Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budi Sutrisno
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk mengkaji penerapan modul termoelektrik sebagai komponen unit sistem pendingin pada sebuah kotak pendingin yang digunakan sebagai penyimpan vaksin dengan kapasitas ruang dingin 6 liter (8,32 liter efektif) dan kapasitas ruang dingin 10 liter (15,2 liter efektif) dengan ketebalan pengisolasian ruang dingin sebesar 6 cm baik dengan air sebagai beban pendinginan maupun tanpa beban pendinginan.

Dalam Tesis ini diberikan analisis tentang temperatur terendah pada ruang dingin (chamber) yang bisa dicapai, total daya listrik yang dibutuhkan untuk mencapai temperatur tersebut oleh masing-masing tipe modul termoelektrik baik untuk kapasitas ruang dingin 6 liter maupun 10 liter tanpa menggunakan beban pendinginan dan harga Coefficient of Performance-nya (COP). Demikian juga karakteristik dari dua kotak pendingin tersebut yang meliputi waktu pendinginan (cool down time) untuk mencapai temperatur ruang yang disyaratkan sebagai penyimpanan vaksin, total daya listrik yang dibutuhkan dari waktu untuk mempertahankan temperatur ruang dingin (hold over time) dalam kondisi temperatur ruang dalam batas-batas yang disyaratkan untuk penyimpanan vaksin dengan menggunakan beban pendinginan sebanyak 3 liter air untuk kotak pendingin kapasitas 6 liter dan 4 liter air untuk kapasitas kotak pendingin 10 liter.

Dari hasil pengujian 4 tipe modul termoelektrik pada kedua kotak pendingin tanpa menggunakan beban pendinginan menunjukkan bahwa tipe 2 SC 055 045 127 63, tipe CP 1.412710L dan CP 1.4 127 045L dapat digunakan sebagai komponen unit pendingin pada kotak pendingin sebagai penyimpan vaksin, karena ketiganya dapat mencapai temperatur chamber di bawah 8 °C yaitu temperatur persyaratan penyimpanan vaksin yang berkisar antara 2 - 8 °C Dengan total daya listrik untuk mencapai temperatur 6 °C pada kotak pendingin kapasitas 6 liter secara berurutan yaitu 80, 85 dan 120 Watt jam, Harga COP-nya 0,313; 0,394 dan 0,473, sedangkan untuk kotak pendingin kapasitas 10 liter secara berurutan adalah 128, 162 dan 228 Watt jam dengan harga COP 0,406; 0,472 dan 0,581 Kotak pendingin kapasitas 6 liter mempunyai cool down time 9 jam dart temperatur 22 --- 4 °C dengan total daya listrik 422,92 Watt jam, Hold over time 4,75 jam dart temperatur 3,5 -10°C dengan COP 0, 55. Sedangkan kapasitas 10 liter cool down time 18,5 jam, daya listrik 800 Watt jam dan hold over time 4,25 jam, COP 0, 53.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurfadilah
Abstrak :
Tanaman lidah buaya (Aloe barbadensis Mill, atau Aloe vera Linn), sudah sangat akrab dengan masyarakat kita, karena tanaman ini sering dijumpai di haiaman rumah kita. Tanaman ini dibagi menjadi dua bagian dasar yaitu bagian gel dan latex. Gel lidah buaya merupakan bagian dalam daun lidah buaya yaitu daging daun yang berbentuk seperti jelly dan berwarna bening. Latex aloe vera umumnya disebut sebagai "juice Aloe", merupakan getah yang keluar dari sel perisiklik tepat di bawah kulit luar Aloe vera. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan diketahui bahwa salah satu zat aktif yang terkandung dalam tanaman ini, yaitu aloin yang bermanfaat bagi kesehatan, terutama untuk mengobati sakit lambung atau maag, mengatasi konstipasi dan berguna untuk mempercepat reaksi oksidasi etanol dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi aloin dan menganalisis kandungannya dalam getah tanaman Aloe vera yang di dasarkan atas analisis kualitatif dan kuantltatif, seperti ujl KLT, FT-IR, dan HPLC. Anaiisis ini dilakukan terhadap dua sampel hasil isolasi dengan dua metode yang berbeda. Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa di dalam tanaman lidah buaya terdapat senyawa aloin, dan diketahui bahwa kadar aloin pada getah dengan menggunakan metode pertama (freeze-drying) sebesar ^,87%. Sedangkan kadar aloin pada getah dengan metode kedua (ekstraksi dengan etil asetat) lebih kecil yaitu 0,49%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadina Sabila Amany
Abstrak :
ABSTRAK
