Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dandy Fadhilah
"Cadangan minyak bumi pada saat ini akan semakin menipis. Diperkirakan akan habis selama 15-20 tahun ke depan. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya kendaraan bermotor. Akibatnya, polusi udara yang disebabkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor juga semakin meningkat. Penelitian mengenai bahan-bahan alami pengganti bensin ataupun aditif bensin juga semakin banyak diteliti untuk menurunkan konsumsi bahan bakar dan juga mengurangi emisi gas buang. Salah satunya adalah penelitian mengenai minyak serai wangi sebagai bioaditif bensin. Metode yang digunakan dalam penelitian minyak serai wangi sebagai bioaditif pada bahan bakar bensin digunakan metode ekstraksi tanaman serai wangi dengan menggunakan pelarut metanol. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah waktu operasi ekstraksi yaitu selama 1, 3, dan juga 5 jam dan juga divariasikan ukuran pengecilan bahan dan juga penempatan bahan yang akan diekstraksi. Didapatkan hasil terbaik untuk ekstraksi adalah dengan metode “Diblender – Diletakan Pada Labu Leher 1 – Selama 5 Jam”. Didapatkan Yield minyak serai wangi sebesar 9,2% - 9,5%. Kandungan terbesarnya adalah Sitronella. Dengan Densitas dan Viskositas masing-masing adalah 0,8678 g/cm3 dan 3,416 cSt. Flash Point dan Kadar Air didapatkan masing-masing 84°C dan 0,75%. Pengujian Performa Bioaditif Minyak Serai Wangi pada bahan bakar bensin RON 88 dapat menghemat kendaran sebesar 20% dan juga menurunkan Emisi Gas Buang. Serta dapat menyempurnakan pembakaran karena terdapat senyawa oksigenat untuk menambahkan kadar oksigen dan memberikan energi tambahan sebesar 5687,3 – 7112,9 kj.

Petroleum reserves at this time will be depleting. It is estimated that it will run out over the next 15-20 years. This is due to the increasing number of motorized vehicles. As a result, air pollution caused by motor vehicle exhaust emissions has also increased. Research on natural ingredients to replace gasoline or gasoline additives is also increasingly being studied to reduce fuel consumption and also reduce exhaust emissions. One of them is research on citronella oil as a bioaditive gasoline. The method used in citronella oil research as a bioaditive in gasoline fuels used the citronella extraction method using methanol as a solvent. The independent variable used in this study was the extraction operation time, which was 1, 3, and also 5 hours and also varied the size of the reduction in material and also the placement of the material to be extracted. The best results obtained for extraction are by the method "Blend - Put on Glass Neck 1 - For 5 Hours". Obtained citronella oil yield of 9.2% - 9.5%. The biggest ingredient is Sitronella. With Density and Viscosity respectively 0.8678 g/cm3 and 3.416 cSt. Flash Point and Water Content were 84°C and 0.75%, respectively. Testing the Bioaditive Performance of Citronella Oil in RON 88 gasoline can save vehicles by 20% and also reduce exhaust emissions. And can improve combustion because there are oxygenate compounds to add oxygen levels and provide additional energy of 5687.3 - 7112.9 kj.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mas Wicaksono Santoso
"Pemakaian sumber energi khususnya gas alam, emisi merupakan hasil yang
tidak diinginkan oleh kegiatan industri baik itu industri minyak maupun gas bumi,
di lain sisi emisi gas yang dibuang dapat bernilai dan perlu upaya untuk mencegah
terjadinya pencemaran lingkungan. Pemanfaatan ini dapat dilakukan oleh pihak
perusahaan industri yang menjalankan dengan penambahan extraction plant untuk
memanfaatkan gas yang terbuang. Untuk itu diperlukan adanya studi kelayakan
usaha dalam pembangunan plant sehingga banyak proyek serupa dijalankan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan proyek pembangunan
ekstraksi plant dengan kapasitas 20 MMSCFD dan 40 MMSFCD di daerah
Sumatera Selatan, dengan menggunakan metode formula financial dan
engineering economy berdasarkan harga jual gas, IRR, NPV, PBP, dan BCR proyek sehingga pemanfaatan gas sisa ini dapat terealisasikan.

