Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Masreni R.
Abstrak :
Tingkat stres pada mahasiswa dapat mempengaruhi kualitas tidur dan dapat mempengaruhi munculnya gangguan tidur. Penelitian ini membahas mengenai hubungan tingkat stres dengan gangguan tidur pada mahasiswa tingkat akhir FIK UI. Penelitian menggunakan desain deskriptif korelatif. Sampel berjumlah 70 mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan angkatan 2011. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Responden mengisi kuesioner berupa data demografi, 20 pernyataan kuesioner tingkat stres, dan 7 pertanyaan mengenai tidur SMH Questionnarie. Melalui hasil analisis chi square menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat stres dengan gangguan tidur (p value 0,018; α 0,05). Hasil menunjukkan mahasiswa dengan tingkat stres sedang dan mengalami gangguan tidur (67,6%); mahasiswa dengan tingkat stres ringan dan mengalami gangguan tidur (36,4%). Rekomendasi yang dapat dilakukan oleh perawat pada mahasiswa adalah melakukan manajemen stres dan meningkatkan kualitas tidur. ...... This study used descriptive correlative design which anime to identify the relationship between stress levels and sleep disturbance in college students. This research was using sample amounted 70 students come from Faculty of Nursing University of Indonesia. Researcher also used simple random sampling. Respondents were given questionnaires which was consists of 3 statements about demographic data, 20 statements about the level of stress, and 7 statements of sleep disturbance SMH questionnaires. The result showed there was bound relationship between stress levels and sleep disturbance (p value 0,018; α 0,05). Result showed students with moderate levels of stress and the incidence of sleep disturbance (67,6%); and students with mild stress levels and the incidence of sleep disturbance (36,4%). The recommendations can be done by nurses is performing management of stress and improve the quality of sleep.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64732
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Sagung Seto, 2018
616.849 8 PAN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Agatha
Abstrak :
Latar belakang: Penggunaan internet meningkat terutama dengan adanya pandemik COVID-19 yang terjadi, hal ini berkontribusi terhadap kejadian adiksi internet. Usia remaja dan dewasa muda, sepertinya usia seorang mahasiswa, merupakan populasi paling rentan terhadap penggunaan internet dan adiksi internet. Adiksi internet sering juga dihubungkan dengan beberapa aspek psikologis, salah satunya yang akan dibahas pada penelitian ini, merupakan kualitas tidur. Metode: Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dengan metode analitik observasional. Data penelitian didapat dengan menyebarkan kuesioner daring menggunakan Google Forms, berisi lembar informed consent, kuesioner data demografik, Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), dan Kuesioner Diagnostik Adiksi Internet (KDAI). Kuesioner disebarkan melalui sosial media kepada populasi target. Kemudian data yang didapat dilakukan uji statistik menggunakan program SPSS, untuk menemukan hubungan antara masalah adiksi internet dan gangguan tidur. Hasil: Dari 282 responden penelitian yang merupakan mahasiswa FKUI tahap akademik, ditemukan prevalensi adiksi internet yaitu 23,40% (n=66), dan prevalensi gangguan tidur yaitu 45,39% (n=128). Hubungan dari variabel adiksi internet dan gangguan tidur diuji menggunakan uji Kai-Kuadrat dan ditemukan hubungan signifikan (Nilai p 0,000 (<0,05)). Dari 66 populasi adiksi internet, 46 juga mengalami gangguan tidur. Selain itu, dilakukan juga uji korelasi antara faktor demografik dan pola penggunaan internet terhadap gangguan tidur, menggunakan uji Spearman. Hasil uji korelasi tidak ditemukan hubungan signifikan (Nilai p<0,05). Mahasiswa FKUI cenderung menggunakan internet untuk media sosial (63,48%) dibandingkan dengan pembelajaran (20,92%). Kesimpulan: Ditemukan hubungan bermakna antara adiksi internet dan gangguan tidur pada mahasiswa ......Background: Internet usage has increased during the ongoing COVID-19 pandemic, this has contributed to the incidence of internet addiction. Adolescents and young adults are the population most vulnerable population to internet use and internet addiction. Several psychological aspects are often related to internet addiction, one of which will be discussed in this study is sleep quality. Methods: The study that was conducted is a observational analysis cross-sectional design. The data in this research was obtained by distributing an online questionnaire using Google Forms, containing an informed consent sheet, a demographic