Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
New York: The American Society of Mechanical Engineers, 1985
621.18 STE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Donatus Dipotontro
Abstrak :
Sejak dicairkannya hubungan diplomatik antara Republik Indonesia dengan Poeple?s Republic Of Chine (PRC) pada tahun 1990 yang dilanjutkan dengan kunjungan dagang dari pihak Indonesia dan pihak PRC, kedua belah pihak mencoba melihat peluang untuk memperbesar volume perdagangan untuk produk-produk yang mempunyai competitive advantage bagi kedua negara. Yang menjadi perhatian adalah produk industri yang telah ditekuni oleh PT. CME yakni DG set ex PRC. Harga unit DG set ex PRC tersebut termasuk kategori murah yang berarti akan mempunyai kemampuan bersaing untuk dipasarkan di Indonesia. Kondisi kelistrikan kita pada saat ini dimana terdapat kesenjangan antara percepatan kebutuhan listrik dengan penyediaan tenaga listrik oleh PLN, memaksa pemerintah untuk mendorong para Pengusaha Swasta dan Koperasi untuk menyediakan tenaga listrik baik untuk kebutuhan umum maupun untuk mencukupi kebutuhan sendiri. Dengan demikian berarti kebutuhan DG set pada tahun-tahun mendatang akan lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya baik sebagai pembangkit tenaga utama, cadangan maupun catu. Dengan demikiian peluang untuk memasarkan DG set ex PRC tentu makin terbuka. Dan setelah mempelajari aktivitas produksi dan pemasaran produk tersebut di PRC, terutama dalam pemasaran menurut standar internasional. Disamping itu menganalisis tantangan yang dihadapi di dalam negeri berupa persaingan dengan merek-merek terkenal di Indonesia dan telah mempunyai nama secara internasional, dimana banyak diantaranya sudah cukup melekat pada masyarakat Indonesia, amat membutuhkan telaah yang mendalam dalam hal pemasarannya. Kenyataan ini menuntut kesabaran dan strateji pemasaran yang jitu agar para pemakai dan para pembuat keputusan pembelian bisa mengevaluasi keunggulan dari produk DG set ex PRC secara rasional. Formulasi strateji pemasaran yang mampu mengungkapkan jati diri produk DG set ec PRC ini harus disusun menurut suatu metode yang terstruktur, agar tujuan perusahaan tercapai. Telaah termaksud akan dimulai dengan analisis segmentasi pasar, seleksi pasar sasaran, penempatan posisi produk terhadap konsumen maupun pesaing, dan dilanjutkan dengan uraian akan bauran pemasarannya. Strateji pemasaran itu seharusnya mampu memadukan peluang yang telah terseleksi (dalam segmen ? pasar sasaran ? sasaran pemesaran) dengan keunggulan bersaing dari produk (harga per unit rendah, lengkap dan sebagainya) dan ketrampilan para penjualnya dalam mempengaruhi persepsi pembeli/pemakai. Disarankan strateji pemasaran tersebut mempunyai besaran kuantitatip untuk maksud pengendalian dan selalu dianalisis agar memungkinkan dilakukan tindakan koreksi. Selain itu harus ada perumusan ?contingency plan? pada strateji pemasaran tersebut guna mengatasi perubahan-perubahan yang tak terelakan. Suatu komunikasi pemasaran yang mampu menonko;lam leunggulan produk DG set ex PRC terhadap para pesaing pada sasaan pemasaran perlu di analisis secara rinci. Dengan demikian diharapkan terjadinya transaksi-transaksi sesuai dengan perencanaan usaha perusahaan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricko Perdana Putra
Abstrak :
Pada skripsi ini dianalisa unjuk kerja teknik coherent general selection combining pada kanal Nakagami dengan jumlah cabang 5 dan jumlah cabang yang dikombinasikan bervariasi kemudian dibandingkan dengan teknik dlversitas SC dan MRC. Persamaan-persamaan parameter outage probability dan BER (bil-en-or rate) rata-rata diturunkan dengan menggunakan moment generating function (MGF). Unjuk kerja sistem GSC ditinjau pada (demodulasi) yang berbeda-beda. Deteksi yang digunakan adalah deteksi koheren yang diwakili oleh BPSK dan BFSK dan deteksi non-koheren yang diwakili oleh DPSK dan NCFSK . Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa makin banyak jumlah cabang yang dikombinasikan pada GSC maka unjuk kerja sistem semakin baik. Unjuk kerja Coherent GSC lebih mendekati MRC-5 dari pada SC-5.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
