving 108 male respondents who worked in dipping and weaving unit for a minimal of one year. Data collected by interview, questionnaire, physical and laboratory examination (leukocyte count, differential count, morphology). Exclusion criteria for this study were respondents with malignancy, chemotherapy/radiotherapy, and infection. Environmental formaldehyde was measured using NIOSH 3500 and NIOSH 2541 methods. Leukocyte count and differential leukocyte count was analyzed using Hematology Analyzer ABX PENTRA 6, while leukocyte morphology was conducted by peripheral blood smear.
Results: Eventhough the environmental formaldehyde level at dipping unit was < 0,032 ppm, dipping unit respondent group has a 4,74 times higher risk to get leukocyte morphology abnormality than worker from weaving unit’s. There were no significant relationship between working unit and leukocyte count and differential count. The same results were found with confounding factor variables such as age, body mass index, working duration, smoking, and personal protective equipment variabels.
Conclusion: This study showed chronic low exposure of formaldehyde can cause leukocyte morphology abnormality which in turn can lead to more serious leukocytes disorder.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kemal Zachariah
"Latar belakang: Formaldehida sebagian besar diinhalasi melalui saluran pernafasan bagian atas dan mempengaruhi mukosa hidung. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan pajanan formaldehida yang ada di industri kain ban terhadap eosinofil dan neutrofil swab hidung.
Metode: Penelitian menggunakan desain potong lintang komparatif. Analisis yang dilakukan menggunakan uji regresi logistik. Responden berjumlah 100 orang laki-laki, terdiri dari 50 responden di bagian dipping dan 50 responden di bagian weaving. Metode pengukuran formaldehida dengan menggunakan metode NIOSH 3500. Metode pengambilan sampel menggunakan total population pada bagian dipping dan simple random sampling pada bagian weaving.
Hasil: Kadar formaldehida lingkungan di bagian dipping adalah 0,032 mg/m3. Prevalensi eosinofil positif pada pekerja weaving dan dipping didapatkan 30% sedangkan neutrofil positif didapatkan sebesar 80 %. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pajanan formaldehida dengan eosinofil dan neutrofil swab hidung. Variabel independent yang paling berpengaruh terhadap neutrofil positif adalah kebiasaan merokok dengan OR 4,680; 95% CI 1,52 – 14,44; p = 0,007.
Kesimpulan: Formaldehida tidak berhubungan bermakna dengan eosinofil dan neutrofil swab hidung, namun pengaruh formaldehida terhadap eosinofil swab hidung belum dapat disingkirkan mengingat adanya gambaran degranulasi eosinofil sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut di tingkat seluler.

Background: Most of formaldehyde exposure is inhaled in upper respiratory track which affecst the nasal mucosa. This study aims at exploring the correlation between formaldehyde exposure in tire cord industry with nasal swab eosinophil and neutrophil.
Methods: The design of the study is comparative cross sectional. Analysis conducted was logistic regression. Total respondents are 100 male consisting of 50 respondents from dipping area and 50 respondents from weaving area. The method for formaldehyde level used NIOSH 3500. The method for collection sample used total population in dipping area and simple random sampling in weaving area.
Results: Formaldehyde level in dipping area was 0,032 mg/m.3. The results of the study showed that eosinophils positive at weaving and dipping area were 30% and neutrophils positive were 80%. No significant correlation was found between formaldehyde exposure and eosinophils and neutrophils nasal swab. Independent variable that mostly influence positive neutrophils was smoking with OR 4.680, 95% CI 1.52–14.44, p = 0.007.
