Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eko Yuli Prianto
"Latar belakang: Angka morbiditas dan mortalitas meningkat pada pasien fibrilasi atrium (FA) yang mengalami gagal jantung akut. Pada pasien irama sinus, left atrial volume index (LAVI) dan heart rate variability (HRV) merupakan prediktor kuat terjadinya komplikasi kardiovaskular. Penelitian LAVI dan HRV pada pasien FA hingga saat ini belum konklusif.
Tujuan: Mengetahui hubungan LAVI dan HRV dengan kejadian gagal jantung akut pada pasien FA
Metode: Studi kohort retrospektif dengan populasi terjangkau pasien dewasa FA di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) 1 Januari 2020 hingga 31 Desember 2021 yang berasal dari registri Optimal INR measures for Indonesians (OPTIMA). Data sekunder LAVI diukur dengan ekokardiografi dan parameter HRV terdiri dari standar deviation of NN intervals (SDNN), root mean square of successive differences (RMSSD), rasio low frequency dan high frequency (LF/HF) diukur menggunakan alat HRV portabel. Pasien diikuti hingga 30 Januari 2023, luaran dinilai dengan melihat catatan medik atau melalui telepon.
Hasil: Dilakukan analisis pada 144 sampel. Proporsi kejadian gagal jantung akut sebesar 15,3%. Tidak terdapat hubungan antara SDNN dengan kejadian gagal jantung akut (RR 1,75; IK95% 0,260 – 11,779, p=0,565). Tidak terdapat hubungan antara LF/HF dengan kejadian gagal jantung akut (RR 2,865; IK 95% 0,765 – 10,732, p=0,118). Terdapat hubungan antara LAVI dengan kejadian gagal jantung akut (adjusted RR 2,501; IK 95% 1,003 – 6,236, p=0,049). Diabetes melitus dan hipertensi merupakan faktor perancu pada penelitian ini.
Kesimpulan: Peningkatan LAVI berhubungan dengan kejadian gagal jantung akut pada pasien FA. HRV tidak berhubungan dengan kejadian gagal jantung akut pada pasien FA.

Background Morbidity and mortality rates increase in patients with atrial fibrillation (AF) who experience acute heart failure. In patients with sinus rhythm, left atrial volume index (LAVI) and heart rate variability (HRV) are strong predictors of cardiovascular complications. Research on LAVI and HRV in AF patients has so far not been conclusive.
Objectives: To determine the relationship between LAVI and HRV and the incidence of acute heart failure in AF patients.
Methods: A retrospective cohort study was conducted with an accessible population of adult AF patients at RSCM from January 1, 2020, to December 31, 2021, originating from the Optimal measures INR for Indonesians (OPTIMA) registry. LAVI was measured by echocardiography, and HRV parameters consist of the standard deviation of NN intervals (SDNN), the root mean square of successive differences (RMSSD), and the ratio of low frequency and high frequency (LF/HF) measured using a portable ECG device. Patients were followed until January 30, 2023, and outcomes were assessed by looking at medical records or by telephone.
Result: A total of 144 subjects were analysed. The proportion of acute heart failure is 15.3%. There was no relationship between SDNN and the incidence of acute heart failure (RR 1.75; 95% CI 0.260–11.779, p=0.565). There was no relationship between LF/HF and the incidence of acute heart failure (RR 2.865; 95% CI 0.765–10.732, p=0.118). There is a relationship between LAVI and the incidence of acute heart failure (adjusted RR 2.501; 95% CI 1.003–6.236, p = 0.049). DM and hypertension were confounding factors in this study.
Conclusion: The elevation of LAVI is associated with the incidence of acute heart failure in AF patients. HRV is not associated with the incidence of acute heart failure in AF patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dean Handimulya Djumaryo
"ABSTRAK
Pendahuluan: Gagal jantung akut merupakan penyebab paling sering untuk perawatan rumah sakit pada pasien usia >65 tahun, yang juga berkaitan dengan prognosis buruk. N-terminal pro brain natriuretic peptide (NT-proBNP) merupakan suatu petanda peregangan miokardium yang dapat digunakan sebagai petanda prognostik pada pasien gagal jantung akut. Penambahan parameter kadar NT-proBNP pada model prognostik yang sudah ada akan memberikan nilai klinis yang lebih baik dan akurat dalam menetapkan prognosis untuk kejadian major adverse cardiac events (MACE) pasien gagal jantung akut.
