Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nainggolan, Dorlina
"Ruang lingkup dan metode penelitian : Pesatnya perubahan gaya hidup di abad ini, terutama di negara berkembang, sangat berperan pada timbulnya penyakit degeneratif yang berhubungan dengan kerusakan sel akibat ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan endogen. Akhir-akhir ini banyak penelitian yang ditujukan untuk melihat aktivitas antioksidan yang bersumber dari bahan alam sebagai hepatoprotektor, seperti, Ginkgo biloba, Bauhinia rasemosa, Glycyrrhiza glabra dan Morine. Salah satu diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Puslit Kimia, LIPI, bahwa residu ekstrak Aspergillus terreus mempunyai aktivitas antioksidan (DPPH Scavenging effect) in vitro, dengan iCso sebesar 44 ppm. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah residu ekstrak Aspergillus terreus tersebut juga mempunyai aktivitas antioksidan in vivo seperti halnya in vitro. Untuk menilai aktivitas antioksidan in vivo tersebut, dilakukan pengukuran kadar MDA plasma dan jaringan hati, GPT plasma serta pemeriksaan histopatologis jaringan hati.
Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus putih galur Wistar, yang dibagi secara acak menjadi 4 .kelompok, masing-masing terdiri dari 6 ekor. Kelompok 1 (kontrol), diberikan akuades 600 µUl00 g berat badan, kelompok 2, 3, dan 4, masing-masing diberikan Tween-80, residu ekstrak Aspergillus terreus 100 mgi kg berat badan dan 300 mg/kg berat badan, selama 3 hari berturut-turut. Karbon tetraklorida 2 mL (3,2 mg) / kg berat badan diberikan pada hari ke 3, kecuali pada kelompok I. Seluruh hewan coba diterminasi dengan cara dekapitasi pada hari ke 4, yaitu 24 jam setelah pemerian CCIL4, sebelum diterminasi tikus dipuasakan selama 17 jam. Darah diambil untuk pengukuran kadar GPT, MDA plasma. Hati diambil untuk pengukuran kadar MDA dan pemeriksaan histopatologis. Data rerata (SB) kadar GPT dan MDA dianalisis dengan uji Anova satu arah dan dilanjutkan dengan multiple comparison metode Bonferroni dengan menggunakan komputer. Data histopatologis diuji dengan Kruskal-Wallis secara manual dan dilanjutkan dengan perbandingan prosedur Dunn. Hasil : Hasil uji statistik kadar MDA dan GPT plasma pada kelompok kontrol dan E-300 berbeda bermakna (p<0,05) dibandingkan dengan kelompok CC14 dan E-100.
Hasil uji statistik untuk menilai tingkat kerusakan hati secara histopatologis, kelompok kontrol dan E-300 lebih rendah secara bermakna (p<0,001) dibandingkan dengan CC14 dan E-100. Hasil uji statistik kadar MDA jaringan hati tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05). Bahkan kelihatannya kadar MDA jaringan hati pada kelompok kontrol dan E-300 lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok CCL4 dan E-100. Hai ini tidak sesuai dengan laporan penelitian yang sudah ada. Kesimpulan : Residu ekstrak Aspergillus ferreus 300 mg/kgBB sekali sehari, selama 3 hari menunjukkan aktivitas antioksidan in vivo secara bermakna (p<0,05) dibandingkan dengan kelompok CCI4. Kadar MDA pada jaringan hati pada kelompok kontrol dan E-300 lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok CCL4 dan tidak sesuai dengan laporan penelitian lain, yang mengemukakan kadar MDA jaringan hati kelompok CCL4 lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang diproteksi oleh antioksidan."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Antioxidant and free radical scavenging test of rambutan (Nephelium lappaceum L.) var Binjai rind extract was carried out by thin layer chromatography using 0,2% DPPH (1,1 -diphenyl-2-picrylhidrazyl) and 0,05% B-carotene solution
."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Peni K. Samsuria Muthalib
"This is a study on carotenoid extracted from ?Minyak Buah Merah? (Pandanus conoideus) in therapy simulation using high dose of β-carotene on two lymphocytes?that of a healthy subject and a leukemia patient. Superoxide production in mithocondrial lymphocyte as a result of β-carotene exposure was examined using a flow cytometer. The test finds that superoxide (a specific mitochondrial free radical) increases easier and faster in leukemic lymphocytes than in normal lymphocytes. The results of the study support previous meta-analysis studies that high dosages of β-carotene and vitamin E supplements as antioxidant should be discouraged because it increases all-cause mortality."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridho Hardhani