Conclusions: Formaldehyde has no significantly correlation with eosinophils and neutrophils nasal swab, but the effect of formaldehyde on eosinophil nasal swab can not be ignored because of eosinophils degranulation, so further research is still needed at the cellular level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhammad Zulfikar Fauzi
"ABSTRAK
Formaldehida merupakan senyawa kimia yang digunakan pada industri perekat. PT X merupakan produsen formaldehida di Jawa Timur. Sistem pengendali proses yang digunakan di PT X masih berbasis proportional integral (PI). Pengendali konvensional ini masih memiliki kekurangan. Multivariable model predictive control (MMPC) diajukan untuk meningkatkan kinerja sistem pengendali pada PT X. Model empiris dibuat menggunakan process reaction curve (PRC) dan perhitungan parameter first order plus dead time (FOPDT). Empat manipulated variable (MV) dan empat controlled variable (CV) membentuk 16 model empiris. Perhitungan parameter MMPC, meliputi sample time (T), prediction horizon (P), control horizon (M), dilakukan dengan metode Shridhar dan Cooper (1998) dan dioptimalkan dengan metode fine tuning. Kinerja pengendalian MMPC diuji dengan perubahan set point (SP) dan ketahanan atas gangguan (disturbance rejection). Empat pengendali yang diuji, yaitu pengendali tekanan evaporator (PIC-101), pengendali liquid percent level evaporator (LIC-101), pengendali laju alir steam (FIC-102), dan pengendali suhu udara (TIC-101). Nilai parameter MMPC meliputi T, P, dan M yang optimal berturut turut adalah 3, 62, dan 2. Pengendali MMPC dapat memberikan peningkatan kinerja pengendalian pada uji SP tracking dengan rata rata sebesar 33,24% untuk IAE dan 42,93% untuk ISE. Sedangkan, pada uji disturbance rejection, terdapat peningkatan kinerja dengan rata-rata sebesar 33,48% untuk IAE dan 58,08% untuk ISE.

ABSTRACT
Formaldehyde is chemical substances that is used in adhesive industry. PT X is formaldehyde producer in East Java. PT X is using proportional integral based control system. This conventional controller has several weaknesses. Multivariable model predictive control (MMPC) is used to increase the performance of control system at PT X. Empirical model is made with process reaction curve (PRC) followed by first order plus dead time (FOPDT) calculation. Four manipulated variable (MV) and four controlled variable (CV) will construct 16 empirical models. Calculation of MMPC parameter, which include sample time (T), prediction horizon (P), and control horizon (M), is done with Shridhar and Cooper method (1998) and optimized by fine tuning method. Performance of MMPC is tested by set point changes and disturbance rejection. Four controllers tested are evaporator pressure control (PIC-101), liquid percent level control (LIC-101), steam flow control (FIC-102), and air temperature control (TIC-101). The optimized parameter of MMPC which include T, P, and M are 3, 62, and 2 respectively. MMPC Controller can increase controller performance in SP tracking with average number of 33.24% for IAE and 42.93% of ISE. Meanwhile, in disturbance rejection, there is an increase in average of 33.485 for IAE and 58.08% for ISE."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendrik Seputra
"Penelitian ini dilakukan untuk menguji kelayakan penerapan teknik pencitraan hiperspektral di wilayah variabel 400-1000 nm untuk mengetahui kandungan formalin. Sistem pencitraan hiperspektral terdiri dari kamera hiperspektral, slider, motor slider, dua sumber lampu halogen dan komputer yang digunakan untuk proses akuisisi data dan pengolahan data. Citra hiperspektral merupakan sebuah hypercube yang berisi informasi spasial dan spektral. ROI digunakan untuk memilih area sampel yang homogen. Data ROI diekstraksi dengan merata-ratakan data spasialnya, sehingga hanya diperoleh data spektral. Metode principle component analysis PCA digunakan untuk mereduksi dimensi data data spektral dan memilih fitur yang akan digunakan sebagai masukan dalam klasifikasi. Linear discriminant analysis LDA digunakan sebagai model untuk mengklasifikasikan kelas yang berbeda, yaitu formalin dan nonformalin. Model PCA regresi digunakan untuk menguji akurasi nilai prediksi terhadap nilai pengujian laboratorium. Dari hasil percobaan pada pengamatan hari pertama, kedua dan ketiga menunjukkan keefektifan model LDA dalam memisahkan sampel tahu berformalin dan tahu tanpa formalin dengan akurasi diatas 86,81 , 93,06 , dan 100 . Serta dari hasi regresi linier pada pengamatan hari pertama, kedua dan ketiga diperoleh koefisien korelasi R2 sebesar 0,98, 0,99 dan 0,99 serta nilai RMSE sebesar 1,83, 1,40 dan 1,27. Hasil ini menunjukkan bahwa pencitraan hiperspektral merupakan pendekatan yang menjanjikan untuk memprediksi kandungan formalin yang dengan cepat dan akurat.