Metode: Desain penelitian kohort prosfektif. Subjek penelitian terdiri dari 77 penderita gagal jantung akut dan dilakukan pemeriksaan kadar NT-proBNP saat admisi, selanjutnya ditetapkan faktor risiko klinis dan laboratoris yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki, kelompok usia >65 tahun, riwayat penyakit jantung koroner, tekanan darah sistolik <115 mmHg, kadar Hb <11,3 g/dL, serta kadar natrium 135 mEq/L. Luaran klinis berupa MACE dan mortalitas pasien gagal jantung akut dilakukan pemantauan selama 30 hari.
Hasil: Insiden MACE jangka pendek pada penderita gagal jantung akut sebesar 61% dengan angka mortalitas sebesar 7,8%. Riwayat penyakit jantung koroner dan kadar NT-proBNP >1000 pg/mL berhubungan dengan terjadinya MACE. Model prognostik yang didapat adalah penderita gagal jantung akut dengan riwayat penyakit jantung koroner dan kadar NT-proBNP >1000 pg/mL. Nilai cut off kadar NT-proBNP untuk terjadinya MACE adalah 859,1 pg/mL dengan nilai AUC sebesar 77,3%, sensitivitas 72,3% dan spesifisitas 63,3%. Nilai cut off kadar NT-proBNP untuk terjadinya kematian adalah 4374,5 pg/mL dengan nilai AUC sebesar 83,1%, sensitivitas 83,3%, dan spesifisitas 77,5%.
Kesimpulan: Kadar NT-proBNP >1000 pg/mL dapat menilai prognosis untuk terjadinya MACE selama perawatan rumah sakit.

ABSTRACT
Introduction. Acute heart failure is the most frequent cause of hospitalization in patients aged >65 years, which is also associated with poor prognosis. N-terminal pro-brain natriuretic peptide (NT-proBNP) is a marker stretching of the myocardium that can be used as a prognostic marker in patients with acute heart failure. Addition of parameter levels of NT-proBNP on existing prognostic models will provide better clinical value and accurate in determining the prognosis for the incidence of major adverse cardiac events (MACE) patients with acute heart failure.
Methods. Prospective cohort study design. Subjects consisted of 77 patients with acute heart failure and examine the levels of NT-proBNP at the time of admission, the next set of clinical risk factors and laboratory consisting of a type of male sex, age group >65 years, history of coronary heart disease, systolic blood pressure <115 mmHg, Hb <11,3 g/dL, as well as levels of sodium 135 mEq/L. The clinical outcomes such as MACE and mortality of patients with acute heart failure monitoring within 30 days.
Results. Incidence of acute heart failure patients with short-term MACE was 61% with a mortality rate of 7,8%. A history of coronary heart disease and levels of NTproBNP >1000 pg/mL associated with the occurrence of MACE. Prognostic models obtained is acute heart failure patients with a history of coronary heart disease and levels of NT-proBNP is >1000 pg/mL. The cut off levels of NT-proBNP for the occurrence of MACE was 859,1 pg/mL with an AUC of 77,3%, 72,3% sensitivity and 63,3% specificity. The cut off levels of NT-proBNP for the occurrence of death was 4374,5 pg/mL with an AUC of 83,1%, 83,3% sensitivity and 77,5% specificity.
