"Latar Belakang: Periodontitis merupakan penyakit inflamasi yang ditandai dengan kerusakan jaringan pendukung gigi, terutama ligamentum periodontal dan tulang alveolar, dapat berujung pada kehilangan gigi apabila tidak mendapat penanganan yang memadai. Prevalensi penyakit ini meningkat seiring bertambahnya usia, dan menjadi penyebab utama kehilangan gigi pada orang dewasa. Diagnosis periodontitis dilakukan melalui pemeriksaan klinis (kedalaman poket, indeks perdarahan, dan perlekatan klinis) serta pemeriksaan radiografis yang mengamati kerusakan tulang alveolar. Pendekatan kuantitatif seperti analisis fraktal dimensi (FD) telah dikembangkan dan digunakan untuk menilai kompleksitas struktur trabekular tulang secara objektif.
Latar Belakang: Periodontitis merupakan penyakit inflamasi yang ditandai dengan kerusakan jaringan pendukung gigi, terutama ligamentum periodontal dan tulang alveolar, dapat berujung pada kehilangan gigi apabila tidak mendapat penanganan yang memadai. Prevalensi penyakit ini meningkat seiring bertambahnya usia, dan menjadi penyebab utama kehilangan gigi pada orang dewasa. Diagnosis periodontitis dilakukan melalui pemeriksaan klinis (kedalaman poket, indeks perdarahan, dan perlekatan klinis) serta pemeriksaan radiografis yang mengamati kerusakan tulang alveolar. Pendekatan kuantitatif seperti analisis fraktal dimensi (FD) telah dikembangkan dan digunakan untuk menilai kompleksitas struktur trabekular tulang secara objektif. Tujuan: Membandingkan nilai FD antara kelompok periodontitis dengan periodotal sehat, serta hubungan antara nilai FD dengan parameter klinis periodontal (skor plak, indeks kalkulus (CI), perdarahan gingiva (BOP), probing depth , resesi gingiva, kehilangan perlekatan klinis (CAL)) dan faktor usia dan jenis kelamin. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan studi deskriptif potong lintang yang dilakukan di RSKGM FKG Universitas Indonesia pada Februari 2025 – Juni 2025. Sampel diambil secara purposive dari data rekam medis dan radiograf digital periapikal pasien periodontal sehat, periodontitis stage 1-4, berusia ≥30 tahun. Total 76 subjek dianalisis berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Data klinis (CI, skor plak, BOP, PD, resesi, CAL) dan nilai FD dari ROI berukuran 32x32 pixel di mesial dan distal gigi molar pertama rahang bawah diolah menggunakan software ImageJ. Analisis statistik dilakukan meliputi uji normalitas, uji komparatif (Student t-test, Mann-Whitney, Kruskal-Wallis), uji korelasi (Spearman-rho), serta uji reliabilitas (ICC), dengan tingkat signifikansi p<0,05. Hasil: Pada uji komparatif tidak ditemukan perbedaan bermakna secara statistik antara nilai FD pada kelompok periodontal sehat dan kelompok periodontitis Stage 1–4 (p = 0,573), usia (p = 0,389), maupun jenis kelamin (p = 0,941), meskipun secara deskriptif terdapat kecenderungan nilai FD menurun seiring bertambahnya usia dan keparahan periodontitis; hal serupa juga ditemukan pada uji terhadap parameter klinis periodontal seperti skor plak, CI, BOP, PD, resesi, dan CAL yang seluruhnya menunjukkan p > 0,05, namun dengan kecenderungan penurunan nilai FD pada kategori klinis yang lebih berat. Uji Korelasi juga menunjukan tidak ada hubunan bermakna, meskipun secara tren terdapat kecenderungan penurunan nilai FD seiring keparahan kondisi periodontal. Kesimpulan: Meskipun tidak menunjukkan perbedaan bermakna secara statistik, namun mengindikasikan tren penurunan nilai FD seiring peningkatan keparahan penyakit, sehingga diperlukan penelitian lanjutan untuk mengatasi keterbatasan dan mengembangkan analisis FD sebagai alat evaluasi kualitas tulang rahang secara kuantitatif dalam perawatan periodontitis.
Background: Chronic periodontitis is a progressive inflammatory disease characterized by the destruction of the tooth-supporting structures, primarily the periodontal ligament and alveolar bone. If left untreated, it can lead to tooth loss. Its prevalence increases with age and is a major cause of tooth loss among adults. Clinical diagnosis of periodontitis typically involves assessments such as probing depth, bleeding on probing (BOP), and clinical attachment loss (CAL), as well as radiographic evaluation of alveolar bone loss. However, conventional radiographs may only reveal bone changes after a 30–50% loss of mineral content, and visual interpretation remains subjective. To enhance diagnostic accuracy, quantitative approaches such as fractal dimension (FD) analysis have been introduced. FD offers an objective measurement of trabecular bone complexity and has been proposed as a useful adjunct in periodontal evaluation. Objective: To compare FD values between patients with periodontitis and those with healthy periodontium, and to examine their relationship with clinical parameters (plaque score, calculus index [CI], BOP, probing depth, gingival recession, and CAL), as well as age and gender. Methods:This cross-sectional descriptive study was conducted at RSKGM, Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia, from February to June 2025. A purposive sample of 76 subjects aged ≥30 years was selected from digital medical records and periapical radiographs, including healthy periodontium and periodontitis stages 1 to 4. Clinical data were extracted and FD values were calculated from 32×32 pixel regions of interest (ROI) on the mesial and distal areas of mandibular first molars using ImageJ software. Statistical analyses included normality tests, comparative tests (Student’s t-test, Mann–Whitney, Kruskal–Wallis), correlation (Spearman rho), and reliability (ICC), with a significance level set at p < 0.05. Results: Statistical tests revealed no significant differences in FD values between healthy and periodontitis groups (p = 0.573), nor across age (p = 0.389) or gender (p = 0.941). Nonetheless, descriptive trends showed a gradual decrease in FD values with advancing age and more severe periodontitis. Similar trends were observed with worsening clinical parameters, although all p-values exceeded 0.05. Correlation analysis also indicated no statistically significant relationships between FD and clinical variables, though downward trends in FD remained visible with increased periodontal deterioration. Conclusion: While statistical differences were not significant, the observed trends suggest a decrease in FD values as periodontal disease severity increases. Further research is needed to overcome current limitations and to validate the role of FD analysis as a reliable, non-invasive tool for assessing jawbone quality in periodontitis treatment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025