Fortifikasi pangan dianggap merupakan upaya yang paling sesuai untuk mengurangi penderita anemia akibat kekurangan zat besi atau Anemia Defisiensi Besi ADB. Namun, fortifikasi besi secara langsung dapat menurunkan kualitas organoleptis dan memperpendek masa simpan karena besi mudah mengalami oksidasi pada kondisi pH tertentu. Metode mikroenkapsulasi dipandang sebagai metode yang tepat untuk melindungi besi pada kondisi fluida tubuh, seperti lambung dan usus halus. Untuk mendapatkan mikropartikel yang efektif dalam mengkapsulasi besi II, modifikasi pada jumlah polimer diperlukan. Metode enkapsulasi yang digunakan adalah gelasi ionik yaitu menyalut 0,1g besi fumarat dengan polimer kitosan-alginat yang divariasikan berdasarkan rasio kitosan:alginat 0,5:0,5; 0,75:0,5; 1:0,5; serta 1,25:0,5g. Hasil penelitian menunjukkan efisiensi enkapsulasi terbesar terdapat pada mikropartikel dengan kitosan 1,25g yaitu 62,66 dan loading capacity terbesar pada mikropartikel dengan kitosan 1g yaitu 1.92. Berdasarkan hasil uji karakteristik mikropartikel dengan analisis SEM dan FTIR, dapat diketahui bahwa besi fumarat berhasil terjerap dalam mikropartikel kitosan-alginat. Seluruh mikropartikel menghasilkan pola pelepasan cepat dengan pelepasan kumulatif terendah pada jumlah kitosan 0,5g yaitu 58 dan tertinggi pada kitosan 2,5g yaitu 94. Hasil uji pelepasan dari mikropartikel kitosan-besi fumarat tersalut alginat menunjukan potensi formulasi untuk digunakan dalam fortifikasi pangan yang memilki target pelepasan sistem pencernaan.
ABSTRACT
Food fortification is considered to be the most suitable way to reduce iron deficiency anemia IDA. However, iron fortification can directly decrease organoleptic quality and shorten the shelf life because iron is susceptible to oxidation under certain pH conditions. The microencapsulation method is seen as an appropriate method for protecting iron in the fluid conditions in human body. To obtain microparticles that effective in encapsulating iron II, modification of polymer used is needed. Encapsulation was using 0.1 g of ferrous fumarate and coated with chitosan alginate polymer using ionic gelation method, which is varied on chitosan quantity in the microparticle as 0.5g, 0.75g, 1g, and 1.25g. Microencapsulation with 1.25 g of chitosan resulted the largest encapsulation efficiency as 62.66 and the largest loading capacity from microparticle with 1g chitosan that is 1.92. Based on the result of characteristic test with SEM and FTIR analysis, it can be seen that ferrous fumarate succeed to be encapsulated in chitosan alginate microparticles. Microparticle chitosan ferrous fumarate coated with alginate were found showing variated release profil in pH 7.4 58,8 94,8. Observations on in vitro release test of iron compounds indicate the potential of this formula used as food fortification that target is for digestive system.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Dwi Alfahri
Abstrak :
Pola hidup yang praktis dan instan memiliki dampak negatif untuk kesehatan karena peningkatan radikal bebas dalam tubuh. Suplemen antioksidan diperlukan untuk menangkal radikal bebas pada tubuh. Ekstrak Rimpang kunyit (Curcuma longa), jahe (Zingiber Officinale), dan kulit manggis (Gracinia mangostana L.) telah terbukti kaya akan antioksidan dalam senyawa bioaktif yang dikandungnya. Teknik enkapsulasi digunakan untuk melindungi senyawa bioaktif agar stabil dan tidak terdegradasi pada kondisi keasaman pencernaan untuk penghantaran senyawa bioaktif secara oral. Kitosan-pektin digunakan sebagai enkapsulan karena aman dikonsumsi dan stabil. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi matriks kitosan-pektin optimal dengan metode pengeringan beku yang dimuati senyawa bioaktif (curcumin, 6-gingerol, dan α-mangostin) untuk pelepasan usus halus. Hasil penelitian didapatkan nilai yield relatif tinggi dengan metode pengeringan beku. Pengujian pelepasan senyawa bioaktif penambahan pektin berhasil menahan pelepasan senyawa bioaktif pada kondisi asam. Matriks kitosan:pektin rasio 1:0,3 tiap jenis ekstrak melepaskan senyawa bioaktif paling optimal pada kondisi SIF. Matriks kitosan:pektin rasio 1:0,5 memiliki profil pelepasan rilis tertinggi pada kondisi SCF. Hasil pengamatan uji pelepasan in vitro menunjukan matriks kitosan-pektin menghasilkan profil pelepasan terkendali yang bagus dan memiliki potensi digunakan sebagai suplemen ekstrak rimpang kunyit, jahe dan kulit manggis dengan target sistem pencernaan.