"Kurkumin merupakan senyawa metabolit sekunder golongan flavonoid yang dapat ditemukan secara alami pada bagian rizoma tanaman kunyit (Curcuma longa). Triazol merupakan senyawa heterosiklik yang mengandung atom nitrogen dan banyak dimanfaatkan dalam senyawa obat. Kedua senyawa tersebut telah menunjukkan aktivitas farmakologis dan biologis yang baik sehingga pada penelitian ini dilakukan sintesis tiga senyawa analog kurkumin monokarbonil yang memiliki cincin heterosiklik triazol menggunakan zingeron, dehidrozingeron, dan dehidrozingeron demetoksi sebagai senyawa prekursor. Senyawa hasil sintesis dimurnikan dengan kromatografi kolom dan telah dibuktikan pembentukannya melalui identifikasi kromatografi lapis tipis. Struktur senyawa hasil sintesis berhasil dikonfirmasi menggunakan karakterisasi FTIR, NMR, dan LC-MS. Hasil sintesis senyawa produk akhir triazol zingeron menghasilkan rendemen sebesar 92%, senyawa triazol dehidrozingeron menghasilkan rendemen sebesar 85%, dan senyawa triazol dehidrozingeron demetoksi menghasilkan rendemen sebesar 98%. Aktivitas penangkapan radikal bebas senyawa hasil sintesis ditinjau menggunakan metode DPPH. Diperoleh nilai persen inhibisi radikal senyawa triazol zingeron sebesar 24,97%, senyawa triazol dehidrozingeron sebesar 32,04%, dan senyawa triazol dehidrozingeron demetoksi sebesar 23,67%.

Curcumin is a secondary metabolite compound of the flavonoid class which can be found naturally in the rhizome of turmeric plant (Curcuma longa). Triazoles are heterocyclic compounds containing three nitrogen atoms and has been widely used in medicinal drugs. Both compounds have shown decent pharmacological and biological activity. Thus, during this part of my B.Sc. project, three monocarbonyl curcumin analogs bearing triazole heterocycles have been designed and synthesized from three different precursors: zingerone, dehydrozingerone, and dehydrozingerone demethoxy. The synthesized compounds were purified by silica-gel column chromatography and proven by identification with thin layer chromatography. The structure of the synthesized compounds was confirmed by FTIR, NMR, and LC-MS characterization. The yield of obtained products were 92%, 85%, and 98% for triazole zingerone, triazole dehydrozingerone, and dehydrozignerone demethoxy, respectively. Free radical scavenging activity of the resulting compounds was evaluated using DPPH assay. The radical inhibition percentage value of triazole zingerone was obtained by 24.97%, triazole dehydrozingerone was 32.04%, and triazole dehydrozingerone demethoxy obtained 23.67%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulhasri
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian :
Talasemia adalah penyakit kelainan darah herediter yang disebabkan oleh gangguan sintesis rantai globin-β. Penyakit ini diturunkan secara otosom resesif dan dicirikan antara lain oleh adanya anemia hemolitik akibat destruksi dini sel darah merah pada sumsum tulang dan pada peredaran darah perifer. Penyakit talasemia-βsampai saat ini masih menjadi masalah medik dan sosial. Hal ini disebabkan belum ditemukannya pengobatan yang efektif dan masih diperlukannya transfusi darah yang berkelanjutan.
Dari penelitian terdahulu telah diketahui bahwa pada talasemia-β terjadi gangguan susunan dan fungsi membran yang disebabkan oleh adanya radikal bebas dalam jumlah yang lebih besar dari pada biasanya. Asetilkolinesterase (AchE) diketahui merupakan petanda untuk integritas membran. Mengingat bahwa pada membran SDM Talasemia-β terjadi perubahan susunan dan fungsi membran maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui sejauhmana perubahan tersebut mempengaruhi aktivitas AchE.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan aktivitas AchE pada SDM Talasemia-β dan SDM Normal serta untuk melihat kemampuan vitamin E dalam menahan beban oksidatif yang disebabkan oleh penambahan t-BHP pada SDM Normal dan Talasemia-β. Penentuan aktivitas dilakukan pada suspensi SDM 10 % dari 20 sampel SDM Normal dan 20 sampel SDM Talasemia-β yang diberi beban oksidatif dengan atau tanpa pemberian antioksidan. Khusus pada SDM Talasemia-β dilakukan pengukuran aktivitas AchE setelah pemberian antioksidan. Aktivitas enzim ditentukan dengan metode Beutler, yaitu dengan mengukur warna yang terbentuk antara substrat asetiltiokolin dengan asam 5-5 ditiobisnitrobenzoat (DTNB) secara spektrofotometri. Sebelum pengukuran aktivitas AchE dilakukan pengukuran kadar Hb, kadar protein dan jumlah eritrosit.