Conclusion. Levels of NT-proBNP >1000 pg/mL can assess the prognosis for the occurrence of MACE during hospitalization.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanti Oktikasari
"ABSTRAK
Nama : Tanti Oktikasari Program Studi : Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik Judul : Peran kadar ST2 dalam model prognostik untuk risiko terjadinya major adverse cardiac events jangka pendek pada pasien gagal jantung akut Pendahuluan: Gagal jantung akut merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian dan perawatan kembali penderita dengan gagal jantung kronik. Jumlah kematian akibat gagal jantung mencapai 60.000 kasus per tahun. Pasien usia >65 tahun merupakan penyebab paling sering terjadinya perawatan akibat gagal jantung akut di rumah sakit. Soluble ST2 ST2 merupakan reseptor yang termasuk ke dalam keluarga interleukin-1 yang digunakan sebagai penanda peregangan, remodelling, dan fibrosis miokardium sehingga dapat digunakan sebagai penanda prognostik terjadinya major adverse cardiac events MACE pada pasien gagal jantung akut. Metode: Desain penelitian kohort prosfektif terhadap 77 subyek dengan gagal jantung akut, dilakukan pemeriksaan kadar ST2 saat masuk rumah sakit dan ditetapkan beberapa faktor risiko klinis dan laboratoris berupa jenis kelamin laki-laki, kelompok usia >65 tahun, riwayat diabetes melitus, kadar ureum darah, dan kebiasaan merokok. Luaran klinis berupa MACE dan kematian pasien gagal jantung akut dilakukan observasi selama 30 hari. Hasil: Tidak terdapat hubungan antara kadar ST2 >35 ng/mL dengan terjadinya MACE jangka pendek pada penderita gagal jantung akut di RSUPN-CM. Faktor risiko gagal jantung akut yang berhubungan dengan terjadinya MACE adalah riwayat penyakit jantung koroner dan kadar NT-proBNP >1000 pg/mL. Peran kadar ST2 >35 ng/mL tidak dapat digunakan dalam model prognostik jangka pendek pada pasien gagal jantung akut. Nilai cut off kadar ST2 untuk terjadinya kematian selama 30 hari adalah 49,4 ng/mL. Tidak terdapat hubungan kadar ST2 setelah digabungkan dengan kadar NT-proBNP dengan terjadinya MACE jangka pendek pada pasien gagal jantung akut. Kesimpulan: Kadar ST2 >35 ng/mL tidak dapat digunakan dalam model prognostik jangka pendek pada pasien gagal jantung akut.

ABSTRACT
Name Tanti Oktikasari Study Program Clinical Pathology Residency Program Title The role of ST2 levels in the model prognosis for the short term risk of major adverse cardiac events in patients with acute heart failure Introduction. Acute heart failure is the most frequent cause of hospitalization and mortality in patients with chronic heart failure. The number of death in patients heart failure reached 60000 cases per year. Patients with age 65 years are the most frequent cause of hospitalization due to acute heart failure. Soluble ST2 ST2 is a member of interleukin 1 receptor family that used as a biomarker of myocardial stretch, remodelling, and fibrosis. This parameter is used as a prognostic marker for the occurrence of major adverse cardiac events in patients with acute heart failure. Methods. Prospective cohort study design. Subjects consisted of 77 patients with acute heart failure and examine the levels of ST2 at the time of admission, the next set of clinical risk factors and laboratory consisting of a type of male sex, age group 65 years, history of diabetes melitus, blood ureum 92 mg dL, and current smoking. The clinical outcomes such as MACE and mortality of patients with acute heart failure following within 30 days. Results. Prognostic models obtained is acute heart failure patients with a history of coronary heart disease and levels of NT proBNP is 1000 pg mL. Levels of ST2 35 ng mL can not be used to assess the prognosis for the occurrence of MACE during 30 days hospitalization. The cut off point of ST2 levels for the mortality was 49.4 ng mL. There is no substantial improvement in addition of ST2 to clinical model with NT proBNP. Conclusion. Levels of ST2 35 ng mL can not be used to assess the prognosis for the occurrence of MACE during 30 days hospitalization."
2017
T55717
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chinthia Rahadi Putri
"Gangguan kardiovaskuler merupakan gangguan yang dapat dikategorikan sebagai penyakit tidak menular. Gangguan kardiovaskular ini diketahui terjadi peningkatan dan pasien yang mengalami gangguan kardiovaskular ini seringkali menerima polifarmasi mengingat kompleksitas dari diagnosa yang diterima oleh pasien sehingga kejadian polifarmasi ini tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, pemantauan terapi obat pada penggunaan obat terhadap kondisi pasien perlu dilakukan sehingga pengobatan yang diterima pasien dapat maksimal dan meminimalisir dari reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD). Pemantauan terapi obat (PTO) ini dilakukan pada pasien yang menerima diagnosa utama gagal jantung akut dan diagnosa penyerta berupa penyakit ginjal kronis.

