Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Winda Handika Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) merupakan masa penting bagi tumbuh kembang seorang anak, dimana apabila terjadi masalah gizi pada saat ini dapat menimbulkan akibat baik jangka pendek maupun jangka panjang di masa yang akan datang bahkan kepada generasi selanjutnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi gagal tumbuh berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF), dan untuk mengetahui perbedaan proporsi gagal tumbuh pada anak balita berdasarkan karakteristik anak balita. lima, riwayat penyakit menular, karakteristik sosial ekonomi, ketahanan pangan rumah tangga, dan asupan makanan. . Penelitian dilaksanakan di Desa Jatinegara dan Pulo Gebang, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, pada bulan April sampai Juni 2019. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 163 anak usia 6-23 bulan yang datang ke 8 Posyandu terpilih. Data diperoleh melalui pengukuran berat badan dan panjang baduta, wawancara, dan recall 1x24 jam. Analisis univariat menunjukkan bahwa prevalensi gagal tumbuh pada anak balita adalah 31,9%. Prevalensi masing-masing kategori gagal tumbuh hanya wasting, wasting & underweight, wasting, stunting, & underweight, stunting & underweight, dan stunting saja, yaitu 13,5%; 8,0%; 3,1%; 3,1%, dan 4,3%. Analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel yang memberikan perbedaan proporsi gagal tumbuh pada balita adalah variabel panjang lahir (p-value = 0,039; OR = 2,266), asupan energi (p-value = 0,000; OR = 9,979), dan asupan protein (p-value = 0,027; OR = 2,240).
ABSTRACT
The First Thousand Days of Life (1000 HPK) is an important period for the growth and development of a child, where if there is a nutritional problem at this time it can have both short-term and long-term consequences in the future, even to the next generation The purpose of this study was to determine the prevalence of failure to thrive based on the Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF), and to determine differences in the proportion of failure to thrive in children under five based on the characteristics of children under five. five, history of infectious diseases, socio-economic characteristics, household food security, and food intake. . The research was conducted in Jatinegara and Pulo Gebang Villages, Cakung District, East Jakarta, from April to June 2019. The research design used was cross sectional. The sample of this study was 163 children aged 6-23 months who came to 8 selected Posyandu. Data were obtained through measurements of body weight and length of the baduta, interviews, and 1x24 hour recall. Univariate analysis showed that the prevalence of failure to thrive in children under five was 31.9%. The prevalence of each category of failure to thrive is only wasting, wasting & underweight, wasting, stunting, & underweight, stunting & underweight, and stunting only, which is 13.5%; 8.0%; 3.1%; 3.1%, and 4.3%. Bivariate analysis showed that the variables that provided differences in the proportion of failure to thrive in children under five were birth length (p-value = 0.039; OR = 2.266), energy intake (p-value = 0.000; OR = 9.979), and protein intake (p-value). = 0.027; OR = 2.240).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Safitri
Abstrak :
Gagal tumbuh selama ini menggunakan pengukuran antropometri menurut indeks konvensional yang diukur terpisah, sementara kekurangan gizi tidak dapat berdiri sendiri. Pengukuran gagal tumbuh menggunakan CIAF diperlukan untuk melengkapi kegagalan antropometri yang lebih komprehensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan gagal tumbuh dengan perkembangan anak usia 24-59 bulan di desa lokus stunting wilayah kerja Puskesmas Sungai Limau. Menggunakan desain studi cross sectional dengan teknik simple random sampling, analisis chisquare dan regresi logistik model faktor risiko dengan sampel 105 anak usia 24-59 bulan. Anak mengalami perkembangan meragukan sebanyak 31,4%, perkembangan sesuai 68,6%, gagal tumbuh sebanyak 29,5% dan normal 70,5%. Hasil bivariat menunjukkan terdapat hubungan antara gagal tumbuh dengan perkembangan anak(p=0,028), gagal tumbuh berhubungan dengan perkembangan motorik kasar (p=0,002) dan kemampuan bicara bahasa (p=0,050).Variabel lain yang berhubungan dengan perkembangan anak yaitu pendidikan ibu (p=0,002), pekerjaan ibu (p=0,003), pendapatan(p=0,003), ASI ekslusif (p=0,0034), dan stimulasi (p=0,0005). Analisis multivariat menunjukkan gagal tumbuh tetap konsisten berhubungan dengan perkembangan anak (p=0,002). Gagal tumbuh berhubungan dengan perkembangan meragukan setelah dikontrol beberapa variabel kovariat. Pelaksanaan program deteksi dini tumbuh kembang anak memerlukan kerjasama dan komitmen lintas sektor kesehatan dan pendidikan yaitu mengintegrasikan kegiatan posyandu dan Pendidikan Anak Usia Dini. ...... Failure to thrive so far using anthropometric measurements according to conventional indices measured separately, while malnutrition cannot stand alone. Measurement of failure to thrive using CIAF is needed to complement more comprehensive anthropometric failures. This study aims to determine the relationship between failure to thrive and the development of children aged 24-59 months in the stunting locus village of the Sungai Limau Health Center work area. Using a cross-sectional study design with simple random sampling techniques, chisquare analysis and logistic regression risk factor models with a sample of 105 children aged 24-59 months. Children experienced dubious development as much as 31.4%, corresponding development 68.6%, failure to grow as much as 29.5% and normal 70.5%. Bivariate results showed an association between failure to thrive with child development (p = 0.028), failure to thrive was associated with gross motor development (p = 0.002) and speech skills (p = 0.050). Other variables related to child development were maternal education (p = 0.002), maternal employment (p = 0.003), income (p = 0.003), exclusive breastfeeding (p = 0.0034), and stimulation (p = 0.0005). Multivariate analysis showed failure to thrive remained consistently associated with child development (p = 0.002). Failure to thrive was associated with dubious development after controlling for several covariate variables. The implementation of early detection programs for child growth and development requires cooperation and commitment across the health and education sectors, namely integrating posyandu and Early Childhood Education activities.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library