Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adisa Yusuf Reksoprodjo
"Metastatic Bone Disease (MBD) merupakan tempat penyebaran jauh terbanyak ketiga setelah paru dan liver. Hal ini menimbulkan morbiditas yang tidak sedikit dan pada akhirnya memengaruhi kualitas hidup dan kesintasan pasien. Penelitian ini menggunakan studi potong lintang di RSUPN Cipto Mangunkusumo dengan total sampling. Pasien yang terdiagnosis MBD selama periode 2008 - 2018 dilihat karakteristik, kesintasan, dan jika masih hidup, dilakukan penghitungan skor fungsional menggunakan kuesioner SF-36 dan MSTS. Terdapat 113 pasien MBD dengan rerata usia 54,34 ± 11,09, 69% perempuan, 24,8% tumor primer dari paru, 17,7% dari mammae, 16,8% dari tiroid. 55,8% lesi MBD terdapat pada ekstremitas dan 74,3% merupakan lesi soliter. 65,5% pasien tidak menjalani operasi, namun 78,8% mendapatkan bisfosfonat dan 51,3% mendapatkan radioterapi. Sebanyak 82,3% pasien sudah meninggal, sehingga terdapat 20 pasien yang masih hidup. SF-36 menunjukkan rentang median 40,0 - 100,0 dari 8 skala yang ada. MSTS ekstremitas atas rerata 45,55 ± 24,46 dan ekstremitas bawah median 26,67 (20,00 - 60,00). Analisis bivariat menunjukkan hubungan antara pembedahan dengan kesintasan (P=0,034). Analisis multivariat menunjukkan operasi memiliki peluang terhadap kesintasan yang lebih baik sebesar 2,8 kali (95%CI 1,1 - 7,6). Operasi memiliki hubungan yang bermakna terhadap kesintasan pasien MBD.

Metastatic Bone Disease (MBD) is the third distant sites after lungs and liver. This creates morbidity and affect patient s quality of life and survival. This study uses cross sectional design with total sampling at one tertiary referral center. MBD patient during 2008 - 2018 were evaluated for characteristics, treatment received, and survival rate. Survived patients were evaluated for functional score with SF-36 and MSTS. From 113 patients, with mean age of 54,34 ± 11,09, 69% were female, 24,8% were lung primary tumor, 17,7% from breast tumor, and 16,8% from thyroid tumor. 55,8% of the lesions were from extremity and 74,3% were solitary lesions. 65,5% patients did not get a surgery, 78,8% were given bisphosphonates, and 51,3% got a radiotherapy treatment. 82,3% patients were already died, so we got 20 patients that were still alive and being evaluated for the functional score. SF-36 shows median of 40,0 - 100,0 from 8 scales, and upper extremity MSTS results mean 45,55 ± 24,46, and lower extremity MSTS results median 26,67 (20,00 - 60,00). Bivariate analysis shows statistically significant association of surgery with survival (P=0,034). Multivariate analysis shows surgery has a 2,8 times higher chance of survival (95%CI 1,1 - 7,6). Surgery has a significant association with MBD patient survival."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55548
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Deryl Ivansyah
"Pendahuluan: Metastatic Bone Disease (MBD) merupakan tempat penyebaran jauh terbanyak ketiga setelah paru dan liver. Hal ini menimbulkan morbiditas yang tidak sedikit dan pada akhirnya memengaruhi kualitas hidup dan kesintasan pasien. Metode: Penelitian ini menggunakan studi potong lintang di RSUPN Cipto Mangunkusumo dengan total sampling. Pasien yang terdiagnosis MBD selama periode 2008 – 2018 dilihat karakteristik, kesintasan, dan jika masih hidup, dilakukan penghitungan skor fungsional menggunakan kuesioner SF-36 dan MSTS. Hasil: Terdapat 113 pasien MBD dengan rerata usia 54,34 ± 11,09, 69% perempuan, 24,8% tumor primer dari paru, 17,7% dari mammae, 16,8% dari tiroid. 55,8% lesi MBD terdapat pada ekstremitas dan 74,3% merupakan lesi soliter. 65,5% pasien tidak menjalani operasi, namun 78,8% mendapatkan bisfosfonat dan 51,3% mendapatkan radioterapi. Sebanyak 82,3% pasien sudah meninggal, sehingga terdapat 20 pasien yang masih hidup. SF-36 menunjukkan rentang median 40,0 – 100,0 dari 8 skala yang ada. MSTS ekstremitas atas rerata 45,55 ± 24,46 dan ekstremitas bawah median 26,67 (20,00 – 60,00). Analisis bivariat menunjukkan hubungan antara pembedahan dengan kesintasan (P=0,034). Analisis multivariat menunjukkan operasi memiliki peluang terhadap kesintasan yang lebih baik sebesar 2,8 kali (95%CI 1,1 – 7,6). Kesimpulan: Operasi memiliki hubungan yang bermakna terhadap kesintasan pasien MBD.

