Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heine, Richard W.
New Delhi: Tata McGraw-Hill, 1967
671.25 HEI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bidulya, P.
Moscow: MIR Publisher, 1968
672.2 BID s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Oxford: Pergamon Press, 1986
R 671.202 FOS
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
"Component casting has many design advantages, especially when complex geometries are required. There are many options and challenges in producing efficient casting designs, and this publication acquaints readers with fundamental information about how casting design influences casting solidification and how casting solidification influences casting properties. Mechanical property data, especially for dynamic properties, are also described in details for cast iron, steel, and aluminum."
Materials Park, Ohio: ASM International, 2009
e20451724
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Rosalia Hawani
"Menurut Pasal 33 UIJD 19945, perekonomian negara harus disusun berdasarkan usaha bersama atas azas kekeluargaan. Dengan demikian sokoguru perekonomian nasional mestinya adalah koperasi. Namun kenyataan dewasa ini menunjukkan bahwa koperasi Indonesia masih sulit untuk menjalankan peranannya. Kendala-kendala pada koperasi pada umurnnya sama dengan kendala-kendala pada usaha kecil, yaitu kelemahan-kelemahan dalam memperoleh akses pasar , pangsa pasar, struktur permodalan/akses bank sulit. organisasi & manajemen penguasaan dan pemanfaatan teknologi. serta jaringan usaha dan kerjasama usaha. Pemerintah bertekad untuk memacu penumbuhan ekonomi koperasi dan usaha kecil agar mampu berperan serta dalam perekonomian dan pembangunan di Indonesia.
Terobosan nyata dari usaha Pemerintah tersebut berupa SK Menteri Keuangan No. 1232/KMK 013/1989 tanggal 1 Nopember 1989 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui pemanfaatan dana dari bagian pemerintah sebesar 1%-5% atas laba BUMN setelah pajak. Koperasi dan usaha kecil yang berhak memperoleh bantuan adalah yang memiliki omset maksimal Rp 300 juta. Pemberian bantuan tersebut berupa pinjaman modal kerja, investasi dan jaminan dan hibah khusus pendidikan, pelatihan pemagangan, promosi & pemasaran, serta penyertaan yang diberikan hanya untuk perusahaan modal Ventura dan besarnya penyertaan ditetapkan Menteri Keuangan.
Bantuan diberikan kepada usaha kecil minimal 50%. koperasi non karyawan BUMN bersangkutan maksimal 45% dan koperasi karvawan BUMN bersangkutan maksimal 5 %. Diharapkan dengan pemberian pendidikan, pelatihan, pemagangan dan penelitian akan meningkatkan kualitas SDM dalam koperasi. Selanjutnya pemberian pinjaman modal kerja/investasi dan atau jaminan yang ditunjang dengan SDM berkualitas dalam koperasi tersebut, ditambah dengan bantuan promosi & pemasaran dari BUMN, akan memberi pengembangan kegiatan usaha, kesempatan bertransaksi dengan pihak III, dan perluasan kesempatan berusaha yang selanjutnya akan meningkatkan volume penjualan, meluasnya jaringan usaha, dan penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Kenaikan volume penjualan secara otamatis akan meningkatkan SHU koperasi yang selanjutnya akan meningkatkan modal sendiri dan simpanan koperasi.
Perluasan jaringan usaha serta penciptaan lapangan kerja akan meningkatkan ekonomi masyarakat kecil di sekitar koperasi. Perkembangan pada koperasi menjadikan animo masyarakat untuk menjadi anggota koperasi tinggi yang secara otomatis akan meningkatkan simpanan koperasi, dan juga akan menjadikan prospek koperasi di masa mendatang cerah. Koperasi-koperasi yang menerima bantuan dana pembinaan BUMN akan mengalami perkembangan kegiatan usaha yang lebih baik daripada koperasikoperasi yang beium memperoleh kesempatan menerima bantuan tadi. Disamping itu, apabila alokasi dana pembinaan tadi dilaksanakan oleh BUMN bersangkutan sesuai dengan ketentuannya, adil dan merata dan sesuai prospek dari pegelkop bersangkutan, berkesinambungan, monitoring kepada mitra binaan baik, maka diharapkan usaha kecil dan koperasi dapat berkembang dan masa depan mereka cerah.