S39988
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurdi
Abstrak :
Pengeringan memegang peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas dan kontinuitas dalam proses pembuatan tepung tapioka. Secara tradisonal proses pengeringan dilakukan oleh para petani dengan memanfaatkan panas matahari. Tesis ini bertujuan untuk melakukan desain dan analisis sistem pengering buatan tipe chamber dryer dengan sirkulasi udara sehingga dapat memenuhi standar FAO untuk proses pengeringan tapioka. Tesis ini secara khusus mengkaji desain dan analisis sistem pembangkit panas yang memanfaatkan thermal-oil jenis Essotherm500 sebagai fluida pemindah panas untuk ruang pengering berkapasitas 120 - 150 kg tapioka basah dengan suhu pengeringan 60 -70 °C. Perencanaan peralatan pembangkit panas menghasilkan desain dengan karakteristik sebagai berikut : sistem tertutup (closed system) dimana thermal-oil dialirkan dalam pipa dengan diameter 1/2 inchi berbentuk koil dengan diameter spiral dalam 300 mm, diameter spiral luar 400 mm, jumlah lilitan 21 buah, picth 27 mm, pipa koil diletakkan dalam ruang heat exchanger berbentuk shell dengan diameter 600 mm panjang 900 mm, ripe heat exchanger conterflow shell-and-tube untuk one shell pass and two or multiple of two tube passes, udara panas yang dialirkan adalah hasil pembakaran burner dari ruang bakar. Untuk pengeringan 150 kg tepung basah dengan kadar air awal 45%, kadar air akhir 12%, suhu pengeringan 60 °C, dan waktu pengeringan 2,5 jam didapat total kebutuhan panas pengeringan tepung tapioka sebesar I95.687,8 kJ. Dengan demikian, kapasitas pembangkit panas yang dibutuhkan sebesar 21,74 kW, flow thermal oil 12 liter/menit, suhu thermal oil awal 65 "C, suhu thermal oil akhir 106,5 °C, flow udara alat penukar panas 0,2 kg/det, suhu gas hasil pembakaran (flue gas) 500 °C, luas bidang pemindah panas 3,35m2, bahan bakar kerosene dengan kebutuhan bahan 3,3 liter/jam. Dari hasil pengujian dan perhitungan didapatkan kalor pengeringan tepung tapioka rata-rata yang disuplai dari pemanas buatan sebesar 1107,9 kJ/kg, rasio bahan bakar dan tepung basah adalah 0,08 liter bahan bakar untuk 1 kg tepung tapioka basah, lama waktu pengeringan rata-rata 5 jam, kapasitas alat pembangkit panas rata-rata 7,58 kW, efsiensi sistem rata-rata 56,4 % , rugi panas total rata-rata 5,87 kW dengan komposisi rugi panas cerobong 81 %, rugi panas penukar panas I 1 % dan mgi panas lain-lain 9%. Effektivitas alat penukar panas rata-rata 0,67.
Drying plays an important role on controlling the quality and continuity of tapioca powder production processes. Traditionally farmers use the solar heat for drying agriculture products. This thesis aims to design and analyze a chamber dryer system with air circulation in order to fulfill the FAO drying standard for tapioca. In particular, the objective of this thesis is to to design and to develop a heat generating system with Essotherm ® 500 as the working fluids. The capacity of the chamber is 120 - 150 kg of wet tapioca operating at 60 - 70°C. A new design of the heat generating equipment has been developed with the following characteristics: a closed system in which the thermal oil flow in a coil shaped pipe of 1/2 inch diameter. It has a coiled pipe arrangement of 300 mm and 400 mm inner and outer diameters respectively. The pipe is placed in a counter-flow shell and tube heat exchanger of one shell pass and two or multiple