This study was carried out to examine the feasibility of applying hiperspektral imaging technique in the spectral region 400 1000 nm for classification formaldehyde tofu. The system hardware of hiperspektral imaging consists of hiperspektral camera with spectral region 400 1000 nm, workbench, motor slider, two halogen lamp source and personal computer used for the data acquisition process and data processing. Hyperspectral image is a hypercube that contains of spatial and spectral information. ROI is used to select a homogeneous sample area. ROI data is extracted by averaging its spatial data, so that only spectral data are obtained. The principle component analysis PCA method is used to reduce dimensions of the data and select the features to be used as input in the classification. The linear discriminant analysis LDA is used as a model to classify to distinct classes, that is formaldehyde tofu and without formaldehyde tofu. PCA Regression model is used to test the accuracy prediction values against the value of laboratory testing. Result from the experiment on the first, second and third day observations showed the effectiveness of the LDA model in separating the informal sample of formalin and tofu without formalin with an accuracy above 86.81 , 93.06 , and 100 . As well as from the results of linear regression on first, second and third observations obtained correlation coefficient R2 of 0.98, 0.99 and 0.99 and RMSE of 1.83, 1.40 and 1.27. These results suggest that hyperspectral imaging is a promising approach to predicting rapidly and accurately formaldehyde content."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kentari Septiasih
"Formaldehyde adalah zat kimia yang berbentuk gas atau cair. Di dalam perdagangan berbentuk larutan dikenal dengan nama Formalin yang bersifat sangat volatile. Disamping itu Formaldehyde sangat iritatif dan dikategorikan sebagai bahan kimia kategori A2 ( carcinogen) yaitu tergolong bahan yang dapat menyebabkan kanker Sehingga dengan demikian akan merugikan para pekerja dan dapat menyebabkan timbulnya masalah ketenaga kerjaan. Untuk itu kandungan Formaldehyde di udara lingkungan kerja diatur sesuai dengan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Transkop No.SE. 02 / MEN / 1978, bahwa Nilai Ambang Batas (NAB) untuk Formaldehyde adalah tidak boleh melampaui 2 ppm.
Disain penelitian yang digunakan bersifat deskriptif yang menggambarkan konsentrasi Formaldehyde pada industri sweater yang memakai bahan baku benang cotton 100% dan pada industri sweater yang memakai bahan baku benang bukan cotton ( acrylic 100% ).
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan konsentrasi Formaldehyde pada dua industri sweater yang memakai benang cotton dengan industri sweater yang memakai benang bukan cotton . Sistem ventilasi pada industri tersebut adalah sistem natural ventilation dan tidak menggunakan exhaust fan . Sehingga konsentrasi rata-ratanya meskipun masih dibawah NAB akan tetapi konsentrasi tersebut telah melebihi baik TLV untuk TWA maupun Ceiling. Dengan didukung oleh hasil penelitian yang telah dilakukan baik diluar maupun dari dalam negeri, bahwa pada konsentrasi dibawah NAB telah dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan, maka disarankan untuk meninjau kembali NAB yang telah ditetapkan.

The Formaldehyde is a chemicals which has the form of gas or liquid . It is certificate available in commercial in the form of a solution known as Formalin which is very volatile. Besides , the Formaldehyde is very irritative and categorized as A2 chemicals ( carcinogen ) that is classified as material which may cause cancer. Thus, it will be harmfull for workers and may cause labor problems. Therefore , the Formaldehyde content in the environment of the work are should be regulated with the Circular Letter of the Minister of Labor and Cooperatives No. SE.02/MEN/1978 , that the Threshold Value ( NAB) of the Formaldehyde may not exceeds 2 ppm.
The research design is a descriptive one which describe the Formaldehyde concentration in the sweater industry which uses the raw material of 100 % cotton thread and in the sweater industry which uses the ram material of non cotton ( 100% acrylic ).
The results of the research indicates the difference of Formaldehyde concentration on both industries which used the cotton thread and the sweater industry which use the non cotton thread. The ventilation system in the industry is a natural ventilation and exhaust fan is not used. As a results, the average concentration, however, it is still below the Threshold Value ( NAB), however, the concentration have exceeded the TLV for TWA and Ceiling. I suggest to review again the fixed NAB, with the support of the research results which have been done domestically and abroad, that at the concentration is below the NAB has already cause a health disturbance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T7266
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izzah Dinillah
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai perilaku lentur papan laminasi dengan bahan karton minuman daur ulang/ kotak aseptik yang menggunakan perekat phenol formaldehida. Kotakaseptik tersebut dipotong menjadi ukuran cacah 50 mm x 5 mm. Dalam pengujian digunakan persentase phenol formaldehida 0%, 2,5%, 5%, dan 7,5% dengan menggunakan perbandingan berat terhadap cacah aseptik. Dari hasil pengujian kuat lentur, papan partikel dengan persentase phenol formaldehida 0% merupakan hasil yang terbaik dibandingkan dengan papan partikel dengan persentase phenol formaldehida 2,5% ,5%, dan 7,5%. Selanjutnya papan partikel dengan persentase phenol formaldehida 0% akan direkatkan menjadi papan laminasi 2 lapis dan 3 lapis dengan perekat panas(phenol formaldehida) yang akan dibandingkan kekuatannya bila menggunakan perekat dingin (epoksi).