Abstract
Use of energy resources, especially natural gas, emissions are the result of
unwanted by industrial activities both oil and gas industry, on the other side of the
removed gas emissions can be valuable and necessary measures to prevent
environmental pollution. Utilization can be made by the company that runs the
industry with the addition of extraction plant to utilize the wasted gas. It requires
a feasibility study in the construction of the plant so many similar projects
executed. This study aims to determine the feasibility of extraction of plant
development project with a capacity of 20 MMSCFD and 40 MMSFCD in South
Sumatra, by using financial formulas and methods of engineering economy is
based on gas sales price, IRR, NPV, PBP, and the BCR of the project so that the
utilization of residual gas can be realized."
2012
T30853
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Mubarak
"Southeast Asia, as the world fastest growing market, has become the destination for multinational companies to operate their businesses. The increasing number of companies in the region will result in raised levels of CO2 emissions because of their transport and logistics activity. This paper aims to develop a CO2 emissions framework by considering the actual conditions of the region, and by calculating the level of emissions with a case study of Indonesia. Several steps were involved in the design of the framework. First, research was conducted on available frameworks which estimate CO2 emissions in logistics. Second, the model for CO2 emissions calculation was built by breaking down all the factors influencing calculations. Third, the model was applied using distribution network data of companies in Indonesia. The output of the research is a framework which helps companies to calculate CO2 emissions, and which gauges the level of such emissions generated by companies operating in Indonesia. In addition, the impact of the different distribution network scenarios on the amount of CO2 emissions produced is assessed."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2018
UI-IJTECH 9:4 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fahra Azzahra Fitri
"Sampai saat ini, sebagian besar sumber energi masih berasal dari energi tak terbarukan yang dapat memicu peningkatan emisi gas buang berbahaya, salah satunya, yaitu gas karbon monoksida (CO). Teknologi penyisihan gas berupa kontaktor membran dapat menjadi solusi alternatif karena keunggulannya yang memiliki area kontak yang luas dengan ukuran kontaktor relatif kecil, serta konsumsi energi dan biaya relatif rendah dibandingkan dengan teknologi konvensional. Penelitian ini berfokus pada proses absorpsi gas buang mesin diesel (CO) menggunakan modul membran serat berongga polysulfone sebagai perangkat perpindahan massa dengan bantuan pelarut Tembaga (II) Klorida (CuCl2) dan Trietilamina (TEA) sebagai absorben. Gas buang mesin diesel akan dialirkan pada bagian tube membran, sedangkan pelarut berada di bagian shell dan bersifat statis. Variabel bebas yang diuji pada penelitian ini adalah laju alir gas umpan dan konsentrasi pelarut CuCl2. Berdasarkan data hasil penelitian dengan laju alir gas umpan yang konstan sebesar 100 mL/menit dan konsentrasi perlarut CuCl2 tertinggi 1 M diperoleh efisiensi penyisihan gas CO dan fluks tertinggi berturut-turut senilai 70,09 % dan 2,628x10-6 mmol/cm2.s, sementara pada konsentrasi CuCl2 terendah 0,01 M diperoleh CO loading tertinggi sebesar 1,031 mmolCO/molCuCl2.s. Kemudian, dengan konsentrasi pelarut CuCl2 yang konstan 0,1 M, didapatkan efisiensi senilai 61,41% pada laju alir gas umpan terendah 100 mL/menit, sementara fluks dan CO loading tertinggi yang dapat dicapai berturut-turut sebesar 1,978x10-6 mmol/cm2.s dan 7,767x10-2 mmolCO/molCuCl2.s pada laju alir gas umpan tertinggi 200 mL/menit.