Hasil dan kesimpulan :
Kadar Hb SDM Talasemia- β(2,23 ±0,38 g/dL) lebih rendah dibandingkan SDM Normal (2,84 ± 0,31 g/dL). Kadar protein SDM Talasemia-β (5,41 ± 1,12 g/dL) lebih rendah (p <0,05) dibandingkan SDM Normal (6,92 ± 0,71 g 1 dL). Jumlah eritrosit Talasemia-β (1,003 ±0,045/mLx106) tidak terlalu berbeda (P> 0,05) daripada SDM Normal (1,004±0,1261mLx106). SDM Normal yang diberi beban oksidatif (SDMN2) mempunyai nilai aktivitas AchE/g Hb, aktivitas spesifik AchE dan aktivitas AchE/jumlah eritrosit yang lebih rendah dibandingkan SDM Normal yang hanya diberi KRP (SDMN1). Pemberian t-BHP pada SDM Normal menurunkan aktivitas AchE, baik yang dinyatakan per g Hb, per g protein maupun per jumlah eritrosit. Pemberian vitamin E pada SDM Talasemia-β dapat memperbaiki aktivitas AchE yang dinyatakan per g Hb, per g protein maupun per jumlah eritrosit. Pemberian vitamin E pada SDM Talasemia-β yang diberi beban oksidatif dapat mengurangi penurunan aktivitas AchE per g Hb, per g protein maupun per jumlah eritrosit."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002
T10344
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Indriati
"Marga Litsea secara global telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati beberapa penyakit. Studi farmakologis juga telah mengkonfirmasi bahwa ekstrak dari marga Litsea memiliki aktivitas antioksidan, anti inflamasi, hepatoprotektif, dan antidiabetes. Salah satu jenis dari marga Litsea yang berada di Indonesia adalah Litsea oppositifolia Gibbs. Informasi mengenai jenis ini masih terbatas sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan aktivitas antioksidan pada fraksi teraktif dari ekstrak etanol kulit batang Litsea oppositifolia Gibbs dan mengidentifikasi golongan metabolit sekunder yang terkandung dalam fraksi teraktif. Ekstrak etanol diperoleh melalui maserasi bertingkat dengan tiga jenis pelarut, n-heksana, etil asetat, dan etanol 70%. Ekstrak etanol difraksinasi dengan metode kromatografi kolom.Fraksi yang dihasilkan digabungkan berdasarkan kemiripan profil kromatografi lapis tipis. Pengujian aktivitas antioksidan pada fraksi dilakukan dengan metode peredaman radikal DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) secara spektrofotometri dengan microplate reader. Golongan metabolit sekunder meliputi fenol, alkaloid, flavonoid, dan terpenoid diidentifikasi pada fraksi teraktif menggunakan pereaksi semprot kromatografi lapis tipis. Fraksinasi menghasilkan 11 fraksi gabungan yang memiliki aktivitas antioksidan. Pengujian aktivitas antioksidan menunjukkan fraksi teraktif dengan aktivitas antioksidan paling baik adalah fraksi B, yang memiliki nilai IC50 5,8536 µg/mL. Hasil pengujian menunjukkan fraksi ini mengandung golongan metabolit sekunder fenol, alkaloid, flavonoid, dan terpenoid.