ABSTRACT
The final project discussed about bending behavior of board laminates of recycled beverage carton/aseptic using phenol formaldehyd adhesive. The aseptic was cut to be spesific meassure 50mm x 5 mm in size. In eksperimental used 0%, 2,5%, 5%, and 7,5% of phenol formaldehyde. From the results of flexural strength testing, particle board with phenol formaldehyde percentage of 0% was the best result if compared with the percentage of particle board with 2.5%, 5%, and 7.5% of phenol formaldehyde. Furthermore, particle board with percentage of phenol formaldehyde 0% would be glued to rise 2 ply and 3 ply of board laminates with hot glue (phenol formaldehyde) that will be compared its strength when using cold adhesive (epoxy).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S54527
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Mairani
"Polusi udara dikaitkan dengan jutaan kematian prematur di seluruh dunia dan 20 di antaranya bersifatpernafasan berasal dari polusi udara outdoor dan indoor dalam bentuk partikel serta gas. Pajanan PM2,5 danformaldehid yang berasal dari dalam ruang memiliki efek kesehatan sejak dini pada anak-anak, karenaanak-anak merupakan kelompok rentan dan selama anak dalam proses pengembangan paru-paru dapatmenyebabkan dampak jangka panjang pada fungsi paru. Penelitian ini bertujuan mengindentifikasihubungan pajanan Particulate Matter 2,5 PM2,5 dan formaldehid terhadap gangguan fungsi paru padasiswa Sekolah Menegah Pertama Kota Depok. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yangdilaksanakan pada Maret-Mei 2018. Jumlah sampel sebanyak 160 siswa dengan metode simpel randomsampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa berumur 13-15 tahun berisiko mengalami gangguanfungsi paru 2,9 kali dengan IMT tidak normal dan mayoritas perokok pasif serta dengan aktifitas fisik yangkurang atau jarang dilakukan siswa. Pajanan PM2,5 >NAB 35 ? g/m3berisiko 7.2 kali mengalami gangguanfungsi paru pada siswa di sekolah yang berada dekat jalan raya dan konsentrasi formaldehid tinggi berisiko1,6 kali mengalami gangguan fungsi paru pada siswa di sekolah dekat jalan raya dengan kondisi ventilasiyang tidak memenuhi syarat, suhu dan kelembaban tidak normal di sekolah. Perlu dilakukan pengendalianrisiko pencemaran udara dilingkungan sekolah dengan menjauhi atau membatasi diri dari sumber polusiudara.Kata kunci: PM2,5, Formaldehid, Gangguan fungsi paru.

Air pollution is associated with millions of premature deaths worldwide and 20 of them are respiratoryfrom outdoor and indoor air pollution in the form of particles and gases. Exposure to PM2.5 andformaldehyde derived from space has an early health effect on children, as children are a vulnerable groupand during childhood in the lung development process can cause long term effects on lung function. Thisstudy aims to identify the exposure relationship of Particulate Matter 2.5 PM2,5 and formaldehyde to lungfunction impairment in Depok State Junior High School students. This study uses a cross sectional studyconducted in March May 2018. The number of samples as many as 160 students with a simple randomsampling method. The results showed that students aged 13 15 years are at risk of impaired lung function2.9 times with abnormal BMI and the majority of passive smokers and with less physical activity or rarelydo students. Exposure of PM2.5 NAB 35 g m3 at risk 7.2 times impaired lung function in students atschools located near the highway and high formaldehyde concentrations at risk of 1.6 times impaired lungfunction in students at schools near highway with no ventilation conditions Eligible, temperature andhumidity are not normal at school. It is necessary to control the risks of air pollution within the schoolenvironment by avoiding or restricting themselves from sources of air pollution.Key words Particulate Matter2,5, Formaldehyde, Lung Function.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49994
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>