Habit of instant living have a negative impact on health causing variety of diseases due to an increase free radicals in the body. Antioxidant supplements are needed to ward off free radicals in the body. Curcuma longa, Zingiber Officinale, and Gracinia mangostana extracts have been shown rich antioxidants in the bioactive mixture. Encapsulation techniques are used to protect bioactive compounds that make bioactive compound more stable and not degraded under acid digestive conditions for oral delivery. Chitosan-pectin is used as an encapsulant because stable and safe for consumption. This study aims to obtain optimal formulation of chitosan-pectin matrix with freeze drying method loaded with bioactive compounds (curcumin, 6-gingerol, and α-mangostin) for small intestinal release. The research results obtained relatively high yield values ​​with freeze drying method. Testing the release of bioactive compounds successfully released bioactive compounds in acidic conditions. Chitosan: pectin matrix ration of 1: 0.3 for each type of extract releases are the most optimal bioactive under SIF conditions. Chitosan:pectin matrix 1: 0.5 ratio has highest release profile under SCF conditions. The results of observations in vitro release test showed that the chitosan-pectin matrix showing good results of the controlled release profile.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriellius Chandra
Abstrak :
Rangka manusia tersusun atas struktur-struktur seperti: ligamen, tendon, otot, dan organ manusia yang lain. Dalam regenerasi jaringan tulang, rekayasa jaringan memiliki keunggulan dibandingkan metode allograft dan autograft karena hanya menginduksi respon sistem imun minor dan tidak memerlukan operasi kedua untuk mendapatkan tulang donor dari tubuh pasien sendiri yang mana terdapat peningkatan risiko infeksi ketika lebih banyak operasi dilakukan. Salah satu aplikasi rekayasa jaringan adalah pembuatan perancah mirip matriks ekstraseluler yang memberikan dukungan struktural pada sel karena struktur jaringnya. Kolagen adalah salah satu sumber perancah biokompatibel dan memadai untuk rekayasa jaringan untuk regenerasi tulang dalam hal sifat mekanik, struktur pori, permeabilitas, hidrofilisitas dan stabilitas in vivo. Dalam penelitian ini kolagen bersumber dari ikan King Kobia dengan metode ASC dan PSC. Freeze-dryingmerupakan proses pengeringan di mana pelarut dan/atau media suspensi dikristalisasi pada suhu rendah dan selanjutnya disublimasikan dari keadaan padat langsung ke fase uap. Metode ini menghasilkan bahan dengan stabilitas bentuk yang baik sehingga tidak berubah setelah rekonstitusi dengan air. Dalam penelitian ini penulis menambahkan material seng oksida (ZnO) dan titanium oksida (TiO2) yang selanjutnya akan diuji karakteristiknya. Penambahan TiO2 dan ZnO meningkatkan porositas perancah. Dalam penelitian ini ZnO meningkatkan persentase porositas dengan signifikan. Namun, struktur mekanik dari uji tekanan kompresif dan porositas belum menunjukan hasil yang menyerupai penelitian-penelitian sebelumnya. Hal ini mungkin terjadi akibat adanya kesalahan pengukuran volume atau konsentrasi pada proses pencampuran komposit dan ketidaksesuaian spesifikasi liofilisasi. Kedua faktor ini mengubah tekstur dan struktur perancah menjadi mengerut dan menempel pada wadah well-plate. ......The human skeleton is composed of structures such as: ligaments, tendons, muscles, and other human organs. In bone tissue regeneration, tissue engineering has advantages over allograft and autograft methods because it only induces a minor immune system response and does not require a second operation to obtain donor bone from the patient's own body where there is an increased risk of infection when more operations are performed. One application of tissue engineering is the fabrication of extracellular matrix-like scaffolds that provide structural support to cells due to their net structure. Collagen is one source of biocompatible scaffolds and is adequate for tissue