of two tube passes. The hot air comes from the flue gas of fuel burning. The heat requirement for drying of 150 kg wet tapioca from 45% to 12 % moisture, at 60 °C during a period of 2,5 hours is 195,687,8 kJ. Thus, the capacity of the heat generator is 21,74 kW. Other important design parameters are as follows: thermal oil flow is 12 1/min, initial thermal oil temperature is 65 °C, final thermal oil temperature is 106,5 °C, air flow within the heat exchanger is 0,2 kg/sec, flue gas temperature is 500°C, heat transfer area is 3,35 m2 and kerosene flows at 3,3 1/janti From testing and calculating funded: heat supplied from heat generate is 1107,9 kJ/kg, ratio of fuel and wet tapioca is 0,08, average time needed to drying is 5 hours, average heat generate capacity is 5,87 kW, efficiency system is 56,4 %, average heat loss is 5,87 kW, distribution of losses are: chimney is 81%, heat exchanger is 11% and an others utility losses is 9%. An average Heat exchanger effectiveness is 0,67.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T5118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donovan Bustami
Abstrak :
Tesis ini membahas faktor-faktor yang menyebabkan anak-anak terpaksa bekerja untuk mendapatkan upah dan anak-anak yang membantu bekerja untuk keluarga (pekerja keluarga). Data yang digunakan dalam membahas masalah pekerja anak ini adalah data Survey Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia yang dilakukan pada tahun 1997 (SAKERTI '97). Untuk melihat faktor-faktor yang menyebabkan anak-anak terpaksa bekerja, variabel peubah yang diamati meliputi; pendidikan kepala rumah tangga, pendidikan anak, umur anak, lokasi tempat tinggal, keberadaan fasilitas pendidikan (sekolah), besar anggota rumah tangga, jenis kelamin anak, status orang tua dan kemiskinan. Ukuran kemiskinan yang digunakan dalam membahas masalah pekeja anak ini adalah dengan melihat proporsi pengeluaran konsumsi makanan per kapita dalam rumah tangga terhadap total pengeluaran rumah tangga. Sedangkan analisis yang digunakan dalam membahas masalah pekerja anak ini adalah analisis deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat proporsi pengaruh sembilan variabel peubah tersebut terhadap pekerja anak dan analisis inferensial digunakan untuk melihat resiko anak-anak menjadi pekeja anak. Model analisis yang digunakan dalam membahas masalah pekerja anak ini adalah dengan menggunakan regression multinomial logistic. Hasil analisis inferensial menunjukan bahwa secara statistik semua variabel peubah mempunyai pengaruh yang berarti terhadap pekerja anak, kecuali variabel peubah keberadaan fasilitas pendidikan (sekolah) dan besar anggota rumah tangga. Itu berarti, tujuh variabel peubah mempunyai resiko terhadap anak-anak untuk menjadi pekerja anak. Dari hasil pembahasan dapat pula dikatakan bahwa anak-anak yang bekerja merupakan korban dari situasi dan kondisi yang terakumulasi yang terdapat tidak saja dalam diri anak itu sendiri tapi dapat juga terjadi dalam rumah tangga anak bersangkutan, dan semua itu diwarnai oleh masalah sosial, budaya, agama, ekonomi, karakteristik demografi, politik dan lingkungan. Kesimpulan yang dapat ditarik dari tesis ini adalah bahwa masalah pekerja anak merupakan masalah yang komplek, sehingga dalam menangain masalah pekerja anak, tidak dapat dilakukan secara parsial dan sesaat, namun haruslah secara holistic dan comprehensive serta berkelanjutan. Meskipun demikian ada cara masalah yang dapat menjadi skala prioritas dalam upaya menangani masalah pekerja anak yaitu dengan melakukan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SUM) anak bersangkutan melalui jalur pendidikan dan mengatasi masalah kemiskinan yang dihadapi oleh rumah tangga anak bersangkutan dengan menguatkan struktur rumah tangga serta income generating.