data questionnaire, the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), and the Kuesioner Diagnostik Adiksi Internet (KDAI). The questionnaire was distributed via social media to the target population. Then the data obtained were statistically tested using the SPSS program, to find the relationship between internet addiction problems and sleep disorders. Results: In a total of 282 respondents from Pre-Clinical students of the Faculty of Medicine, University of Indonesia, it was found that the prevalence of internet addiction was 23.40% (n=66), and the prevalence of sleep disorders was 45.39% (n=128). The relationship between internet addiction and sleep disorders was tested using the Chi-Square test and a significant relationship was found (p-value 0.000 (<0.05)). Of the 66 respondents with internet addiction, 46 also experience sleep disorders. In addition, a correlation test was also conducted between demographic factors and internet usage patterns on sleep disorders, using the Spearman test. Correlation test found no significant relationship (p-value <0.05). FKUI students use the internet for social media (63.48%) compared to learning (20.92%). Conclusion: There is significant relationship between internet addiction and sleep disorders among university students.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Cheng
Abstrak :
Tidur adalah hal yang penting bagi anak karena terjadi peningkatan aktivitas susunan saraf pusat tertentu untuk memberikan efek fisiologis bagi tubuh. Banyak faktor yang menyebabkan gangguan tidur, salah satu yang dapat dimodifikasi adalah faktor nutrisi. Aspek nutrisi yang diperkirakan berkaitan adalah status gizi, asupan besi, dan asupan magnesium. Status gizi merupakan parameter secara umum keseimbangan antara derajat kebutuhan fisik anak terhadap nutrien. Besi dan magnesium berhubungan karena mempengaruhi substansi yang berperan dalam pengaturan fisiologi tidur. Penelitian ini merupakan studi observasi-analitik untuk melihat hubungan antara status gizi, asupan besi, dan asupan magnesium dengan gangguan tidur pada anak usia 5-7 tahun dengan metode cross-sectional dari data sekunder pada anak-anak di Posyandu Kampung Melayu, berupa status antopometri, asupan besi, asupan magnesium, dan skor gangguan tidur dengan kuesioner Sleep Disturbance Scale for Children (SDSC). Gangguan tidur dinyatakan bila skor SDSC melewati angka 39. Prevalensi anak yang mengalami gangguan tidur pada penelitian ini adalah 23,1 %. Pada uji chi-square untuk hubungan indeks Berat Badan/Umur dan Tinggi Badan/Umur dengan gangguan tidur didapatkan p>0,05 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan berbeda bermakna secara statistik. Pada uji chi-square untuk hubungan asupan besi dan magnesium dengan gangguan tidur, didapatkan p>0,05 yang menandakan tidak terdapat hubungan berbeda bermakna secara statistik. ......Sleep is esential for children because there is enhancement of neural system activities that give physiologic effects for the body. There are several factors that relate with sleep disturbances, which one of the modifiable factor is nutrition. Nutritional status, iron intake, and magnesium intake are examples of nutrition that are believed to have relation. Nutritional status represents the balance between nutritional intake and expenditure. Iron and magnesium are micronutrients that have relation to the substance that regulate ssleep mechanism. This study is an observational-analysis study to examine the contribution of nutritional status, iron intake, and magnesium intake to the sleep disturbance in age five to seven children, was conducted with the cross-sectional method to the secondary data of children in Posyandu Kampung Melayu. Data include nutritional status, iron intake, magnesium intake, and sleep disturbance diagnosed with the Sleep Disturbance Scale for Children. The cut-off point to identify the disturbance is 39. Prevalence of children that have sleep disturbance is 23,1 %. In the chi-square analysis to determine the relation between Body Weight on Age, Height on Age and the sleep disturbance, the p value is more than 0,05 that explains statistically no relation. In the chi-square analysis to determine the relation between iron intake and magnesium intake to sleep disturbance, the p value is more than 0,05 that also defines statistically there is no relation between those variables.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fijri Auliyanti
Abstrak :