Introduction: Metastatic Bone Disease (MBD) is the third distant sites after lungs and liver. This creates quite morbidity and in the end affect the patient’s quality of life and survival. Methods: This study uses cross sectional design with total sampling at Cipto Mangunkusumo Hospital. MBD diagnosed patient during 2008 – 2018 were evaluated for characteristics, survival rate. Survived patient will evaluated for functional score with SF-36 and MSTS. Results: From 113 patients, with mean age of 54,34 ± 11,09, 69% were female, 24,8% were lung primary tumor, 17,7% from breast tumor, and 16,8% from thyroid tumor. 55,8% of the lesions were from extremity and 74,3% were solitary lesions. 65,5% patients did not get a surgery, 78,8% were given bisphosphonates, and 51,3% got a radiotherapy treatment. 82,3% patients were already died, so we got 20 patients that were still alive and being evaluated for the functional score. SF-36 shows median of 40,0 – 100,0 from 8 scales, and upper extremity MSTS results mean 45,55 ± 24,46, and lower extremity MSTS results median 26,67 (20,00 – 60,00). Bivariate analysis shows statistically significant association of surgery with survival (P=0,034). Multivariate analysis shows surgery has a 2,8 times higher chance of survival (95%CI 1,1 – 7,6). Conclusion: Surgery has a significant association with MBD patient survival."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
K.M.A. Halim Habibi
"LATAR BELAKANG Pembedahan merupakan pengobatan utama tumor spinal pada umumnya. Pembedahan minimal invasif menjadi trend karena menghasilkan cidera jaringan minimal dengan tujuan operasi tetap tercapai. Laminektomi unilateral merupakan salah satu teknik yang memenuhi pilar dasar operasi minimal invasif. Penulis mengevaluasi efektivitas dan efisiensi teknik laminektomi unilateral removal tumor serta perbandingan terhadap teknik konvensional.
METODE Disain studi deskriptif analitik dengan data rekam medis periode Januari 2015 – Juni 2020. Skor fungsional (VAS, KPS, Recovery rate/Hirabayashi, Nurick) dihitung saat pra dan pascaoperasi 1, 3, 6, 12, dan 24 bulan. Efisiensi teknik laminektomi unilateral dievaluasi melalui lama operasi, jumlah perdarahan, lama rawat. Efektivitas dievaluasi melalui resektabiltas intraoperasi dan MRI kontrol tulang belakang pasca operasi
HASIL Terdapat 26 pasien, rerata usia (44.17 ± 14.4) tahun, lelaki 12 (46.1%) dan perempuan 14 (53.8%). Skor fungsional pra operasi (Median VAS 4 (0-8), Nurick 4.5 (1-6), JOA servikal 5 (2-10), Torakal 3.5 (2-9), lumbal 19 (14-23) dan KPS 60 (40-80). Follow up 24 bulan pascaoperasi VAS (0) 94%, recovery rate excellent 81%, Nurick (< 3) 87% dan KPS (> 70%) 87%. Median perdarahan intraoperasi 175 (50-1200) ml, lama operasi 180 (120-540) menit dan lama rawat 6.5 (4-42) hari. Gross total resection 76.9%. Terdapat satu komplikasi pseudomeningocele pada follow up 3 bulan pascaoperasi yang menghilang tanpa intervensi pada follow up MRI kontrol 6 bulan pascaoperasi.
SIMPULAN Laminektomi unilateral memungkinkan gross total resection dengan recovery rate baik, trauma operasi dan komplikasi lebih kecil terhadap teknik konvensional.

BACKGROUND Pembedahan merupakan pengobatan utama tumor spinal pada umumnya. Pembedahan minimal invasif menjadi trend karena menghasilkan cidera jaringan minimal dengan tujuan operasi tetap tercapai. Laminektomi unilateral merupakan salah satu teknik yang memenuhi pilar dasar operasi minimal invasif. Penulis mengevaluasi efektivitas dan efisiensi teknik laminektomi unilateral removal tumor serta perbandingan terhadap teknik konvensional.
METHOD Design of study is analytic descriptive using medical records period January 2015 – June 2020. Functional Scores (VAS, KPS, Recovery rate/Hirabayashi, Nurick) achieved pre and postoperation 1,3,6,12,and 24 months. Efficiency is observed from operative time, intraoperative bleeding, length of stay. Effectivity is observed from resectability during intraoperative and MRI control post operation.