Jakarta: Universitas Indonesia, 2003
T11392
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Harjanto Setiawan
Abstrak :
Penelitian ini adalah penelitian terapan (action research) yang menurut penjabarannya termasuk penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini, peneliti terlibat langsung sebagai pengurus Rumah Singgah Setia Kawan II. Penelitian ini merupakan suatu siklus yang terdiri dari tiga tahap yaitu: tahap "melihat", termasuk didalamnya mengumpulkan informasi relevan dan menggambarkan situasi. Tahap kedua adalah tahap "berpikir" yang didalamnya memenelusuri dan menganalisis serta menginterpretasikan dan menjelaskan. Sedangkan tahapan ketiga adalah tahap "bertindak", yang didalamnya perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Penelitian ini dilakukan di wilayah dampingan Rumah Singgah Setia Kawan II (RSSK II) yaitu Kampung Pedongkelan, Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur. Wilayah tersebut letaknya kurang lebih 10 kilometer dari Rumah Singgah Setia Kawan II. Adapun Rumah Singgah Setia Kawan II terietak di Jl. Puskesmas No. 45, Rt.05/Rw.06, Kelurahan Kelapa Gading Timur, Jakarta Utara. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah RSSK II secara praktis berusaha mengembangkan program penanganan anak jalanan melalui pendekatan Community Based. Komunitas yang dikembangkan adalah tempat dimana anak jalanan berasal. Penelitian ini dimulal dari bulan April 2000 sampai dengan bulan Juli 2001. Waktu penelitian terhitung dari bulan April 2000 dengan alasan peneliti terlibat mengembangkan program di RSSK II pada bulan tersebut. Rumah Singgah Setia Kawan II adalah salah satu alternatif penanganan masalah anak jalanan yang kini telah berkembang pesat di Indonesia. Dalam menangani masalah anak jalanan Rumah Singgah Setia Kawan II menggunakan tiga pendekatan yaitu penanganan anak jalanan berbasis jalanan (Street Based), penanganan anak terpusat (Center Based), dan pendekatan komunitas (Community Based). Permasalahan di Rumah Singgah Setia Kawan II muncul ketika pekerja sosial melakukan pendampingan di jalanan (Street Based) yaitu sulitnya untuk mengembalikan anak kepada keluarganya. Setelah ditelusuri sampai keluarganya, ternyata keluarga dan lingkungan masyarakatnya juga bermasalah. Melihat kondisi tersebut maka Rumah Singgah Setia Kawan II berusaha untuk mengembangkan penanganan anak jalanan melalui pendekatan Community Based. Dalam prakteknya RSSK II lebih banyak menerapkan pendekatan Street Based dan Center Based padahal pendekatan Community Based tidak kalah pentingnya dibanding pendekatan yang lain karena masing-masing pendekatan mempunyai kelemahan dan kelebihan. Pendekatan Community Based yaitu penanganan terhadap keluarga dan masyarakat asal anak jalanan. Intervensi ini dilakukan karena orang tua dan masyarakat adalah salah satu penyebab anak turun ke jalan dan komponen inilah yang berpengaruh membentuk kepribadian anak. Dari permasalahan yang ada di wilayah Kampung Pedongkelan, maka intervensi yang dipilih adalah program peningkatan pendapatan keluarga (Income Generating) melalui pengembangan ekonomi (Economic Development). Pengembangan ekonomi tersebut melalui pemberian modal usaha bergulir (Revolving Fund). Dengan pendapatan keluarga meningkat diharapkan akan dapat memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga akan berdampak pada pemenuhan kebutuhan anaknya juga meningkat. Dengan kebutuhan anaknya terpenuhi maka anaknya tidak turun ke jalan lagi. Berdasarkan hasil assesment, dirumuskan bahwa program yang tepat dijalankan adalah "Peningkatan Pendapatan Keluarga di Kampung Pedongkelan Melalui Pemberian Modal Usaha Bergulir". Program tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat mengembangkan perekonomian mereka dan menghindarkan mereka meminjam uang kepada seorang rentenir yang bunganya sangat tinggi. Pada siklus kedua dalam penelitian terapan ini, Program yang akan dilaksanakan adalah "Pengembangan kelompok dan pembentukan lembaga koperasi" sebagai kelanjutan program "Pemberian Modal Usaha Bergulir di Kampung Pedongkelan, Kelurahan Kayu Putih, Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur DKI Jakarta". Pengembangan kelompok yang dimaksud adalah menambah kelompok sasaran baru dan penguatan kelompok yang ada dengan memberikan modal usaha bagi kelompok baru dan penambahan modal usaha bagi kelompok lama. Selajutnya penelitian ini menyimpulkan dan merekomendasikan mengenai program-program yang telah dijalankan. Rekomendasi didasarkan pada permasalahan yang ada kepada pihak yang terkait dengan pelaksanaan program yaitu kepada masyarakat setempat dan kepada pengurus Rumah Singgah Setia Kawan II.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7890