The Litsea genus has been used globally in traditional medicine to treat several diseases. Pharmacological studies have also confirmed that the extract from the Litsea genus has antioxidant, anti-inflammatory, hepatoprotective, and antidiabetic activity. One of the species from the Litsea genus in Indonesia is Litsea oppositifolia Gibbs. Information about this species is still limited, so necessary to conduct further research. This research was conducted to determine the antioxidant activity in the most active fraction from ethanolic extract Litsea oppositifolia Gibbs stem bark and identified the group of secondary metabolites in the most active fractions. The ethanol extract obtained through exhaustive maceration with three types of solvents, n-hexane, ethyl acetate, and 70% ethanol. The ethanol extract fractionated by column chromatography method. The resulting fractions will be combined based on the similarity of thin-layer chromatography profiles. The testing of antioxidant activity in the fractions was carried out by DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) radical scavenging method using a microplate reader. Secondary metabolites include phenols, alkaloids, flavonoids, and terpenoids are identified in the most active fractions using spray reagents for thin-layer chromatography. Fractionation produces 11 combined fractions that have antioxidant activity. The antioxidant activity test showed that the most active fraction with the best antioxidant activity was fraction B, which has an IC50 value 5,8536 µg / mL. The assay results showed that this fraction contained phenol, alkaloid, flavonoid, and terpenoid secondary metabolites."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Alvi Aisyah
"ABSTRAK
Stres oksidatif adalah suatu kondisi yang terjadi ketika jumlah radikal bebas di dalam tubuh lebih tinggi dari antioksidan. Antioksidan diperlukan untuk mencegah dan mengatasi stres oksidatif. Flavonoid dan fenol adalah senyawa yang berasal dari tanaman yang telah diketahui mempunyai aktivitas antioksidan yang terdapat pada tanaman Litsea glutinosa (Lour.) C. B. Rob. Tanaman ini merupakan salah satu spesies dari keluarga Lauraceae yang tersebar luas di Indonesia. Informasi mengenai aktivitas antioksidan tanaman ini diketahui masih terbatas pada ekstraknya saja. Pada penelitian terdahulu telah diketahui bahwa ekstrak etanol kulit batang Litsea glutinosa memiliki aktivitas antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas antioksidan dari fraksi ekstrak etanol kulit batang Litsea glutinosa serta identifikasi golongan senyawa metabolit sekundernya. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi bertingkat menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol 70%. Ekstrak etanol dilakukan fraksinasi dengan metode kromatografi kolom. Penelitian ini menggunakan metode penangkapan radikal DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) dengan microplate reader untuk menentukan aktivitas antioksidan pada fraksi. Fraksi teraktif diidentifikasi kandungan metabolit sekundernya dengan metode uji penyemprotan pada KLT. Hasil uji aktivitas antioksidan peredaman radikal DPPH menunjukkan bahwa fraksi B merupakan fraksi teraktif dengan nilai IC50 sebesar 14,6739 μg/mL. Dari hasil metode uji semprot pada KLT, fraksi ini mengandung beberapa golongan senyawa yaitu alkaloid, flavonoid, fenol dan terpenoid.

ABSTRACT
Oxidative stress is a condition that occurs when the amount of free radicals in the body is higher than antioxidants. Antioxidants are needed to prevent and cure oxidative stress. Flavonoids and phenols are compounds derived from plants known to have antioxidant activity found in the Litsea glutinosa (Lour.) C. B. Rob plant. This plant is one of the species in the Lauraceae family, which widely distributed in Indonesia. Information about the antioxidant activity of this plant is known to be limited to its extracts. In previous studies, it is known that the ethanolic extract of Litsea glutinosa bark has antioxidant activity. This study aims to determine the antioxidant activity of the ethanol extract fraction of Litsea glutinosa bark and the identification of secondary metabolites. Extraction was carried out by an exhaustive maceration method using n-hexane, ethyl acetate, and 70% ethanol. Ethanol extract was fractionated using column chromatography methods. This study used the radical DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) scavenging method with a microplate reader to determine the fractions antioxidant activity. The fraction with the highest antioxidant activity identified its secondary metabolite content by the spray test method on TLC. The DPPH radical antioxidant activity test results showed that fraction B was the most active fraction with an IC50 value of 14.6739 μg/mL. From the spray test method result, this fraction contains several groups of compounds that are alkaloids, flavonoids, phenols, and terpenoids.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Indah Lia
"Radikal bebas adalah atom, gugus atom atau molekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas bersifat sangat reaktif dan dapat menjadi reaksi yang tidak terkontrol, namun reaktivitas radikal bebas dapat diatasi dengan senyawa antioksidan. Antioksidan adalah senyawa yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron sehingga reaktivitas dari radikal bebas dapat diredam. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak n-heksan, etil asetat, dan metanol daun Antidesma neurocarpum Miq. serta mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung dari fraksi teraktif. Daun Antidesma neurocarpum Miq. diekstraksi dengan metode maserasi bertingkat dengan pelarut n-heksan, etil asetat, dan metanol. Ekstrak paling aktif dari fraksi hasil kolom diuji aktivitas antioksidannya menggunakan metode DPPH.