engineering for bone regeneration in terms of its mechanical properties, pore structure, permeability, hydrophilicity and in vivo stability. In this study, collagen was sourced from King Cobia fish using the ASC and PSC methods. Freeze-drying is a drying process in which the solvent and/or suspension medium is crystallized at low temperature and then sublimated from the solid state directly into the vapor phase. This method produces a material with good shape stability so that it does not change after reconstitution with water. In this study the authors added zinc oxide (ZnO) and titanium oxide (TiO2) materials which would then be tested for their characteristics. The addition of TiO2 and ZnO increased the porosity of the scaffolds. In this study, ZnO significantly increased the percentage of porosity. However, the mechanical structure of the compressive stress and porosity tests has not shown results that resemble those of previous studies. This may occur due to volume or concentration measurement errors in the composite mixing process and non-compliance with lyophilization specifications. These two factors change the texture and structure of the scaffold to shrink and stick to the well-plate container.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tia Andriani Lestari
Abstrak :
Ekstrak biji kopi hijau (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) mengandung senyawa asam klorogenik yang berpotensi menurunkan berat badan dengan memodulasi metabolisme glukosa dalam tubuh, dan antihipertensi, sedangkan kafein memiliki efek stimulan sistem saraf pusat. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan kondisi pengeringan ekstrak menggunakan metode pengeringan beku pada ekstrak pelarut eutektik dalam (NADES) biji kopi hijau yang memiliki titik leleh rendah dengan menggunakan maltodekstrin dan Aerosil® sebagai adsorben. Variabel kondisi pengeringan yang diteliti adalah konsentrasi maltodekstrin pada 25%, 30%, 35%, dan Aerosil® pada 1%, 2%, 3%. Hasil kadar kafein dan asam klorogenat diperoleh oleh sistem gradien HPLC, dan kadar air diuji pada ekstrak beku-kering. Hasil kadar kafein dan asam klorogenat yang diperoleh dalam ekstrak NADES dari biji kopi hijau adalah 18,70 mg / g dan 42,63 mg / g bubuk kopi hijau. Hasil pengeringan dalam ekstrak NADES dari biji kopi hijau menjadi lebih baik seiring dengan penambahan maltodekstrin dan Aerosil® dengan mengurangi lengket dan higroskopisitas ekstrak. Pengeringan hasil, kafein, dan kadar asam klorogenat menunjukkan hasil yang tidak signifikan dalam penambahan maltodekstrin dan Aerosil® (p> 0,05). Kadar air terendah diperoleh dengan penambahan maltodekstrin pada 35% (p <0,05).
Green coffee bean extract (Coffea canephora Pierre ex A. Froehner) contains chlorogenic acid compounds that have the potential to lose weight by modulating glucose metabolism in the body, and antihypertensive, whereas caffeine has a stimulant effect on the central nervous system. This research aims to produce extract drying conditions using the freeze drying method in eutectic solvent extracts (NADES) of green coffee beans that have low melting points by using maltodextrin and Aerosil® as adsorbents. The drying conditions variables studied were maltodextrin concentrations at 25%, 30%, 35%, and Aerosil® at 1%, 2%, 3%. The results of caffeine and chlorogenic acid levels were obtained by the HPLC gradient system, and the water content was tested on freeze-dried extracts. The results of caffeine and chlorogenic acid obtained in NADES extracts from green coffee beans are 18.70 mg / g and 42.63 mg / g green coffee powder. Drying results in NADES extracts from green coffee beans get better along with the addition of maltodextrin and Aerosil® by reducing the stickiness and hygroscopicity of the extract. Drying yield, caffeine, and chlorogenic acid levels showed insignificant results in the addition of maltodextrin and Aerosil® (p> 0.05). The lowest water content was obtained by adding maltodextrin at 35% (p <0.05).