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarsih
Abstrak :
Kebijaksanaan di bidang energi merupakan bagian integral dari kebijaksanaan nasional yang secara menyeluruh berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi, pertambahan penduduk dan penyediaan energi. Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, kebutuhan listrik terus meningkat dari tahun ke tahun. Khususnya untuk sistem kelistrikan Jawa-Bali konsumsinya 80% dari konsumsi listrik seluruh Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan skenario tingginya pertumbuhan kebutuhan listrik rata-rata dalam Repelita V menjadi 15,5% per tahun, kemudian meningkat lagi menjadi 17,7% per tahun pada Repelita VI dan kemudian baru menurun sampai 14,1% pada Repelita VU. Dalam rangka untuk memenuhi laju pertumbuhan permintaan akan listrik dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, pemerintah Republik Indonesia membangun beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), salah satu diantaranya adalah PLTU Tambak Lorok Semarang. PLTU Tambak Lorok adalah suatu pusat pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas terpasang 300 MW yang menggunakan uap sebagai penggerak utama turbin guna menghasilkan tenaga listrik. Sistem ini bekerja dengan menggunakan air laut sebagai cairan kerja. Air laut diubah menjadi uap di boiler (ketel uap) dan keluar dari turbin, kemudian uap dimasukkan ke kondensor (mesin pengembun) dengan pendingin berasal dari air laut sehingga mencair kembali. Buangan air pendingin berupa air panas ini dikeluarkan melalui outlet menuju kolam pelabuhan Tanjung Emas. Buangan air ini disebut "limbah air panas" yang akan menyebabkan terjadinya perubahan suhu pada suatu perairan. Dalam penelitian ini masalah ditekankan pada simulasi model dinamika sistem pencemaran limbah air panas terhadap sifat fisikkimia air dan biota perairan di saluran pembuangan (outlet). Apabila limbah air panas tersebut dibuang ke dalam suatu perairan yang berlebihan hingga melampaui kemampuan dayadukung lingkungan perairan itu, maka limbah air panas akan berbahaya bagi lingkungan perairan. Hal ini akan berdampak pada menurunnya kualitas perairan terhadap sifat fisik-kimia air dan indeks keanekaragaman biota perairan (plankton). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran atau merumuskan model pengaruh limbah air panas terhadap sifat fisikkimia air dan biota perairan secara sederhana. Untuk selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan masukan kebijaksanaan pengelolaan yang baik terhadap pusat Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), sehingga akibat sampingannya dapat ditekan serendah-rendahnya. Hubungan antara setiap faktor yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi untuk setiap faktor yang berpengaruh adalah berbeda. Hal ini menunjukkan kompleksitas model pencemaran limbah air panas. Untuk mengetahui besarnya pengaruh setiap faktor dan bentuk hubungan antar faktor dengan simulasi model dipilih pendekatan dengan metode analisis dinamika sistem yang menggunakan program "Powersim Version 2.01" copyright tahun 1993-1995 ModellData AS. Untuk uji validasi model digunakan analisis satuan, simulasi model dalam bentuk grafik dan tabel serta verifkasi. Simulasi model terhadap parameter BOD dan COD sebagai nilai awal digunakan nilai baku mutu menurut Kepmen KLH No. Kep.O2/Men.KLH/1/1988 tentang Pencemaran Air Laut Untuk Budidaya Perikanan. Verifikasi model dilakukan dengan melakukan pengukuran di lapangan sebanyak 2 (dua) kali sampling pada 6 stasiun pengamatan di perairan kolam pelabuhan Tanjung Emas. Selain itu untuk keperluan verifikasi juga digunakan data hasil survai hidro-oceanologi Tambak Lorok (1993), studi ANDAL PLTU Tambak Lorok Blok II (1995) dan hasil pemantauan (1995-1996). Untuk melihat gambaran sebab-akibat antar faktor tersebut dilakukan dengan mengembangkan sub-sistem model dan membangunnya dari sub-sistem-sub-sistem model tersebut sehingga menjadi sistem yang besar. Dengan melalui asumsi-asumsi yang diambil dari beberapa simulasi, maka simulasi model dapat mendukung konsep siklus pencemaran limbah air panas yang berpengaruh terhadap berbagai faktor yang membentuk suatu sistem pencemaran. Hasil analisis menunjukkan bahwa limbah air panas yang dibuang ke perairan dapat merubah kondisi perairan yang berakibat naiknya suhu lebih tinggi dari suhu ambien level-nya (30°C ) dengan Δt sebesar 7°C. Naiknya suhu perairan berpengaruh terhadap kelarutan oksigen dalam air. Semakin tinggi suhu air, maka kelarutan oksigen makin rendah sehingga kandungan oksigen terlarut akan kecil. Dalam simulasi model dinamika sistem yang dihasilkan berdasarkan waktu, pada suhu di pelimbahan (outlet) sama dengan 37°C dan oksigen terlarut (DO) sama dengan 7 mg/l, maka