Latar belakang. Gangguan tidur pada remaja memiliki prevalens yang tinggi dan dapat memengaruhi prestasi akademik di sekolah. Namun, sejauh ini di Indonesia, belum terdapat studi yang meneliti prestasi akademik pada remaja dengan gangguan tidur serta faktor yang berhubungan. Tujuan. Penelitian ini untuk mengetahui: (1) prevalens dan pola gangguan tidur berdasarkan SDSC, (2) proporsi murid SMP dengan gangguan tidur yang memiliki prestasi akademik di bawah rerata, (3) hubungan antara: jenis kelamin, motivasi dan strategi belajar, nilai IQ, tingkat pendidikan ibu, tingkat sosial ekonomi keluarga, struktur keluarga, pendidikan di luar sekolah, adanya TV/komputer di kamar tidur, durasi tidur di hari sekolah, perbedaan waktu tidur dan bangun, dan prestasi akademik murid SMP dengan gangguan tidur. Metode. Penelitian potong lintang analitik di lima SMP di Jakarta pada bulan Januari hingga Maret 2013. Skrining gangguan tidur dengan kuesioner Sleep Disturbance Scale for Children dilakukan terhadap 491 orang murid SMP di Jakarta. Murid yang memenuhi kriteria gangguan tidur diminta mengisi kuesioner motivasi dan strategi pembelajaran. Peneliti meminta nilai IQ subjek penelitian. Hasil. Terdapat 129 subjek yang memenuhi kriteria gangguan tidur. Empat orang subjek di drop-out karena tidak memiliki nilai IQ. Prevalens gangguan tidur sebesar 39,7% dengan jenis gangguan tidur terbanyak adalah gangguan memulai dan mempertahankan tidur (70,2%). Sebanyak 47,6% subjek memiliki prestasi akademik di bawah rerata. Sebagian besar subjek perempuan (71%), termasuk sosial ekonomi menengah ke bawah (58,9%), memiliki motivasi dan strategi belajar yang cukup (72,6%), dan mengikuti pendidikan di luar sekolah (87,9%). Tiga belas subjek yang memiliki nilai IQ di bawah rata-rata tidak diikutsertakan dalam analisis bivariat dan multivariat. Berdasarkan uji regresi logistik, faktor yang paling berhubungan dengan prestasi akademik di bawah rerata secara berurutan, yaitu pendidikan di luar sekolah (> 2 jenis, non-akademik), nilai IQ rata-rata, dan jenis kelamin lelaki. Simpulan. Prevalens gangguan tidur pada murid SMP di Jakarta adalah 39,7% dengan jenis gangguan tidur terbanyak adalah gangguan memulai dan mempertahankan tidur. Sebanyak 47,6% subjek memiliki prestasi akademik di bawah rerata. Faktor yang terbukti berhubungan dengan prestasi akademik di bawah rerata adalah pendidikan di luar sekolah (> 2 jenis, non-akademik), nilai IQ rata-rata, dan jenis kelamin lelaki. ...... Background. Sleep disorders are prevalent in adolescents and may influence their academic achievement at school. However, in Indonesia, no research has ever been done to study academic achievement in students with sleep disorders and related factors. Objectives. This study aimed to define: (1) the prevalence of sleep disorders and their patterns based on the SDSC questionnaire, (2) the proportion of junior high school students having low average academic achievement, (3) the relationship between factors; i.e gender, motivation and learning strategies, IQ level, mothers' educational level, socioeconomic level, family structure, non-formal education, TV/computer set inside the bedroom, sleep duration during schooldays, bedtimewakeup time difference; and the academic achievement in junior high school students with sleep disorders. Method. This was an analytical cross-sectional study, performed at five junior high schools in Jakarta between January to March 2013. Screening for sleep disorders, based on the Sleep Disturbance Scale for Children questionnaires, was done in 491 junior high school students. Students who fulfilled the criteria of sleep disorders, were asked to fill in the Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ). The IQ level of each subjects was also measured. Results. There were 129 subjects who fulfilled the sleep disorders criteria. Four subjects were dropped out due to they didn?t have IQ level. The prevalence of sleep disorder in this study was 39.7%, mostly difficulty in initiating and maintaining sleep (70.2%). There were 47.6% subjects had low average academic achievement. As many as 13 subjects had low average IQ level and were not included in bivariate and multivariate analysis. Subjects mostly female (71%), with middle-low income (58.9%), had moderate motivation and learning strategies (72.6%), and attended non-formal education (87.9%). Based on the logistic regression analysis, the most influencing factors to the low average academic achievement are consecutively: the non-formal education ( > 2 types, non-academic), the average IQ level, and male sex. Conclusion. The prevalence of sleep disorders in junior high school students in Jakarta are 39.7%, mostly difficulty in initiating and maintaining sleep. There were 47.6% subjects had low average grade. Factors related to the low average academic achievement are non-formal education ( > 2 types, non-academic), the average IQ level, and male sex.