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathan Luthfi Hawari
Abstrak :
Pemanfaatan mikrobioma kulit sebagai bahan aktif produk perawatan kulit banyak dikembangkan oleh peneliti dari berbagai negara. Di Indonesia, pemanfaatan mikrobioma kulit dengan melakukan isolasi beberapa bakteri komensal kulit dari wajah orang Indonesia yang berpotensi sebagai bahan aktif farmasi baru seperti bakteri Staphylococcus hominis MBF12-19J, Staphylococcus warneri MBF02-19J, Micrococcus luteus MBF05-19J dan Bacillus subtilis MBF10-19J. Koktail bakteri atau penggabungan beberapa mikroba dalam satu media memiliki formula yang lebih efisien dibandingkan dengan galur bakteri tunggal. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh rendemen (Yield) dari koktail bakteri Staphylococcus hominis MBF12-19J, Staphylococcus warneri MBF02-19J, Micrococcus luteus MBF05-19J, dan Bacillus subtilis MBF10-19J yang telah dimodifikasi; Mengformulasikan lioprotektan (inulin) dengan sel lisat koktail bakteri yang terbaik untuk memperoleh serbuk yang stabil dalam jangka waktu yang panjang menggunakan metode freeze-drying; serta melakukan karakterisasi, evaluasi, dan penetapan potensi antiradical scavenging activity terhadap serbuk lisat koktail bakteri. Fraksi lisat koktail bakteri diformulasikan dengan lioprotektan (inulin) kemudian dikeringkan menjadi serbuk menggunakan metode freeze-drying. Serbuk yang diperoleh dievaluasi dan diuji antiradical scavenging activity menggunakan metode 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH) serta stabilitasnya selama 7 pekan dengan beberapa parameter yaitu organoleptis; pH; kadar air; dan antiradical scavenging activity. Hasil yang didapatkan menunjukkan dari ketiga formulasi fraksi lisat koktail bakteri hanya formula dengan lioprotektan 10% yang menghasilkan serbuk sempurna dengan bentuk yang kasar berwarna coklat pucat yang berbau khas lisat, rata-rata pH 7,84, rata-rata kandungan lembab 8,31%, dan memiliki antiradical scavenging activity dengan potensi yang rendah sebesar 349,17 µg/ml serta terjadi peningkatan rendemen serbuk fraksi lisat koktail bakteri sebesar 5-8%. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan formulasi lisat koktail bakteri dengan lioprotekatan inulin yang stabil dalam penyimpanan ruang suhu (25-30oC). ......The use of the skin microbiome as an active ingredient in skin care products has been widely developed by researchers from various countries. In Indonesia, the use of the skin microbiome by isolating several skin commensal bacteria from Indonesian faces that have the potential as new pharmaceutical active ingredients such as Staphylococcus hominis MBF12-19J, Staphylococcus warneri MBF02-19J, Micrococcus luteus MBF05-19J and Bacillus subtilis MBF10-19J. Bacterial cocktails or incorporation of several microbes in one medium have a more efficient formula than a single bacterial strain. This study aimed to obtain the yield (Yield) of a cocktail of bacteria Staphylococcus hominis MBF12-19J, Staphylococcus warneri MBF02-19J, Micrococcus luteus MBF05-19J, and Bacillus subtilis MBF10-19J that have been modified; Formulating a lyoprotectant (inulin) with the best bacterial cocktail cell lysate to obtain a powder that is stable in the long term using the freeze-drying method; and to characterize, evaluate, and determine the potential antiradical scavenging activity against bacterial cocktail lysate powder. The bacterial cocktail lysate fraction was formulated with a lyoprotectant (inulin) and then dried into powder using the freeze-drying method. The powder obtained was evaluated and tested for stability for 7th (seven) weeks with several parameters, namely organoleptic, pH, moisture content, and anti-radical scavenging activity used the DPPH method. The results showed that of the three formulations of the bacterial cocktail lysate fraction, only the formula with 10% lyoprotectant produced a perfect powder with a rough, tan colour with a characteristic lysate odour, an average pH of 7.84, an average moisture content of 8.31% and had anti-radical scavenging activity with low strength of 349.17 µg/ml and an increase in the yield of bacterial cocktail lysate fraction powder by 5-8%. Based on the results of the study a bacterial cocktail lysate formulation with inulin lyoprotectant was obtained which be stable at room temperature (25-30oC).