Cardiovascular disorders are disorders that can be categorized as non-communicable diseases. Cardiovascular disorders are known to increase and patients who experience cardiovascular disorders often receive polypharmacy given the complexity of the diagnoses received by patients so that the incidence of polypharmacy cannot be avoided. Therefore, drug therapy monitoring on the use of drugs against patient conditions needs to be done so that the treatment received by patients can be maximized and minimize unwanted drug reactions (ROTD). This drug therapy monitoring (PTO) was conducted on patients who received a primary diagnosis of acute heart failure and a concomitant diagnosis of chronic kidney disease."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Aulia
"Latar belakang. Gagal jantung akut dan aritmia telah menjadi salah satu masalah kesehatan di bidang kardiovaskuler. Hubungan antara aritmia dan gagal jantung dalam mortalitas masih kontroversial. Tujuan. Mengetahui karakteristik pasien gagal jantung akut dan mengidentifikasi hubungan antara aritmia dengan mortalitas pasien gagal jantung akut di rumah sakit. Metode. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dengan menggunakan metode consecutive sampling. Studi ini menggunakan 976 data sekunder dari studi Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 – 2006. Hasil. Dalam studi ini, pasien dikategorikan menjadi 2 kelompok, kelompok pasien gagal jantung akut dengan aritmia(42,2%) dan tanpa aritmia (67,8%). Pasien laki-laki mendominasi dengan 68%. Angka mortalitas pasien gagal jantung akut dengan aritmia selama perawatan adalah 4,1 %. Sedangkan pada pasien tanpa penyakit jantung koroner adalah 3,7%. Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara aritmia dengan mortalitas pasien gagal jantung akut (p=0,748 CI 95% 0,468-1,726, OR= 0,899). Kesimpulan. Tidak ada terdapat hubungan antara aritmia dengan angka mortalitas pasien gagal jantung akut selama perawatan.

Backgrounds. Acute heart failure (AHF) and arrhythmia have become problems in global heath related to cardiovascular. The association between arrhythmia and heart failure with mortality remains controversial. Objective. Define the characteristics of patients with acute heart failure and identify associations between arrhythmia and in-hospital mortality of acute heart failure patients. Methods. The design of this study was cross sectional with consecutive sampling. This study used 976 acute heart failure patients from Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) of 5 hospital in Indonesia from december 2005-2006. Result. Patients in this study were categorized in two groups. The first group was patients with arrhythmia (42,2%) and the second was group wihout arrhythmia (67,8%). Majority of the patients were men with 68%. The mortality rate of the first group was 4,1% and from the second was 3,7%. The bivariat analysis showed that there is no association between arrhytmia and in-hospital mortality of AHF patients (p=0,748 CI 95% 0,468-1,726, OR= 0,899). Conclusions. Arrhythmia is not related to in-hospital mortality of AHF patients."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Leni Indrawati
"Latar belakang. Gagal jantung akut telah menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia dengan penyakit jantung koroner sebagai penyebab terbanyak.
Tujuan. Mengetahui hubungan antara penyakit jantung koroner dengan mortalitas pasien gagal jantung akut selama perawatan.
Metode. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang serta menggunakan 685 data sekunder dari studi Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 ? 2006.
Hasil. Penelitian ini melibatkan 957 pasien gagal jantung akut. Proporsi pasien gagal jantung akut yang mengalami penyakit jantung koroner di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 ? 2006 mencapai 74,8 %. Angka mortalitas pasien gagal jantung akut selama perawatan secara umum adalah 4,1 %. Angka mortalitas pasien yang mengalami PJK lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa PJK (P = 0,493, OR = 1,3, CI 95% 0,59 ? 2,90). Angka mortalitas pasien gagal jantung akut yang disertai penyakit jantung koroner selama perawatan adalah 4,3 %, Sedangkan pada pasien tanpa penyakit jantung koroner adalah 3,3 %.
Kesimpulan. Tidak terdapat hubungan bermakna antara riwayat penyakit jantung koroner dengan angka mortalitas gagal jantung akut selama perawatan di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 - 2006.

Background. Acute heart failure has become health problem on the world and coronary heart disease is known as common etiology.
Objective. To determine relationship between history of coronary heart disease and mortality of acute heart failure
Method. This study was conducted by using cross sectional method. Using 685 secondary data from study Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) in five hospital in Indonesia on December 2005 -2006.
Result. From 957 patient acute heart failure, about 76,2 % patient have coronary heart disease. Overall in-hospital mortality among patient with acute heart failure is 4,1 %. In-hospital mortality in patient with coronary heart disease is 4,3 % and 3,3 % in patient without coronary heart disease (P = 0,493, OR = 1,3, CI 95% 0,59 - 2,90).