Until now, most energy sources still come from non-renewable energy which can lead an increase in harmful exhaust emissions, one of which is carbon monoxide (CO). The gas removal technology such as membrane contactor can be an alternative solution because of its advantages in having a large contact area with a relatively small contactor size, as well as relatively low energy consumption and low cost compared to conventional technologies. This research focuses on the absorption of diesel engine exhaust gases (CO) using polysulfone hollow fiber membrane modules as a mass transfer device and with the support of solvents Copper (II) Chloride and Triethylamine (TEA) as absorbents. Diesel engine exhaust gas will flow through the membrane tube, while the solvent is static in the shell section. The independent variables tested in this study are feed gas flow rate and CuCl2 solvent concentration. Based on research data with a constant feed gas flow rate of 100 mL/minute and the highest CuCl2 concentration of 1 M, the highest CO removal efficiency and flux were obtained respectively at 70.09% and 2.628x10-6 mmol/cm2.s, while at the lowest CuCl2 concentration of 0.01 M, the highest CO loading was obtained at 1.031 mmolCO/molCuCl2.s. In addition, with a constant CuCl2 concentration of 0.1 M, gas removal efficiency of 61.41% was obtained at the lowest feed gas flow rate of 100 mL/minute, while the highest flux and CO loading that could be achieved were respectively 1.978x10-6 mmol /cm2.s and 7.767x102 mmolCO/molCuCl2.s at the highest feed gas flow rate of 200 mL/minute."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tresca Aulia Saphira
"Aktivitas rumah tangga seperti penggunaan listrik, transportasi, serta barang dan jasa memiliki kontribusi terhadap gas rumah kaca. Kecamatan Pancoran menjadi salah satu wilayah pemukiman yang terletak di Jakarta Selatan. Dengan itu, diperlukannya upaya pengurangan besar jejak karbon pada wilayah ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besar jejak karbon rumah tangga yang dihasilkan dari tiga sektor, yaitu energi, transportasi, serta konsumsi barang dan jasa di Kecamatan Pancoran. Selain itu, untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap besar jejak karbon rumah tangga. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana data diolah secara statistik. Data dikumpulkan dengan kuisioner dan wawancara kemudian dihitung menggunakan kalkulator Carbon Footprint Ltd. Hasil penelitian menunjukkan besar rata-rata jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan adalah 16,55 ton CO2e per rumah tangga per tahun. Rata-rata jejak karbon rumah tangga dari sektor energi sebesar 8,71 ton CO2e per rumah tangga per tahun, sedangkan dari sektor transportasi sebesar 4,38 ton CO2e per rumah tangga per tahun, dan dari sektor konsumsi barang dan jasa sebesar 3,46 ton CO2e per rumah tangga per tahun. Faktor yang berpengaruh signifikan secara statistik terhadap besar jejak karbon rumah tangga adalah penghasilan keluarga, golongan daya listrik, luas rumah, dan ukuran keluarga. Penghasilan keluarga menunjukkan hubungan korelasi yang kuat terhadap besar jejak karbon rumah tangga (r=0,829, Sig.=<0,001, R2=0,70), dimana semakin besar penghasilan keluarga maka semakin besar jejak karbon rumah tangga yang dihasilkan.