indeks keanekaragaman yang diperoleh dari simulasi sebesar 2,63. Hal ini menunjukkan kondisi perairan yang tercemar dengan tingkat pencemaran sedang. Kenaikan suhu di perairan menyebabkan oksigen terlarut menurun, kebutuhan oksigen bialogi (BOD) meningkat dan kebutuhan oksigen kimia (COD) meningkat. Dalam simulasi model dinamika sistem terhadap waktu menunjukkan bahwa indeks keanekaragaman yang dipengaruhi oleh aliran informasi dari DO, BOD dan COD serta adanya proses pendinginan adalah sangat kecil, mendekati nilai 0 (nol). Hal ini menunjukkan bahwa biota air yang berada di pelimbahan (outlet) mati semua, walaupun pada waktu dilakukan sampling masih dapat tertangkap beberapa jenis plankton. Mengingat bahwa plankton bersifat melayang-layang, maka tertangkapnya jenis ini diduga karena mendapat limpahan dari saluran pembuangan. Dengan adanya peningkatan suhu di perairan kolam Pelabuhan Tanjung Emas sebagai akibat limbah air panas PLTU diduga merupakan penyebab utama terjadinya penurunan jumlah dan jenis plankton di perairan tersebut. Indeks keanekaragaman terukur di pelimbahan (outlet) sebesar 1,43 dan 1,44. Ada dua jenis plankton yang dapat ditemukan di semua stasiun pengamatan yaitu Skeletonema dan Nitzchia yang mampu bertahan hidup pada suhu yang 37°C. Dalam simulasi model sistem dinamika menunjukkan bahwa adanya pengaruh suhu terhadap DO, BCD, COD, CL2, C02, nitrogen dan pH akan memperbaiki kondisi perairan dengan indeks keanekaragaman sama dengan 1,57 dan akan menurun sesuai dengan keadaan suhu terhadap waktu. Dengan meningkatkan kapasitas terpasang menjadi 500 MW menyebabkan debit air panas menjadi 250%, yang dapat mempercepat panasnya perairan, sehingga perairan menjadi cepat panas. Kenaikan panas ini akan menaikkan suhu dengan Δt 2°C, sehingga suhu menjadi 39°C. Kondisi ini menyebabkan menurunnya nilai indeks keanekaragaman. Meningkatnya kalor panas limbah air panas tersebut dapat menyebabkan terjadi resirkulasi panas ke intake. Dari simulasi model dinamika sistem menunjukkan bahwa peningkatan panas dari limbah air panas lebih cepat dari sebelumnya kapasitas terpasang ditingkatkan. Sedangkan aliran air panas menunjukkan kestabilan atau adanya "goal seeking" dalam waktu yang relatif lama. Untuk menjaga kondisi perairan yang baik, maka kebijaksanaan yang diambil adalah dengan memutuskan aliran limbah air panas (aliran materi) dalam model yang berarti limbah air panas tidak dibuang di pelimbahan (outlet) seperti keadaan pada saat sekarang ini. Karena dengan memutus aliran ini berarti memindahkan tempat pelimbahan (outlet) atau saluran pembuangan. Bahkan menurut hasil studi yang pernah dilakukan oleh PLN bekerja sama dengan UGM, menyarankan agar tidak ada resirkulasi ke intake safuran pembuangan air panas dipindahkan di sebelah timur kolam pelabuhan. Dari segi lingkungan hidup hal ini sangat menguntungkan, karena limbah air panas segera mengalami pengenceran oleh atmosir, sehingga nilai indeks keanekaragaman menunjukkan keadaan perairan yang tidak tercemar. ...... The policies in the energy sector are an integral parts of national policies as a whole, and are closely related to the growth of the economy and population and the supply of energy. The growth of economic, the demand for electricity continuously grows from year to year, especially in Java and Bali areas which consumes 80% of Indonesian electricity. The growth is in accordance to the forecast of electricity growth in the average of 15.5% per year during the fifth Repelita (National five year development planning) and the increase to 17.7% during the sixth Repelita before it decreases to 14.1% in the seventh Repelita. To fulfill the growing demand for electricity and to improve the service to users, the government of Indonesia had build several steam generated electrical power plant (PLTU), one of which is PLTU Tambak Lorok Semarang. PLTU Tambak Lorok is a power plant which uses steam as the main force to move the turbine to create electricity. This system is functioning by using sea water as the working liquid. The sea water is turned into steam in the boiler and out from turbine, the steam then being put in to a condenser with the chillier from sea water and to turn its thermal water discharged effluent back to sea water. The residual chillier which is now become hot water is discarded using an outlet to Tanjung Emas harbor pond. The discarded water is called "thermal effluent" and it will cause changes in sea temperature in the surrounding areas. In this research, the problem is emphasized on simulation of the dynamic model of thermal effluent system on the physical and chemical characteristics of sea water and aquatic biota in the waste outlet. If the water effluent is discarded excessively so