Conclusion. There is no significant relationship between coronary heart disease and mortality of acute heart Failure in five hospitals in Indonesia on December 2005-2006.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S09043fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmina Diah Kumala
"Latar belakang. Gagal jantung akut telah menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia sekaligus penyebab signifikan jumlah perawatan di rumah sakit serta menghabiskan biaya yang tinggi dalam penanganannya. Riwayat hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama pada terjadinya gagal jantung akut yang terjadi pada lebih dari 50% masyarakat berusia lebih dari 65 tahun. Hipertensi juga turut menjadi faktor yang mempengaruhi prognosis gagal jantung akut sehingga perlu penelitian lebih lanjut mengenainya. Tujuan. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mengetahui lebih lanjut mengenai angka kejadian gagal jantung akut, proporsi pasien yang memilki riwayat hipertensi pada pasien gagal jantung akut, serta meneliti apakah terdapat hubungan antara riwayat hipertensi dengan angka mortalitas selama perawatan. Metode. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang serta menggunakan 685 data sekunder dari studi Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 – 2006. Hasil. Proporsi gagal jantung akut dengan hipertensi sebesar 58,4% dengan 68,3% terdiri dari pasien pria. Angka mortalitas pasien rawat gagal jantung akut dengan riwayat hipertensi adalah 3,3%. Sedangkan pada pasien tanpa riwayat hipertensi adalah 4,2%. Uji analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara riwayat hipertensi dengan angka mortalitas pasien rawat gagal jantung (p=0,509). Kesimpulan. Tidak ada terdapat hubungan bermakna antara riwayat hipertensi dengan angka mortalitas selama perawatan.

Background. Acute heart failure is the main health problem all over the world and being a significant cause of hospitality. The treatment of heart failure is high in cost. Individual hypertension record is one of the risk factor of incidence of acute heart failure happened in more than 50% of the world population aged more than 65 years old. Hypertension itself can correlated with the prognosis of acute heart failure, therefore a new research about this is needed. Objective. This research is aimed for a deeper exploration about the incidence of acute heart failure, the number of acute heart failure patient with hypertension record, and to prove the correlation between hypertension record to the in-hospital mortality rate. Methods. The design of this study was cross sectional with consecutive sampling. This study used 976 acute heart failure patients from Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) of 5 hospital in Indonesia from december 2005- 2006. Result. Patients in this study were categorized in two groups. The first group was patients with hypertension history (58,4%) and the second was group wihout hypertension history (41,6%). Majority of the patients were men with 68,3%. The mortality rate of the first group was 3,3% and from the second was 4,2%. The bivariat analysis showed that there is no association between hypertension history and in-hospital mortality of AHF patients (p=0,509). Conclusion. Hypertension history is not related to in-hospital mortality of AHF patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Gibran Fauzi
"Latar belakang. Gagal jantung akut telah menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia. Merokok merupakan salah satu faktor utama dalam insidensi penyakit kardiovaskular dan gagal jantung dan mempengaruhi baik morbiditas maupun mortalitas pada kasus gagal jantung. Saat ini terdapat perbedaan pendapat mengenai pengaruh merokok dengan angka mortalitas akibat gagal jantung.
Tujuan. Mengetahui karakteristik pasien gagal jantung akut dan mengidentifikasi hubungan antara riwayat merokok dengan mortalitas pasien gagal jantung akut selama perawatan.
Metode. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dan menggunakan 826 data sekunder dari studi Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 ? 2006.
Hasil. Proporsi pasien gagal jantung akut yang mempunyai riwayat merokok di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 ? 2006 mencapai 50,2 %. Angka mortalitas pasien gagal jantung akut adalah 3,6 %. Angka mortalitas pasien gagal jantung akut baik dengan maupun tanpa adalah 3,6 %. Analisis bivariat menunjukkan p=0,978 OR 1,010 CI 0,487-2,094
Kesimpulan. Tidak terdapat hubungan bermakna antara riwayat penyakit jantung koroner dengan angka mortalitas gagal jantung akut di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 ? 2006.
Background. Acute heart failure has become health problem on the world. Cigarette smoking is a well-established risk factor for cardiovascular disease and heart failure. Nowadays there are controversies between smoking and heart failure mortality Objectives.
Aim. To determine characteristic of patient and relation between history of smoking and mortality of acute heart failure.
Method. This is cross sectional study using 826 data from Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) in five hospital in Indonesia on December 2005 -2006.
Result. 50.2 % patients have history of smoking. Overall in-hospital mortality among patient with acute heart failure is 3.6 %. In-hospital mortality in patient with or without history of smoking is 3.6% with p = 0.978.