Satu sampel berjumlah 34 buah koperasi dan satu lagi sampel berjumlah 19 buah BUMN responden digunakan untuk menguji beberapa hipotesis untuk menunjukkan pengaruh pemberian pendidikan, pelatihan terhadap peningkatan kualitas SDM dalam koperasi, pengaruh pemberian fasilitas-fasilitas berupa,pinjaman dan atau jaminan, pelatihan, promosi & pemasaran, kredit bank terhadap peningkatan volume penjualan koperasi, pengaruh peningkatan volume penjualan terhadap peningkatan SHU koperasi, pengaruh peningkatan SHU terhadap peningkatan modal sendiri & simpanan koperasi. Pengaruh peningkatan jumlah anggota terhadap peningkatan simpanan koperasi, dan pengaruh penerimaan bantuan dana pembinaan BUNN terhadap perkembangan kegiatan usaha koperasi tersebut, serta pengaruh partisipasi BUN N pembina terhadap masa depan usaha kecil dan koperasi.
Analisis data untuk menguji beberapa hipotesis meliputi penggunaan Chi Square, koefisien korelasi Pearson, analisis rasio dan uji t, serta pengujian hipotesis satu rata-rata. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup untuk mendapatkan data primer, Uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan yang signifikant atas penerimaan pelatihan, pendidikan dst terhadap peningkatan kualitas SDM dalam koperasi, dan atas penerimaan fasilitas-fasilitas terhadap peningkatan volume penjualan koperasi. Selanjutnva analisa korelasi menunjukkan bahwa terdapat korelasi positip. kuat dan searah antara peningkatan volume penjualan dengan peningkatan SHU koperasi, dan antara peningkatan SHU dengan peningkatan modal sendiri dan simpanan koperasi, serta antara peningkatan jumlah anggota dengan peningkatan simpanan koperasi.
Perkembangan kegiatan usaha pada koperasi-koperasi yang telah menerima bantuan dana pembinaan BURN pada umumnya lebih tinggi dari pada koperasi-koperasi yang belum menerima bantuan tersebut Uji t terhadap alokasi dana BUM N memberikan hasil bahwa angka rata-rata yang diduga 70% untuk pinjaman modal & jaminan benar, 30% untuk hibah khusus, pembinaan tidak benar, 50% untuk pinjaman usaha kecil tidak benar, dan 45% untuk pinjaman koperasi non karyawan BUMt1 bersangkutan tidak benar, serta 5% untuk pinjaman koperasi karyawan BUMN bersangkutan tidak benar. Dari hasil penelitian diperoleh angka rata-rata untuk pemberian pinjaman data dana hibah khusus pembinaan masing-masins adalah 64,85% dan 6.64% dari dana tersedia tahun 1995. Disamping itu terdapar pemberian hibah lain-lain dengan angka rata-rata 3.02% dari saldo dana akhir tahun 25.49% . Angka rata-rata untuk pinjaman usaha kecil. koperasi non karyawan dan koperasi karyawan masing-masing adalah 75,49%, 22.74%, dan 1,77% dari jumlah pinjaman yang diberikan.