Household activities such as the use of electricity, transportation, and services contribute to greenhouse gas emissions. Pancoran subdistrict is one of the residential areas located in South Jakarta, therefore works are necessary to reduce the carbon footprint of this area. The findings of this study highlight the average household carbon footprints from energy, transportation, and consumption of goods and services in Pancoran District. Additionally, this study aims to analyze the factors that effect household carbon footprint. This study uses a quantitative approach with statistic tests. Data was collected by questionnaires and interviews and subsequently calculated by online calculator named Carbon Footprint Ltd. The results showed that the average household carbon footprint in Pancoran District is 16.55 tons of CO2e per household per year. The average household carbon footprint from the energy sector is 8.71 tons CO2e per household per year, while from the transportation sector is 4.38 tons CO2e per household per year, and from the goods and services consumption sector is 3.46 tons CO2e per household per year. Factors that have a statistically significant effect on household carbon footprint are household income, electric power class, house size, and family size. Household income shows a strong correlation with household carbon footprint (r=0.829, Sig.=<0.001, R2=0.70), where the wealthier household tend to have larger household carbon footprints."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asputia Damayanti
"Dampak perubahan iklim terhadap lingkungan dan manusia, lebih luas telah menjadi ancaman terhadap stabilitas ekonomi dunia. Perdagangan karbon hadir sebagai salah satu upaya untuk menjaga keseimbangan antara dampak lingkungan dan perekonomian global. Tata laksana perdagangan karbon yang diatur melalui Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 sangat penting bagi Indonesia karena memberikan kontribusi dalam penanggulangan perubahan iklim berbasis pasar di tingkat global untuk menuju pemulihan ekonomi yang berkelanjutan. Perdagangan karbon dilaksanakan melalui mekanisme bursa karbon yang telah diluncurkan pada pertengahan 2023 lalu. Aktivitas bursa karbon hanya menunjukkan kinerjanya pada hari pertama peluncuran, setelah itu bursa karbon terus menunjukkan penurunan hingga stagnansi perdagangan akibat tidak tersedianya unit karbon. Berbasis regulated market, maka kinerja perdagangan karbon juga ditentukan oleh perangkat regulasi, khususnya tata laksana nilai ekonomi karbon pada tingkat Kementerian/Lembaga yang terkait dalam Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika implementasi kebijakan perdagangan karbon di Indonesia dan penguatan apa yang dapat dilakukan untuk mendorong kinerja perdagangan karbon. Melalui metode penelitian deskriptif kualitatif dan teknik analisis arketipe sistem drifting goals, hasil penelitian menunjukkan bahwa dinamika implementasi kebijakan perdagangan karbon disebabkan adanya resistensi pelaku usaha dan konflik kepentingan antar Kementerian/Lembaga, sehingga terjadi penurunan target nasional. Untuk mendorong pencapaian target nasional, penguatan perlu dilakukan sebagai tindakan korektif yaitu dengan inovasi tata kelola soft steering dan peran dukungan legislatif.

Climate change impact on the environment and humans has become a broader threat to world economic stability. Carbon trading act as an effort to maintain a balance between the environmental and global economy impacts. Implementation of carbon trading regulated through Presidential Regulation Number 98 of 2021 is crucial for Indonesia as it contributes to market-based mitigation of climate change at the global level towards sustainable economic recovery. Carbon trading is carried out through a carbon exchange mechanism which was launched in mid-2023. Carbon exchange activity only showed its performance on the first day of launch, and carbon exchange continued to show a decline until trading stagnated afterwards due to the unavailability of carbon units. Driven by regulated market, carbon trading performance is determined by regulatory instruments, especially the implementation of economic value of carbon in the Ministries/Institutions level as regulated in Indonesia's Nationally Determined Contribution (NDC). For such backgrounds, this research aims to analyze the dynamics of carbon trading policy implementation in Indonesia and what reinforcement can be done to encourage carbon trading performance. Through qualitative descriptive research methods and drifting goals system archetype analysis techniques, the results show that the dynamics of carbon trading policy implementation are caused by resistance from business actors and conflicts of interest between Ministries/Institutions, which resulting in declining national targets. To encourage the achievement of national targets, reinforcement needs to be carried out as a corrective action, through soft steering governance innovations and the role of legislative support."