RESULT There are 26 patients, mean age ( 44.17 ± 14.4) years, male 12 (46.1%), female 14 (53.8%). Functional score pre operation (median VAS 4 (0-8), Nurick 4.5 (1-6), JOA cervical 5 (2-10), Thoracal 3.5 (2-9), lumbar 19 (14-23) and KPS 60 (40-80). At Follow up 24 months after operation there are 94% with no pain, 81% excellent recovery rate, 87% Nurick <3 and 87% KPS >70%. Median of estimated blood loss 175 (50-1200) ml, operative time 180 (120-540) min and length of stay 6.5 (4-42) days. Gross total resection are 20 (76.9)% cases. There are one complication pseudomeningocele which detected in MRI control after 3 month surgery, then resolved without surgery by the 6 months control.
CONCLUSION Gross total resection maybe achieved by unilateral laminectomy and produces less complication and trauma compare to conventional technique.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tirza Z. Tamin
"Background: obesity and osteoarthritis have strong inter-relationship with multi-factorial mechanism that caused pain and leads to decreased quality of life. Exercise has been identified as prevention and management against obesity and joint pain. This systematic review aims to assess the effect between exercises compared to diet group for chronic pain management, physical and mental function in obese patients with chronic musculoskeletal problem.
Methods: we performed a systematic search of Randomized Control Trial studies from Cochrane Central Register of Controlled Trials (CENTRAL); MEDLINE; EBSCO; SCIENCEDIRECT (Elsevier); SCOPUS, grey literature, trial registry,ongoing study for published studies, and from the ClinicalTrial.gov, thesis of rehabilitation medicine in RSCM, and proceeding books for unpublished studies that was last updated on November 2016. Risk of bias was assessed using Cochrane risk-of-bias tool and data were analyzed using Review Manager 2014.
Results: one study showed no difference in pain reduction (assessed using VAS) between two groups. Two studies showed improvement in physical function measured using 6MWT in exercise group at 6 and 18 months with mean difference 28.12 [11.20, 45.04] and 26.21 [9.01, 43.41]. There was no significant effects observed for Mental and Physical Function based on SF-36 after 6 months (1 study) and 18 months (2 studies) observation, with mean difference 1.10 [-0.79, 2.99] and 0.08 [-1.53, 1.70] respectively for Mental Function score and -0.30 [-2.54, 1.94] and -0.36 [-2.30, 1.57] respectively for Physical Function score. Conclusion: exercise can improve physical function objectively, but could not reduce pain in obese patients with chronic musculoskeletal problem subjectively.

Latar belakang: obesitas dan Osteoartritis memiliki hubungan yang kuat dengan mekanisme multifaktorial yang menyebabkan rasa sakit dan mengarah pada penurunan kualitas hidup. Latihan telah diidentifikasi sebagai pencegahan dan manajemen terhadap obesitas dan nyeri sendi. Tinjauan systematic review ini diusulkan untuk menilai efek antara latihan dibandingkan dengan kelompok diet untuk manajemen nyeri kronis, fungsi fisik dan mental pada pasien obesitas dengan masalah muskuloskeletal kronis. Metode: kami melakukan penelusuran sistematis dari Randomized Control Trial di Cochrane Central Register of Controlled Trials (CENTRAL); MEDLINE; EBSCO; SCIENCEDIRECT (Elsevier); SCOPUS, laporan penelitian terdahulu, trial registry, studi yang sedang berlangsung untuk studi yang diterbitkan, dan dari ClinicalTrial.gov, tesis kedokteran rehabilitasi medik di RSCM, dan buku prosiding untuk studi yang tidak dipublikasikan yang terakhir kali diperbaharui pada bulan November 2016. Risiko bias dinilai dengan menggunakan tool risiko bias Cochrane dan data dianalisis menggunakan Review Manager 2014. Hasil: satu penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan dalam perbaikan kualitas nyeri yang dinilai menggunakan VAS antara dua kelompok. Dua penelitian menunjukkan peningkatan fungsi fisik diukur menggunakan 6MWT dalam kelompok latihan pada 6 dan 18 bulan dengan perbedaan rata-rata 28,12 [11,20,45,04] dan 26,21 [9,01,43,41]. Tidak ada efek yang signifikan yang diamati untuk fungsi mental dan fisik berdasarkan SF-36 setelah 6 bulan (1 studi) dan 18 bulan (2 penelitian) pengamatan dengan perbedaan rata-rata 1,10 [-0,79, 2,99] dan 0,08 [-1,53, 1,70] nilai untuk tiap skor fungsi mental dan -0,30 [-2,54, 1,94] dan -0,36 [-2.30, 1,57] untuk skor fungsi fisik. Kesimpulan: efek latihan dapat meningkatkan fungsi fisik secara objektif, tetapi tidak dapat mengurangi rasa sakit pada pasien obesitas dengan masalah muskuloskeletal kronis secara subyektif."
Jakarta: University of Indonesia. Faculty of Medicine, 2018
610 UI-IJIM 50:4 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library