Menurut kesimpulan penulis hal ini teriadi disebabkan adanya kata maksimum dan minimum untuk setiap angka dalam ketentuannya. Disamping itu terdapat beberapa usaha kecil dan koperasi yang memperoleh bantuan dana dari 2 atau lebih BUMN, sedang disisi lain masih banyak usaha kecil dan koperasi yang sudah lama antri menunggu giliran. Ini terjadi disebabkan Kandep Koperasi Kodya Jakarta Barat masih memberikan rekomendasi kepada koperasiiusaha kecil. yang sedang menikmati bantuan dari BUMN lain. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengembalian cicilan pokok & bunga pinjaman dari mitra binaan masih sangat kecil dibandingkan dengan seharusnya. Hal ini disebabkan kurangnva monitoring BUMN pembina dan kurangnya itikad baik dari mitra binaan. Kepada Pemerintah & Menteri Keuangan disarankan untuk melaksanakan pemberian dana pegelkop secara berkesinambungan, namun merevisi SK Menkeu No.316/94 dengan menghilangkan kata maksimum dan minimum. supaya terdapat angka-angka yang pasti untuk alokasi dana tersebut.
Kepada Kepala Kandep Koperasi Kodya Jakarta Barat disarankan untuk tidak memberi lagi rekomendasi bagi usaha kecil/koperasi yang telah menikmati bantuan dana, untuk menghindari perangkapan pembinaan oleh 2 atau lebih BUMN untuk 1 buah usaha kecil/koperasi. Kepada BUMN pembina disarankan mengusahakan alokasi dana mendekati anaka-angka yang tercantum dalam ketentuannya tidak mengalokasikan dana hibah ke lain-lain yang tidak ada hubungan dengan pegelkop, mengusahakan meminimumkan saldo dana akhir tahun, mengefektifkan penagihan cicilan pokok & bunga pinjaman, dan mengikat pembelanjaan dana mitra sesuai proposal. Kepada para pengurus dan badan pengawas koperasi disarankan membelanjakan pinjaman sesuai proposal_ mengirimkan laporan triwulanan ke BUMN, dan membayar cicilan pokok & bunga sesuai jadwal.
Temuan penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai umpan balik (feed back) bagi pemerintah, atas pengaruh dana pembinaan BUMN terhadap perkembangan kegiatan usaha koperasi, dan partisipasi ketaatan BUMN terhadap ketentuan pemerintah mengenai alokasi dana tersebut, serta sebagai sumbangan pemikiran penyusunan kebijakan pemerintah dalam usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat golongan ekonomi lemah di Indonesia melalui koperasi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Iqbal Latief
"Masyarakat Indonesia yang paling merasakan dampak krisis ekonomi yang melanda sejak pertengahan tahun 1997 adalah masyarakat di perkotaan khususnya yang bermukim di pinggiran-pinggiran kota. Kenyataan ini juga terjadi di masyarakat pinggiran kota Jakarta, baik yang bekerja sebagai nelayan maupun buruh di pelabuhan dan lain-lain. Kehidupan mereka semenjak terjadinya krisis ekonomi sangat memprihatinkan, jumlah orang miskin meningkat akibat banyaknya buruh yang di PHK dan mereka tidak memiliki alternatif lain kecuali buka usaha mikro seperti warung nasi, jualan nasi uduk, dan lain-lain.
Untuk mengatasi masalah kemiskinan di perkotaan, Yayasan Bina Swadaya kemudian menawarkan upaya pemberdayaan masyarakat miskin di perkotaan melalui program keuangan mikro. Sejak tahun 1999 sampai sekarang ini, program tersebut dilaksanakan dan telah dibentuk ratusan KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) di Jakarta. Untuk mengetahui hasil dari program tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai pelaksanaan penyaluran bantuan keuangan masyarakat miskin melalui program keuangan mikro dan faktor-faktor yang mempengaruhi kebnerlangsungan program tersebut. Karena itu, tujuan penelitian ini adalah menggambarkan pelaksanaan kegiatan lembaga keuangan mikro yang selanjutnya disingkat LKM.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Data diperoleh dari informan sebagai pelaku yang terlibat langsung pada proses pelaksanaan keuangan mikro, selain itu data dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara, pengamatan dan dokumen-dokumen yang relevan dengan penelitian ini sejak bulan September hingga November 2004.