Dari uji yang dilakukan diperoleh hasil bahwa semua ekstrak memiliki aktivitas antioksidan yang dapat ditunjukkan dengan nilai IC50. Nilai IC50 dari ekstrak teraktif metanol, etil asetat, dan n-heksan secara berturut-turut adalah 2,18 ppm; 2,27 ppm; dan 41,15 ppm. Golongan senyawa yang terkandung di dalam ekstrak metanol adalah terpen, flavonoid, saponin, glikosida dan tanin. Hasil fraksinasi kolom dipercepat dari ekstrak metanol dihasilkan 6 fraksi gabungan dan diperoleh fraksi teraktif yaitu fraksi E dengan nilai IC50 2,03 ppm dengan kandungan kimia adalah terpen, flavonoid, tanin, glikosida dan saponin.

Free radicals are atoms, a cluster of atoms or molecule which have one or more electrons which is not paired. Free radicals are very reactive and could be an uncontrolled reaction, but it could be solved by antioxidant. Antioxidant is a compound that can donate one or more electrons to free radicals so that its reactivity could be muted. The aim of this research was to know the antioxidant activity of n-hexan, ethyl acetate and methanol Antidesma neurocarpum Miq. leaves extracts and to know the chemical compounds of the most active fraction. Antidesma neurocarpum Miq. leaves were macerated by n-hexan, ethyl acetate, and methanol. The most active of the extract and column fraction were tested its antioxidant activity by DPPH method.
The results showed that all of the extracts had antioxidant activity, which looked from their % inhibition and IC50. IC50 of methanol, ethyl acetate, and n-hexan extract were 2.18 ppm, 2.27 ppm and 41.15 ppm, respectively. Methanol extract contained terpene, flavonoids, saponin, glycoside and tanine. Six fractions were obtained from the accelerated fractionation of methanol extract and the most active fraction was fraction E with IC50 was 2.03 ppm and it contained terpene, flavonoids, tanin, glicoside and saponin.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42965
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Baikuni
"Penggunaan lisat mikroba untuk perawatan kulit telah tumbuh secara substansial di pasaran. Lisat merupakan sel yang membran luarnya telah rusak karena bahan kimia atau proses fisik yang dikategorikan sebagai postbiotik. Posbiotik adalah produk inaktif atau metabolit dari mikroorganisme yang memiliki aktivitas biologis. Eksplorasi mikroba komensal kulit dalam pengembangan bahan aktif perawatan kulit telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, empat galur bakteri dari sampel kulit suku Jawa, Staphylococcus hominis MBF12–19J, Staphylococcus warneri MBF02–19J, Bacillus subtilis MBF10–19J, Micrococcus luteus MBF05–19J. Penggabungan ke-empat galur bakteri dalam bentuk koktail telah dilakukan pada penelitian ini dengan tujuan untuk mendapatkan metode perolehan rendemen (Yield) lisat koktail bakteri yang optimum dengan mengoptimalkan pertumbuhan masing-masing bakteri dalam media produksi dilanjutkan dengan proses koktail skala Batch fermentation menggunakan biofermentor 2L. Perolehan lisat optimum berupa debris sel dan fraksi lisat diproses melalui enkapsulasi dengan inulin dan maltodekstrin metode spray drying kemudian diuji aktivitas penangkalan radikal bebas dan analisis metabolomik untuk mengetahui profil metabolitnya. Hasil menunjukkan waktu inkubasi pertumbuhan optimum kultur bakteri individu skala biofermentor 2L untuk Micrococcus luteus MBF05-19J, Bacillus subtilis MBF10-19J, Staphylococcus warneri MBF02-19J, Staphylococcus hominis MBF12-19 adalah 21, 17, 7, dan 15 jam. Waktu inkubasi fermentasi 3 jam pada suhu 37 ℃, agitasi 50 RPM, aerasi 5% oksigen terlarut. Rendemen lisat koktail kering semprot sebesar 16,5325% dengan karakteristik serbuk putih, halus, homogen, higroskopis, beraroma khas lisat. Kandungan lembab 8,93%, ukuran partikel 1150-1470 nm, aktivitas antiradikal bebas (IC50) 755,258 μg/mL. Profil metabolit lisat koktail dan serbuk lisat kering semprot menunjukkan kandungan metabolit yang masih sama.