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang : Insomnia merupakan gangguan tidur yang sering dialami pascatrauma kepala, tetapi faktor yang berhubungan dengan insomnia belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi insomnia pascatrauma kepala dan faktor yang berhubungan. Metode penelitian: Desain penelitian potong lintang deskriptif menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) versi Bahasa Indonesia pada pasien pascatrauma kepala di Poliklinik Neurologi RSUPN Ciptomangunkusumo, RSUD Pasar Rebo dan RSPAD Gatot Soebroto selama bulan Maret-Mei 2016 dengan onset minimal tiga bulan. Faktor yang dianalisis adalah derajat keparahan trauma kepala, gambaran CT-Scan kepala, derajat nyeri kepala, gangguan depresi dan ansietas. Derajat keparahan trauma kepala dinilai berdasarkan skala koma Glasgow, lamanya pingsan, lamanya amnesia pascatrauma dan CT-Scan kepala. Insomnia ditetapkan jika skor PSQI >8. Nyeri kepala dinilai dengan numeric rating scale, gangguan depresi dan ansietas dinilai dengan Mini Internasional Neuropsychiatric Interview Version ICD-10 (MINI ICD-10). Hasil : Diantara 70 orang subjek pascatrauma kepala, didapatkan prevalensi insomnia sebesar 33%. Subjek cedera kepala berat (31%) memiliki risiko 3,4 kali mengalami insomnia dibandingkan cedera kepala ringan (42%) (IK 95% 1,072-10,806). Subjek dengan nyeri kepala sedang sampai berat (26%) memiliki risiko 5,78 kali mengalami insomnia dibandingkan subjek tanpa nyeri sampai nyeri kepala ringan (74%) (IK 95% 1,730-19,315). Tidak didapatkan hubungan antara gangguan depresi (9%), ansietas (3%) dengan insomnia. Kesimpulan : Insomnia banyak dijumpai pascatrauma kepala. Keluhan nyeri kepala sedang sampai berat, dan cedera kepala berat merupakan faktor yang berhubungan dengan insomnia
ABSTRACT
Background : Insomnia is very common following traumatic brain injury (TBI), but the related factors with insomnia is less known. This study was aimed to determine the prevalence of insomnia after TBI and related factors. Methods : Cross-sectional descriptive study using Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) Indonesian version on patients with history of TBI, with a minimum of three months since onset, in Neurology clinic of Cipto Mangunkusumo general hospital, Pasar Rebo general hospital and Gatot Soebroto Army hospital during March-May 2016. The analyzed factors consisted of: severity of TBI, head CT-Scan findings, severity of headache, depression, and anxiety disorders. Severity of TBI was assessed on Glasgow coma scale, duration of loss of consciousness, duration of post traumatic amnesia and head CT-Scan findings. Insomnia was determined if PSQI score > 8. Severity of headache was measured by numeric rating scale, depression and anxiety disorders were assessed based on Mini Internasional Neuropsychiatric Interview Version ICD-10 (MINI ICD-10). Results : Prevalence of insomnia among 70 subjects after TBI was 33%. Severe TBI subjects (31%) had 3.4 times the chance of developing insomnia compared to mild cases (42%) (CI 95% 1.072-10.806). Moderate-severe headache subjects (26%) had 5.78 times the risk of having insomnia compared to no headache-mild headache cases (74%) (CI 95% 1.730-19.315). No significant relation could be established between depression (9%), anxiety disorders (3%) with insomnia. Conclusion : Insomnia is common after TBI. Moderate-severe headache and severe TBI are the related factors of insomnia.