Data dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian data, pengambilan kesimpulan dan interpretasi data melalui tema utama. Kerangka pemikiran yang digunakan dalam tesis ini adalah konsep kemiskinan, strategi pembangunan sosial, pemberdayaan, lembaga keuangan mikro, kelompok swadaya masyarakat dan konsep pendampingan. Konsep-konsep ini digunakan sebagai rujukan literatur untuk membandingkan dengan proses dan hasil penelitian.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penyaluran bantuan keuangan terhadap masyarakat iniskin sebagai pelaksanaan program keuangan mikro di dua KSM binaan Bina Swadaya memperlihatkan hasil yang berbeda. Indikator yang digunakan adalah tingkat pengembalian kredit, tingkat perkembangan usaha, peranan pengurus KSM dan pendamping lapangan. Dari indikator-indikator ini, pelaksanaan program keuangan mikro di KSM Kamal Bahari tidak berhasil disebabkan karena rendahnya tingkat pengembalian kredit hanya sebesar 20 %, rendahnya perkembangan usaha, lemahnya pembinaan yang dilakukan oleh pengurus KSM terhadap anggotanya dan rendahnya intensitas komunikasi dan pembinaan yang dilakukan oleh pendamping lapangan baik terhadap pengurus maupun anggota KSM. Hal ini berbeda dengan kenyataan yang ada di KSM Dahlia, dengan indikator yang sama memperlihatkan keberhasilan yang cukup tinggi. Seperti halnya tingkat pengembalian kredit mencapai rata-rata 90 %, perkembangan usaha meningkat, peranan pengurus KSM dan pendamping lapangan sangat aktif didalam membina anggota KSM. Namun hasil penelitian menunjukkan, bahwa antara KSM Kamal Bahari dan KSM Dahlia sama-sama memiliki faktor pendukung yang cukup kuat untuk keberhasilan program keuangan mikro, seperti adanya kemauan yang keras dari anggotanya untuk berusaha dan keluar dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, adanya program yang realistis dari Bina Swadaya, adanya keinginan untuk membentuk kelompok sebagai wadah pengembangan. Ketidakberhasilan yang dialami oleh KSM Kamal Bahari, disebabkan oleh beberapa faktor penghambat antara lain, faktor alam yang sangat mempengaruhi produktivitas mereka. Selain itu, lemahnya pengelolaan lembaga oleh pengurus dan pendamping lapangan didalam membina anggotanya.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka direkomendasikan dalam bentuk saran-saran antara lain; (i) perlu dibuat kebijakan atau skema khusus kepada usaha mikro yang rentan terhadap faktor-faktor alam dalam bentuk suku bunga pinjaman maupun tata-cara pengembalian pinjaman; (ii) perlu diadakan pelatihan awal terhadap pengurus KSM didalam melaksanakan fungsinya; (iii) perlu ditingkatkan kemampuan pendamping lapangan khususnya dalam hal pendampingan manajemen usaha; (iv) perlu dibuat studi lanjutan yang memetakan potensi dan permasalahan KSM, dan; (v) perlu dibuat kebijakan khusus tentang penempatan pendamping lapangan di KSM-KSM seperti misalnya kebijakan yang mengharuskan pendamping lapangan bermukim di lokasi binaannya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13875
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggraeni Asha Haryanto
"Entrepreneur dengan passion dianggap lebih sukses dibandingkan yang tidak memilikinya (Baum & Locke, 2004; Cardon, Zietsma, Saparito, Matherne, & Davis, 2005; Moses, 2001). Dengan adanya passion dapat memberikan individu rasa senang dan kesanggupan untuk melakukan sesuatu yang mereka sukai secara sepenuh hati. Dengan adanya entrepreneurial passion, entrepreneur dapat menghadapi kesulitan-kesulitan yang mereka temukan selama menjalani bisnis (Bird, 1969). Dengan entrepreneurial passion tersebut dapat mengantarkan mereka untuk bisa mempertahankan bisnisnya dalam jangka panjang. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh dari entrepreneurial passion terhadap entrepreneurial behavior. Entrepreneurial passion (EP) akan diukur melalui dimensi EP for inventing, EP for founding, dan EP for developing. Lalu, entrepreneurial behavior akan diukur menggunakan dimensi business planning, financing the new firm, dan interaction with the external environment. Total responden valid yang didapatkan berjumlah 107 responden dengan kriteria mahasiswa Universitas Indonesia berstatus aktif dan sedang memiliki bisnis saat data penelitian ini diambil. Hasil analisis terhadap data yang didapatkan dari responden tersebut menunjukkan bahwa entrepreneurial passion berpengaruh secara positif yang signifikan terhadap entrepreneurial behavior.