Conclusion. There is no significant relation between history of smoking and mortality of acute heart failure in five hospitals in Indonesia on December 2005 -2006.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Omar Luthfi
"Latar belakang. Dislipidemia merupakan salah satu faktor resiko berkembangnya gagal jantung dan telah menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia. Penelitian mengenai hubungan dislipidemia dan penyakit jantung belum banyak dilakukan di Indonesia.
Tujuan. Mengetahui karakteristik pasien gagal jantung akut dan mengidentifikasi hubungan antara riwayat dislipidemia dengan mortalitas pasien gagal jantung akut selama perawatan.
Metode. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang serta menggunakan 268 data sekunder dari studi Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 - 2006.
Hasil. Pasien gagal jantung akut dalam penelitian ini dibagi kedalam dua kelompok. Kelompok pertama merupakan pasien dengan dislipidemia (88,8% dan kelompok kedua meupakan pasien tanpa dislipidemia (12,2%). Angka mortalitas pada kelompok pertama mencapai 3,0% dan pada kelompok kedua 0%. Melalui analisis bivariat tidak didapatkan hubungan bermakna antada riwayat dislipidemia dengan mortaitas pasien gagal jantung akut (p=0,603; OR: 0,828; CI: 0,101-6,759).
Kesimpulan. Tidak terdapat hubungan bermakna antara riwayat dislipidemia dengan angka mortalitas gagal jantung akut selama perawatan di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 - 2006.

Background. Dyslipidemia can promote the development of heart failure and has become one of global health problem. The study about associatin between dyslipidemia and in-hospital mortality of acute heart failure has never been done before in Indonesia.
Objective. To define the characteristic of patient and to identify the association between dyslipidemia and in-hospital mortality of acute heart failure.
Method. The design of this study was cross sectional with onsecutive sampling. This study used 976 acute heart failure patients from Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) of 5 hospital in Indonesia from December 2005-2006.
Result. Patiens with acute heart failure in this study were categorized in two groups. The first group was patients with dyslipidemia (88,8%) and the second was group wihout dyslipidemia (12,2%). The mortality rate of the first group was 3,0% and from the second was 0%. The bivariat analysis showed that there is no association between dyslipidemia and in-mortality of AHF patients (p=0,603; OR: 0,828; CI: 0,101-6,759).
Conclusion. There is no significant association between Dyslipidemia and Inhospital Mortality of Acute Heart Failure in Five Hospital in Indonesia on December 2005 -2006."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S09130fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herlina Escana
"Pembatasan cairan sebagai salah satu intervensi pada pasien gagal jantung masih menjadi kontroversi terkait manfaat yang diperoleh. Karya ilmiah ini merupakan studi kasus yang dilakukan selama lima hari terhadap pasien gagal jantung akut dekompensasi di salah satu Rumah Sakit di Jakarta. Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pembatasan dan pemantauan cairan pada pasien gagal jantung yang mengalami kongesti. Hasil yang didapat yaitu terjadi penurunan berat badan, lingkar perut, klinis kongesti dan persepsi rasa haus setelah dilakukan pembatasan dan pemantauan cairan. Karya ilmiah ini menyarankan bahwa pembatasan cairan perlu dilakukan pada pasien gagal jantung yang mengalami kongesti untuk mengurangi beban kerja jantung dan pemantauan cairan juga perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam perawatan mandiri guna mencegah kejadian rawat inap berulang sehingga dapat terjadi peningkatan kualitas hidup pasien gagal jantung di area perkotaan.

Analysis of Nursing Care in Patient Acute Decompensated Heart Failure and Intervention of Fluid Restriction and Monitoring. Fluid restriction is one of heart failure nursing intervention still controversy regarding the benefits of these interventions. This scientific paper is a case study conducted for five days on acute decompensated heart failure patients in a hospital in Jakarta. This case study aims to determine the effectiveness of fluid restriction and monitoring in congestive heart failure patients. The results showed there a decrease in body weight, abdominal circumference, clinical congestion and perception of thirst after restriction and monitoring of fluids. This scientific paper suggests that fluid restriction needs to be applied in heart failure patients who have congestion to reduce cardiac workload and fluid monitoring also needs to be done to improve the ability of patients in self-care to prevent rehospitalizations so there is an enhancement quality of life in heart failure patients in urban society"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>