Jakarta: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Adiyati
"Tekanan darah tinggi atau hipertensi termasuk di dalam 10 besar penyebab kematian di Indonesia dan tingginya prevalensi dikaitkan dengan pola makan yang tidak sehat. Provinsi Jakarta termasuk di dalam sepuluh besar provinsi dengan prevalensi tertinggi untuk kondisi hipertensi. Beberapa kelompok makanan yang memicu hipertensi juga telah dikaitkan dengan peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Sedangkan pola makan penduduk Indonesia telah menyumbang 10 % dari total emisi CO2, sekaligus belum memenuhi angka rekomendasi menurut pedoman diet nasional. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dilakukan di Jakarta pada bulan Maret hingga Oktober 2023 melibatkan orang dewasa usia 19-64 tahun. Consecutive sampling dilakukan untuk memperoleh sampel di Jakarta Utara, Jakarta Timur, RS Cipto Mangunkusumo, dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Penilaian jumlah emisi GRK dan kualitas diet (metric-Healthy Eating Index-2015) berdasarkan food recall 24 jam, sedangkan tekanan darah diukur sebanyak tiga kali menggunakan sfigmomanometer digital. Sebanyak 226 subjek dewasa dianalisis dengan nilai median jumlah emisi GRK pada makanan 1.72 KgCO2eq/hari, rerata skor kualitas diet (mHEI) 51,6, tekanan darah sistolik 115.8 mmHg dan tekanan darah diastolik 78.9 mmHg. Setelah dilakukan kontrol faktor perancu, regresi linier multivariat menunjukkan tidak adanya hubungan antara emisi GRK dengan tekanan darah sistolik (β -0.246, 95%CI -2.104 – 1.613, p=0.795) dan tekanan darah diastolik (β 0.350, 95%CI -0.867 – 1.566, p=0.571). Analisis jalur menunjukkan kualitas diet bukan sebagai mediator antara jumlah emisi GRK pada makanan dengan tekanan darah. Hasil penelitian ini membutuhkan analisis lebih lanjut mengingat adanya nilai power kurang dari 70%.

High blood pressure or hypertension is one of the top ten leading risks of death in Indonesia, and its high prevalence is correlated to an unhealthy diet. Jakarta province is among the top ten provinces with the highest prevalence of hypertensive conditions. Some foods that cause hypertension are also related to higher Greenhouse Gas Emissions (GHGE). While the Indonesian population’s diet contributed 10% of total CO2 emissions, it did not meet the recommendations based on national dietary guidelines. This study was conducted with a cross-sectional design in Jakarta from March to October 2023, involving adults aged 19-64 years. Consecutive sampling was conducted to obtain samples in North Jakarta, East Jakarta, Cipto Mangunkusumo Hospital, and the Faculty of Medicine, Universitas Indonesia. Assesment of GHGE and diet quality (metric-Healthy Eating Index 2015) was based on 24-hour food recall, while blood pressure was measured three times using a digital sphygmomanometer. A total of 226 adult subjects were analyzed with a median GHGE value from food of 1.72 KgCO2eq/day, mean diet quality score (mHEI) of 51.61, systolic blood pressure of 115.8 mmHg, and diastolic blood pressure of 78.9 mmHg. After controlling for confounding factors, multivariate linear regression showed no association between GHGE and systolic blood pressure (β -0.246, 95%CI -2.104 – 1.613, p=0.795) and diastolic blood pressure (β 0.350, 95%CI -0.867 – 1.566, p=0.571). Path analysis indicated that diet quality was not a mediator between the amount of diet-related GHGE and blood pressure. Further analysis is required considering the power value is less than 70%."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Chandra Adinugraha
"Dalam beberapa dekade terakhir, perhatian utama telah diberikan pada masalah lingkungan global yang semakin meruncing, khususnya perubahan iklim. Permasalahan ini juga menjadi isu di Indonesia khususnya di Kota Semarang yang menghasilkan sekitar 1.276 ton sampah per hari pada tahun 2019. Emisi GRK dari sektor pengelolaan limbah di Kota Semarang menyumbang 16,67% dari total emisi GRK yang dihasilkan kota Semarang di tahun 2018. Emisi GRK dari pengelolaan sampah dapat berasal dari beberapa tahapan, seperti pengumpulan, transportasi, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis emisi GRK dan tahapan pengelolaan sampah yang bersifat hotspot dari keseluruhan sistem pengelolaan sampah Kota Semarang di tahun 2023, sehingga dapat diberikan rekomendasi untuk mengurangi emisi GRK. Perhitungan emisi GRK dilakukan dengan menggunakan Metode IPCC 2006 Tier 1 dan software Emission Quantification Tool (EQT) versi 2018 yang dikembangkan Institute for Global Environmental Strategies (IGES). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, emisi GRK masing-masing dari tahapan transportasi sampah, komposting, daur ulang sampah, black soldier fly (BSF), sampah tidak terkelola, kebakaran landfill, dan landfilling adalah 13.836,729 ton CO2-eq, 3.650,054 ton CO2-eq, -74.080,228 ton CO2-eq, 31,473 ton CO2-eq, 18,123 ton CO2-eq, 8.482,856 ton CO2-eq dan 357.939,942 ton CO2-eq. Keseluruhan emisi GRK dari sistem pengelolaan sampah Kota Semarang di tahun 2023 adalah 309.878,948 ton CO2-eq, dengan hotspot emisi adalah tahap landfilling. Rekomendasi yang diberikan adalah mengurangi timbulan sampah yang masuk ke TPA Jatibarang dan mengaktifkan kembali fasilitas komposting yang tengah berhenti beroperasi di TPA Jatibarang.

In the last few decades, major attention has been given to increasingly increasing global environmental problems, especially climate change. This problem is also a concern in Indonesia, especially in the city of Semarang, which produces around 1,276 tons of waste per day in 2019. GHG emissions from the waste management sector in Semarang City contributed 16.67% of the total GHG emissions produced by Semarang City in 2018. GHG emissions from waste management can come from several stages, such as collection, transportation, processing, and final disposal of waste. This research aims to analyse GHG emissions and hotspot waste management stages of the entire Semarang City waste management system in 2023, so that recommendations can be provided to reduce GHG emissions. GHG emissions calculations were carried out using the IPCC 2006 Tier 1 Method and the 2018 version of the Emission Quantification Tool (EQT) software developed by the Institute for Global Environmental Strategies (IGES). Based on research that has been carried out, the respective GHG emissions from waste transportation, composting, waste recycling, black Soldier fly (BSF), unmanaged waste, landfill fire, and landfilling are 13,836.729 tons CO2-eq, 3,650.054 tons CO2-eq, -74,080.228 tons CO2-eq, 31.473 tons CO2-eq, 18.123 tons CO2-eq, 8,482.856 tons CO2-eq and 309.878,948 tons CO2-eq. Overall GHG emissions from the Semarang City waste management system in 2023 are 309,878.948tons CO2-eq, with the emission hotspot being the landfill stage. The recommendation given is to reduce the amount of waste entering the Jatibarang landfill and reactivate the composting facility which is currently no longer operating at the Jatibarang landfill."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arriq Daffanadi Putra
"

Pertumbuhan perusahaan penyedia jasa ride-hailing adalah sebuah fenomena yang sudah cukup umum terjadi, khususnya di negara-negara berkembang. Permintaan yang terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan populasi membuat perusahaan dan layanannya ini disebut sebagai salah satu inovasi yang paling berdampak selama satu dekade terakhir. Selain mampu memfasilitasi kebutuhan mobilisasi dari masyarakat di daerah perkotaan, khususnya Jabodetabek, keberadaan dari perusahaan penyedia layanan ride-hailing juga berhasil mendorong kenaikan yang signifikan pada perekonomian digital Indonesia. Namun, meskipun demikian, permasalahan emisi gas rumah kaca yang timbul dari operasionalnya tidak bisa dihindari seiring dengan pertumbuhan perusahaan tersebut. Melihat potensi pencemaran udara yang akan semakin parah seiring berjalannya waktu, pemerintah harus mengambil langkah tegas untuk bisa mengatasi hal ini. Kebijakan untuk mendorong kesadaran masyarakat dalam menggunakan transportasi publik dan menetapkan target penggunaan kendaraan listrik sebagai operasional layanan ride-hailing adalah beberapa hal yang harus pemerintah pertimbangkan dalam mengatasi permasalahan yang akan datang nantinya. Pemodelan kondisi nyata dengan metode sistem dinamis digunakan untuk menguji signifikansi dari faktor-faktor yang akan diajukan sebagai fokus pemerintah dalam membuat kebijakan. Dengan begitu, alternatif yang sudah teruji faktornya bisa dijadikan sebagai rekomendasi untuk membuat kebijakan terkait perusahaan penyedia layanan ride-hailing.