The use of microbial lysates for skincare has substantially grown in the market. Lysates are cells with damaged outer membrane due to chemical or physical processes and categorized as postbiotics. Postbiotics are inactive product or metabolites of microorganisms with biological activities. Exploration of skin commensal microbes in the development of skincare active ingredients was carried out by previous study, four bacterial strains from Javanese skin samples, Staphylococcus hominis MBF12–19J, Staphylococcus warneri MBF02–19J, Bacillus subtilis MBF10–19J, Micrococcus luteus MBF05–19J. The combination of bacterial strains in cocktail form was completed in this study to obtain the optimum bacterial cocktail lysate yield method by optimizing each bacterium’s growth in production medium followed by Batch fermentation cocktail process using 2L biofermentor. Optimum lysate recovery of cell debris and lysate fraction was processed through encapsulation with inulin and maltodextrin by spray drying method, followed by radical scavenging assay and metabolomic analysis to determine the metabolite profile. The result showed the optimum growth culture incubation time of 2L biofermentor scale for Micrococcus luteus MBF05-19J, Bacillus subtilis MBF10-19J, Staphylococcus warneri MBF02-19J, Staphylococcus hominis MBF12-19 were 21, 17, 7, 15 hours respectively. Fermentation incubation time was 3 hours at 37 ℃, agitation 50 RPM, aeration 5% dissolved oxygen. The yield of spray dried cocktail lysate was 16,5325% with the characteristic of white, smooth, homogenous, hygroscopic, distinctive lysate aroma. Moisture content was 8,93%, particle size 1150-1470 nm, radical scavenging activity (IC50) 755,258 μg/mL. Metabolite profile of cocktail lysate and spray dried cocktail lysate remained the same."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina
"Pada penelitian ini dilakukan sintesis polimer suspensi poli[stirena-ko-(butil akrilat)] melalui polimerisasi radikal bebas untuk mempelajari pengaruh komposisi monomer stirena dan butil akrilat terhadap temperatur transisi gelas (Tg) kopolimer, serta mempelajari pengaruh konsentrasi inisiator benzoil peroksida terhadap solid content, viskositas dan ukuran partikel kopolimer. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa, komposisi monomer mempengaruhi nilai Tg kopolimer, dengan semakin banyak komposisi monomer stirena yang digunakan, semakin tinggi nilai Tg kopolimer yang dihasilkan. Komposisi monomer optimum diperoleh pada saat perbandingan komposisi antara stirena dengan butil akrilat 55:45, dengan Tg yang dihasilkan sebesar 38,18ºC. Konsentrasi inisiator mempengaruhi nilai solid content dan viskositas, akan tetapi tidak mempengaruhi ukuran partikel kopolimer. Konsentrasi inisiator optimum diperoleh pada saat konsentrasi inisiator 1% dari berat monomer total, dengan nilai solid content yang dihasilkan sebesar 39,34% dan viskositas kopolimer sebesar 781,25 centiPoise. Karakterisasi menggunakan FTIR, GPC dan DSC menunjukkan bahwa polimer suspensi poli[stirena-ko-(butil akrilat)] telah berhasil disintesis.

In this research, suspension polymers of poly[styrene-co-(butyl acrylate)] synthesis was done by using free radical polymerization method to study not only the effects of various monomer composition of styrene and butyl acrylate on the glass transition temperature (Tg), but also to study the effects of various initiator concentration of benzoyl peroxide on the solid content, viscosity and particle size of copolymer. The result showed that monomer composition affected the Tg of copolymers. The more amount of styrene used, the higher value of Tg copolymers produced. Optimum monomer composition was obtained when the composition ratio between styrene and butyl acrylate 55:45, with the value of Tg of 38,18ºC. Initiator concentration affected the value of solid content and viscosity, but didn?t affect the particle size of copolymer. Optimum initiator concentration was obtained when the initiator concentration 1% from the total weight of monomers, with the value of solid content of 39,34% and the viscosity of 781,25 centiPoise. The FTIR, GPC and DSC result showed that suspension polymers of poly[styrene-co-(butyl acrylate)] has been successfully synthesized.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S55632
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library