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Adhi Darmawan
Abstrak :
Gangguan tidur pada bayi atau anak merupakan masalah yang sering didapatkan orang tua. Sekitar 20-30 % bayi di dunia mengalami gangguan pada tidurnya. Gangguan tidur pada anak dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak baik dalam aspek fisik, sosial, kognitif, dan perilaku anak. Hal ini penting karena perkembangan dan pertumbuhan memegang peranan penting hingga usia lima tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mencari prevalensi gangguan tidur dan hubungan antara gangguan tidur dengan perkembangan dan pertumbuhan anak usia usia 6 sampai 36 bulan di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Penelitian ini dilakukan April 2014 hingga Juli 2015 terhadap 62 anak usia 6-36 bulan di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive dan merupakan studi analitik seksi silang. Pengambilan data pada sampel dilakukan melalui wawancara dengan kuesioner yang telah di uji coba dan BISQ. Hasil analisis bivariate menunjukkan P-value >0,05 yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi gangguan tidur sebanyak 17,7% dari 62 subjek terdiri dari 33 anak laki-laki dan 29 anak perempuan. Dari tingkat pendidikan ayah dan ibu sebagian besar masuk ke dalam kategori menengah dengan 63,4 % dan 59,6%. Sebanyak 59,6 % anak minum ASI pada variabel perilaku anak sebelum tidur dan 38,7 % mengaku biasa saja pada kategori kesulitan menidurkan anak. Pada status gizi dan status perkembangan, 72,7 % anak dikelompokkan ke kategori status gizi normal dan 58% anak dikelompokkan ke kategori status perkembangan sesuai. Setelah dilakukan uji hipotesis Fisher, tidak ditemukan hubungan bermakna secara statistik antara gangguan tidur dengan pertumbuhan dan perkembangan (P>0,05). ......Sleep disorder on kids is a problem that is often faced by parents. Around 20 to 30% babies have sleep disorder worldwide. Sleep disorder can cause disturbance to children?s growth and development. This issue needs to be addressed well, considering this particular age is the golden period that determines the children?s future growth and development. This research aims to seek for the relation between sleep disorder with growth and development on children aged 6 to 36 months in Kampung Melayu, East Jakarta. This research is a cross-sectional study, and the data is taken through anthropometry measurement and filling two sets of questionnaires, general questionnaires regarding growth and development and BISQ. Data is then analyzed in bivariate, which the result shows p value > 0,05. This means that there is no statistically relevant relation between sleep disorder with nutritional status and development. This study shows that the prevalence of sleep disorder is 17,7% out of 62 subjects, which consist of 33 boys and 29 girls. The education status shows that 63,4% of fathers and 59,6% of mothers are in average category. 59,6% of children are breastfed before sleep and 59,6% of parents don?t undergo significant problems while putting their children to sleep. For the categories of nutritional status and development, 72,7% of children have normal nutritional status and 58% have appropriate development. Through Fisher test, there is no statistically relevant relation between sleep disorder and growth and development (p>0,05).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Djohan
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Lima kota besar di Indonesia memiliki prevalensi bayi dengan gangguan tidur sebesar 44,2 dengan rerata umur dua belas bulan. Hal ini diakibatkan karena fase tidur yang tidak terpenuhi menurunkan kualitas dan kuantitas tidur. Buruknya kualitas dan kuantitas tidur dapat menyebabkan gangguan perilaku dan emosi dan terhambatnya perkembangan kognitif pada bayi. Memijat bayi diketahui dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur bayi. Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu mengenai pijat bayi terhadap gangguan tidur bayi berumur 6 ndash; 24 bulan. Metode: Penelitian menggunakan desain potong lintang dengan 95 subjek yang memenuhi kriteria inklusi, eksklusi, serta dropout jika tidak mengisi kuesioner secara lengkap. Subjek berasal dari Kelurahan Kampung Melayu. Data penelitian berupa kuesioner tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai pijat bayi yang melewati uji validitas dan Brief Infant Sleeping Questionnaire. Hasil: Penelitian ini menyatakan bahwa tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku yang baik adalah 86 subjek 90,5 , 87 subjek 91,6 , dan 58 subjek 65,2 . Selain itu, tidak ditemukan hubungan bermakna secara statistik antara tingkat pengetahuan dengan adanya gangguan tidur pada bayi p = 0,135 , sikap dengan adanya gangguan tidur pada bayi p = 1,333 , dan perilaku dengan adanya gangguan tidur pada bayi p = 0,644 . Adanya gangguan tidur pada bayi dinilai dengan BISQ. Kesimpulan: Subjek penelitian yang memiliki tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku yang baik adalah 86 subjek 90,5 , 87 subjek 91,6 , dan 58 subjek 65,2 , dan hasil analisis statistik menunjukan tidak adanya hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu mengenai pijat bayi terhadap gangguan tidur bayi berumur 6 ndash; 24 bulan. Kata kunci: 6 ndash; 24 bulan, Gangguan Tidur Bayi, Pengetahuan, Perilaku, Pijat Bayi, Sikap.
Introduction The prevalence of infant rsquo s sleeping disturbance around 12 months is 44.2 in Indonesia rsquo s five huge city. This high prevalence may be caused by incomplete sleeping pattern, thus lowering the quality and quantity of the sleep. This event will lead to behavior and emotional problem and hindrance of cognitive development. Giving massage to the baby is known to increase the quality. Aim The study was conducted to determine the relationship between mother rsquo s knowledge, attitude, and practice of baby massage with sleeping disturbance in 6 ndash 24 months infant. Method The study uses cross ndash sectional design with 95 subjects adjusted from inclusion, exclusion, and dropout criteria. The subject is located in Kelurahan Kampung Melayu. The data was obtained from mother rsquo s knowledge, attitude, and practice of baby massage questionnaire, which is already tested for validation, and Brief Infant Sleeping Questionnaire. Result The results showed that around 86 subjects 90.5 has good knowledge, 87 subjects 91.6 has good attitude, and 58 subjects 65.2 has good practice about baby massage. There is no statistical relation between knowledge with infant rsquo s sleep disturbance p 0.135 , attitude with infant rsquo s sleep disturbance p 1.333 , and practice with infant rsquo s sleep disturbance p 0.644 . Infant rsquo s sleep disturbance is evaluated through BISQ. Conclusion The subject that has good knowledge, attitude, and practice about baby massage is 86 subjects 90.5 , 87 subjects 91.6 , and 58 subjects 65.2 respectively, and the statistical analysis shows that there is no relationship between mother rsquo s knowledge, attitude, and practice of baby massage with sleeping disturbance in 6 ndash 24 months infantKeyword 6 ndash 24 months, Attitude, Baby Massage, Knowledge, Practice, Sleep Disturbance.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Astiny
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Penyakit Parkinson merupakan suatu kondisi neurodegeneratif kronik progresif dengan gejala motorik dan nonmotorik. Gejala nonmotorik yang paling sering ditemukan pada penyakit Parkinson adalah gangguan tidur dengan prevalensi sebanyak 65-95 . Scales for Outcome in Parkinson rsquo;s Disease Sleep SCOPA-SLEEP adalah kuesioner tidur yang terdiri dari skala nighttime scale NS , daytime scale DS , dan skala penilaian kualitas tidur. Kuesioner ini digunakan untuk menapis dan menilai derajat keparahan gangguan tidur pada penyakit Parkinson yang direkomendasikan oleh Movement Disorder Society MDS . Tujuan: Mendapatkan instrumen SCOPA-SLEEP versi bahasa Indonesia yang valid dan reliabel.Metode: Tiga puluh tujuh pasien penyakit Parkinson di Poliklinik Neurologi dan Geriatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang memenuhi kriteria inklusi diikutsertakan dalam penelitian potong lintang ini. Pasien mengisi kuesioner SCOPA-SLEEP sebanyak 2 kali dengan jarak waktu 1 minggu. Konsep yang digunakan untuk uji validitas SCOPA-SLEEP INA adalah validasi lintas budaya menurut metode World Health Organization WHO . Uji reliabilitas dinilai menggunakan nilai alpha Cronbach.Hasil: SCOPA-SLEEP INA telah melalui validasi lintas budaya menurut WHO dengan nilai koefisien korelasi Spearman berkisar antara 0,479-0,880 pada pemeriksaan pertama dan 0,359-0,899 pada retest. Nilai alpha Cronbach pada pemeriksaan pertama adalah 0,827 untuk skala NS dan 0,723 untuk skala DS. Pada retest nilai alpha Cronbach untuk skala NS adalah 0,853 dan 0,592 untuk skala DS. Kesimpulan: SCOPA-SLEEP INA valid dan reliabel untuk digunakan sebagai instrumen penapis dan penilai gangguan tidur pada penyakit Parkinson.