The growth of ride-hailing service providers is a fairly common phenomenon, especially in developing countries. Increasing demand in line with population growth has made this company and its services nominated as one of the most impactful innovations of the past decade. Apart from being able to facilitate the mobilization needs of people in urban areas, especially Jabodetabek, the presence of ride-hailing service providers has also succeeded in driving a significant increase in Indonesia's digital economy. However, even so, the problem of greenhouse gas emissions arising from its operations cannot be avoided along with the company's growth. Seeing the potential for air pollution to get worse over time, the government must take firm steps to overcome this. Policies to encourage public awareness in using public transportation and setting targets for the use of electric vehicles as ride-hailing service operations are some of the things the government must consider in overcoming future problems. Real conditions modeling with the system dynamic method is used to test the significance of the factors that will be proposed as the government's focus in making policies. Therefore, alternatives that have been factor-tested can be used as recommendations for making policies regarding ride-hailing service provider companies."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arta Ardhianto
"Setiap tahun perubahan iklim mengalami peningkatan laju yang semakin cepat. Hal ini menyebabkan banyak terjadinya kerusakan pada lingkungan dan kehidupan manusia. Perubahan iklim yang semakin cepat dapat terjadi karena aktivitas manusia yang terus menghasilkan emisi gas karbon dioksida (CO2). Pendapatan Domestik Bruto (PDB), urbanisasi, Foreign Direct Investment (FDI) dan konsumsi energi merupakan beberapa aktivitas manusia yang ditengarai dapat menghasilkan emisi gas CO2. Dalam mencermati masalah ini, terdapat ajaran dalam agama Islam yaitu manusia dilarang untuk merusak lingkungan alam. Ajaran ini wajib dilaksanakan bagi para pemeluk agama Islam. Oleh karena itu, aktivitas-aktivitas yang dapat menghasilkan emisi gas CO2 di negara-negara muslim perlu untuk mendapat perhatian lebih. Penelitian ini menggunakan metode ARDL untuk melihat pengaruh antara keempat aktivitas tersebut terhadap emisi gas CO2 di tiga negara muslim yaitu Indonesia, Malaysia dan Turki. Data yang digunakan yaitu data sekunder dari tahun 1960-2022. Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa mayoritas aktivitas-aktivitas di tiga negara muslim masih menghasilkan emisi gas CO2. Alhasil masih perlu digalakkannya usaha-usaha untuk mengurangi emisi gas CO2 di ketiga negara muslim tersebut.

Every year climate change increases at an increasingly rapid rate. This causes a lot of damage to the environment and human life. Accelerating climate change can occur because human activities continue to produce carbon dioxide (CO2) emissions. Gross Domestic Income (GDP), urbanization, Foreign Direct Investment (FDI) and energy consumption are several human activities that are thought to produce CO2 gas emissions. In looking at this problem, there is a teaching in the Islamic religion that humans are prohibited from destroying the natural environment. This teaching must be implemented by followers of the Islamic religion. Therefore, activities that can produce CO2 gas emissions in Muslim countries need to receive more attention. This research uses the ARDL method to see the influence of these four activities on CO2 gas emissions in three Muslim countries, namely Indonesia, Malaysia and Turkey. The data used is secondary data from 1960-2022. The research results obtained show that the majority of activities in three Muslim countries still produce CO2 gas emissions. As a result, efforts are still needed to be encouraged to reduce CO2 gas emissions in the three Muslim countries."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>