Entrepreneurs with passion are considered more successful than those without it (Baum & Locke, 2004; Cardon, Zietsma, Saparito, Matherne, & Davis, 2005; Moses, 2001). Having passion can give individuals a sense of joy and the ability to do something they like wholeheartedly. With entrepreneurial passion, entrepreneurs can face the difficulties they encounter while running a business (Bird, 1969). This entrepreneurial passion can lead them to be able to maintain their business in the long term. This research aims to analyze the influence of entrepreneurial passion on entrepreneurial behavior. Entrepreneurial passion (EP) will be measured through the dimensions EP for inventing, EP for founding, and EP for developing. Then, entrepreneurial behavior will be measured using the dimensions of business planning, financing the new firm, and interaction with the external environment. The total number of valid respondents obtained was 107 respondents with the criteria being that students at the University of Indonesia had active status and were owning a business when the data for this research was taken. The results of the analysis of the data obtained from these respondents show that entrepreneurial passion has a significant positive effect on entrepreneurial behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johan Candra Sasmita
"Ketika pemerintah membentuk Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 10 Tahun 1957, Pahandut yang dipilih sebagai ibu kota belum siap melaksanakan fungsinya tersebut karena belum dibangunnya sarana dan prasarana yang representatif. Sambil menunggu pembangunan di Pahandut, untuk sementara waktu, ibu kota berkedudukan di Banjarmasin. Pada 1959, kedudukan Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah dari Banjarmasin pindah ke Palangkaraya, yaitu nama baru Pahandut. Sesuai dengan kedudukannya sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah, maka pemerintah daerah segera melakukan pembenahan Palangkaraya, dimulai dari pemekaran wilayah administrasi, pembentukan kecamatan, dan penataan kampung-kampung. Sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957, Palangkaraya merupakan kotapraja administratif, yaitu kota yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan wilayah atau daerah tertentu. Oleh karena keinginan untuk mengatur rumah tangganya sendiri secara mandiri, pemerintah daerah Kotapraja Administratif Palangkaraya berusaha meningkatkan statusnya menjadi kotapraja otonom. Usaha ini terwujud pada 1965 dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 5 tahun 1965.

When the government of Republic of Indonesia established the Province of Central Borneo by Emergency Law No. 10 Year 1957, Pahandut chosen as the capital is not ready to perform its function as the construction of facilities and infrastructure has not representative. While waiting for construction in Pahandut, for a time, the capital located in Banjarmasin. In 1959, the seat of the local government of Central Borneo moved to Palangkaraya, the new name for Pahandut. In keeping with its position as the capital of Province of Central Borneo, the local government immediately make city reform of Palangkaraya, starting from the expansion of administrative region, the formation of the district, and the arrangement of the villages. As enumurated under Law No. 1 Year 1957, Palangkaraya is administrative municipality, i.e. the city who serves as the administrative center of the region. Because of the people aspiration to set up their own household independently, Administrative Municipality of Palangkaraya try to improve the status to a autonomous municipality. This effort was realized in 1965 under Law No. 5 Year 1965.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S55319
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library