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Maswan
Abstrak :
Pengering beku vakum merupakan suatu metode pengeringan produk dalam kondisi beku dengan cara sublimasi di bawah tekanan vakum. Metode ini lebih dikenal untuk menghasilkan bahan makanan berkualitas tinggi, tetapi mempunyai kendala pada waktu prosesnya yang lama sehingga membutuhkan energi dan modal yang besar. Inovasi untuk mengurangi waktu pembekuan adalah dengan menggabungkan antara pendinginan dan pembekuan vakum, tetapi produk yang dihasilkan akan mengalami penurunan kualitas. Alternatif metode di dalam pembekuan vakum adalah melakukan pemvakuman setelah produk terbentuk lapisan es. Sedangkan inovasi untuk mengurangi waktu proses pengeringan adalah menaikkan temperatur permukaan produk dengan memanfaatkan panas buang dari kondenser. Model simulasi numerik beda hingga satu dimensi yang menggabungkan persamaan perpindahan panas dan perpindahan massa dikembangkan untuk memprediksikan pengaruh temperatur dan tekanan ruang serta ketebalan es saat pemvakuman terhadap waktu proses pengering beku vakum. Pada simulasi ini kondisi batas yang digunakan adalah tetap untuk tahap pendinginan dan kondisi batas bergerak untuk proses pembekuan dan pengeringan. Hasil simulasi menunjukkan dengan memperkecil tekanan dan menaikkan temperatur ruang pengering serta memulai pemvakuman setelah produk terbentuk lapisan es maka akan mempercepat proses pengering beku vakum sehingga konsumsi energi yang dibutuhkan akan berkurang. ......Vacuum freeze drying is a method of dehydrating frozen materials by sublimation under vacuum. It is well known that produces high-quality dry food. However, its main problem is required a long drying time as well as high energy consumption and capital costs. Innovation to reduce the freezing time is doing by combine the vacuum cooling and freezing process, which is decrease the product quality. An alternative method of vacuum freezing is doing by vacuum the product when the ice layer is form. Meanwhile the innovation in reducing the drying time is doing by increase the surface temperature of the product by utilizing the condensers waste heat. One-dimensional finite difference numerical simulation, develop the combining heat and mass transfer equations to predict the effect of temperature, pressure chamber and the ice thickness against the vacuum freeze drying process. In this simulation the boundary conditions is fixed for the cooling stage and moving for the freezing and drying stage. The simulation obtained by reduce the pressure and increase the temperature of the drying chamber as well as start the vacuum after ice layer of the product is formed will accelerate the process of vacuum freeze dryer so that the required energy consumption will be reduced.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T30692
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adila Kestibawani
Abstrak :
Metode pengeringan beku digunakan untuk menyiapkan matriks kitosan-xanthan gum bermuatan ekstrak kunyit, kulit manggis, dan jahe untuk pemberian oral. Metode ini dapat meminimalisir kehilangan senyawa bioaktif selama persiapan dan dapat memberikan yield dan pemuatan yang tinggi. Kurkumin pada kunyit, α-mangostin pada kulit manggis, dan 6-gingerol pada jahe termasuk kedalam senyawa fenolik, maka dari itu memiliki aktivitas antioksidan yang bermanfaat bagi Kesehatan manusia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan formulasi suplemen dengan pelepasan lambat sampai ke daerah usus halus, dimana penyerapan senyawa bioaktif dapat terjadi secara maksimal. Teknik enkapsulasi digunakan untuk melindungi ekstrak senyawa bioaktif dilepaskan didaerah yang ditargetkan. Teknik enkapsulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah pembentukan kompleks polielektrolit. Kitosan dipilih sebagai drug carrier karena memiliki sifat biodegradabel, biokompatibel, non-toksik dan mukoadesif, namun mudah larut pada kondisi asam. Xanthan gum (XG) digunakan sebagai polimer aditif karena dapat melindungi kitosan dalam suasana asam. Seluruh formulasi memiliki yield diatas 90% dan pemuatan sekitar 12% (ekstrak kunyit), 1% (ekstrak jahe), dan 8% (ekstrak kulit manggis). Penambahan XG dapat membuat pelepasan senyawa bioaktif menjadi lebih lambat. Formulasi dengan 0,1XG merupakan yang paling baik untuk dijadikan suplemen antioksidan, karena dapat menahan