ABSTRACT Background Parkinson rsquo s disease PD is a chronic progressive neurodegenerative disease with motor and non motor symptoms. Sleep disorders are the most common non motor symptoms in PD with prevalence of 65 95 . Scales for Outcome in Parkinson rsquo s Disease Sleep SCOPA SLEEP is a sleep questionnaire which consist of nighttime scale NS , daytime scale DS , and quality of sleep scale. It is recommended by Movement Disorder Society MDS to screen and assess the severity of sleep disorders in PD.Aim To gain a valid and reliable Indonesian version of SCOPA SLEEP instrument.Method Thirty seven PD patients in the Neurology and Geriatric clinic of Cipto Mangunkusumo hospital which fulfilled the inclusion criteria were included in this cross sectional study. These patients answered the SCOPA SLEEP twice with 1 week interval. The concept of validity study test of SCOPA SLEEP INA was transcultural validation based on World Health Organization WHO method. Reliability study test was assessed by Cronbach rsquo s alpha score.Results SCOPA SLEEP INA had transcultural validation based on WHO method with Spearman rsquo s correlation coefficient scores ranged from 0.479 to 0.880 in first test and 0.359 0.899 in the retest. Cronbach rsquo s alpha score in first test were 0.827 for NS scale and 0.723 for DS scale, respectively. In the retest, they were 0.853 for NS scale and 0.592 for DS scale, respectively.Conclusion SCOPA SLEEP INA is a valid and reliable instrument to be used as instrument in screening and assessing sleep disorders in PD.
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Umaiya Anggraeni
Abstrak :
Gizi buruk merupakan salah satu masalah perkotaan yang sering terjadi pada anak. Anak dengan gizi buruk yang dirawat di rumah sakit beresiko mengalami masalah tidur yang mengakibatkan terhambatnya penyembuhan fisik anak. Karya tulis ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan pada anak dengan masalah gizi buruk yang mengalami gangguan tidur. Masalah keperawatan yang ditegakkan meliputi ketidakefektifan bersihan jalan napas, penurunan curah jantung, ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh dan gangguan pola tidur. Asuhan keperawatan yang diberikan yaitu terapi musik lullabies dengan durasi 60 menit dan dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu saat tidur siang dan malam hari. Intervensi musik ini dapat menjadi pertimbangan bagi institusi pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah tidur pada anak.
Undernutrition is one of the most common urban problems in children. Undernutrition children are vulnerable to experience sleep problem during their hospitalization period lead to delayed healing process. This paper aims to describe the implementation of nursing intervention in children with malnutrition that experience sleep disorders. Nursing problems that emerged were ineffective airway clearance, decreased cardiac output, imbalanced nutritional: less than body and sleep patterns disorder. The nursing intervention conducted was lullabies music therapy with duration of 60 minutes and twice a day; day and night. This paper is expected to be considered for health care institutions to implement music therapy in overcoming sleep disorders in children.
2020
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>