pelepasan pada medium SGF dan paling banyak melepas senyawa bioaktif di SIF. ......Freeze drying method is used to prepare the chitosan-xanthan gum (XG) matrices containing turmeric, mangosteen peel, and ginger extracts for oral administration. This method can minimize loss of bioactive compounds (BC) during preparation and provide high yield and loading. Curcumin in turmeric, α-mangostin in mangosteen peel, and 6-gingerol in ginger are phenolic compounds that have antioxidant activity which is beneficial to human health. The purpose of this study is to obtain extended release supplement formulations for small intestine, where absorption of BC can occur optimally. Encapsulation techniques can protect the BC to be released in targeted area, encapsulation technique used in this study is the formation of polyelectrolyte complex. Chitosan chosen as a drug carrier, because its biodegradable, biocompatible, non-toxic and mucoadesive properties, but dissolved under acidic conditions. XG is used as an additive polymer because it can protect chitosan at acidic condition. All formulations have yields above 90% and loading around 12% (turmeric), 1% (ginger), and 8% (mangosteen peel). The addition of XG can extend the release of BC. Formulation with 0.1XG is the best to be used as an antioxidant supplement, because it sustained the release in SGF Medium and releases the most bioactive compounds in SIF.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Dwi Rahmi
Abstrak :
Protransfersom merupakan liofilisasi dari transfersom dengan menghilangkan air pada transfersom menggunakan metode freeze drying yang bertujuan untuk lebih meningkatkan stabilitas fisik dan kimia vesikel. Transfersom dibuat dengan metode hidrasi lapis tipis dengan zat aktif asam azelat yang berfungsi sebagai antijerawat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kecepatan pendinginan freeze drying dalam pembuatan protransfersom terhadap karakter vesikel yang dibandingkan dengan karakter transfersom biasa dan untuk mengetahui stabilitas karakter masing-masing vesikel. Hasil uji stabilitas karaktersitik transfersom menunjukkan ukuran partikel yang tidak mengalami perubahan bermakna dari ukuran awal 89,06 nm. Hal yang sama ditunjukkan oleh protransfersom B yang disimpan pada suhu 4 C dengan ukuran awal 1218 nm. Efisiensi penjerapan tertinggi ditunjukkan oleh protransfersom B sebesar 45,65 . Sedangkan protransfersom A menunjukkan efisiensi penjerapan sebesar 45,20 dan transfersom sebesar 40,98 . Stabilitas efisiensi penjerapan yang paling baik juga ditunjukkan oleh protransfersom B dengan penurunan yang lebih rendah 5 setelah 2 minggu, 19 7 setelah 4 minggu dibandingkan protransfersom A 25 12 setelah 2 minggu, 7 12 setelah 4 minggu dan transfersom 12 setelah 2 minggu, 22 setelah 4 minggu . Bentuk vesikel yang tidak sferis ditunjukkan oleh protransfersom dengan menggunakan alat transmission electron microscope. ......Protransfersome is the lyophilization of the transfersome by removing the water system with freeze drying method to improve the physical and chemical stability. Transfersome is made of the thin layer hydration technique, used azelaic acid, an antiacne, as a model drug. The aim of this research is to examine the effect of cooling rate in freeze drying toward vesicle characters that are compared to conventional transfersome and the character stability of each vesicle. The result of transfersome character stability indicates the particel size which does not significantly change during the storage from the initial measurement of 89,06 nm. The same result is indicated by protransfersome B, which is stored in temperature 4 C, that has the initial measurement of 1218 nm. The highest entrapment efficiency is pointed out by protransfersome B with the percentage is 45,65 . Meanwhile, the percentage of entrapment efficinecy protransfersome A is 45,20 , and transfersome is 40,98 . The best stability is indicated by protransfersome B with the smaller discharge of entrapment efficiency 5 after 2 weeks, 19 7 after 4 weeks compared to protransfersome A 25 12 after 2 weeks, 7 12 after 4 weeks and transfersome 12 after 2 weeks, 22 after 4 weeks . The unspheric vesicle morphology of protransfersome is determined by transmission electron microscope.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S68712
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>