that it exceeds the tolerance of surrounding sea water body, the waste will poisonous. This brings the declines in quality of the water in teems of the physical-chemical characteristics of water, and diversity index of aquatic biota (plankton). This research intents to capture the idea or to formulate the model of water effluent effect on the physical-chemical characteristic of the water and aquatic biota in a simple way. Furthermore, this research can be used as an inputs for the policy of good management to the Steam Power Plant, so that its environmental impact can be minimized. The relationship among each interacting and affecting factor behaves differently. This shows the complexity of the water effluent model. To know the immensity of the effects of each factor and relationship with the simulation of the model, one chooses an approach with the analytical method of system dynamic which uses the program "Powersim version 2.01" copyright 1993-1995 by ModellData, U.S.A. To validate the model, one uses unit analysis, model simulation in graphics and tables and verifications. in the model simulation on parameters BOD and COD, as the starting value one choose the standard quality value according to Kepmen KLH No. Kep.02/Men.KLH/1/1988 about the sea pollution for fishery. Model verification is done by measuring on the field with 2 samplings at 6 stations in the water at harbor Tanjung Emas. For observations, one also uses data from hydro-oceanology survey Tambak Lorok (1993), ANDAL study PLTU Tambak Lorok Blok II (1995) and observation result (1995-1996). Figuring the causal relationship among those factors is carried out by developing a subsystem model and build it from the model's sub-systems to make a big system. From the assumptions taken from several simulations, the model can support the concept of water effluent pollution cycle which affects various factors forming some kind of pollution system. Analysis results show that water effluent discarded into the water can change the water condition which make the temperature rises higher than the ambient level (30°C) with Δt as much as 7°C. The water temperature increase affects the oxygen solvability. The higher the temperature, the oxygen solvability is lower, so that the oxygen in the water is little. In the system dynamics model simulation produced with repeat to time, at waste temperature equal to 37°C and solved oxygen (DO) equal to 7 mg/l, the diversity index acquired from the simulation is 2.63. It shows the polluted water condition at the middle level. The increase of water temperature cause solved oxygen to decrease, biology oxygen demanded (BOD) increase, and chemical oxygen demanded (COD) to increase. The system dynamics model simulation with respect to time shows that diversity index affected by information flow from DO, BOD, and COD with the existence of the cooling system is very small, close to 0 (zero). This shows that the water biota which were in the outlet all died, although when sampled several kinds of plankton were still found. Recalling that plankton's float, the capture of these plankton's may originate from the outlet. With the increase of increase of temperature in the pond of Tanjung Emas Harbor because of water effluent, PLTU was thought the main culprit of the decrease of numbers and kinds of planks in the water. The diversity index measured in the outlet are 1.43 and 1.44. There were two kinds of plankton found in all the observation stations, namely Skeletonema and Nifzchia which survive at 37°C. The dynamics system model simulation showed that the temperature effect on DO, BOD, COD, C12, C02, nitrogen and pH will remedy the water condition with diversity index equal to 1.57, and will decrease according to the temperature condition with respect to time. Increasing the installed capacity to 500 MW causes the water effluent debit to increase 250%, which accelerate the increase of water temperature. This increases temperature by 2°C, so the temperature will be 39°C. This condition causes a re-circulation to the intake. The system dynamics simulation model shows that the heat increase from the water effluent was faster than before the installed capacity had been increased. In the mean time, the hot water flow shows the stability or there was "goal seeking° for a relatively long time. To maintain a good water condition, the policy taken is by disconnecting the heat flow (material flow) in the model, which means the water effluent is not discarded in the outlet as the current situation. The flow disconnection means moving the outlet or the waste channel. Even, according to the result of study conducted together by PLN and AGM, to stop the re-circulation to the intake, the water effluent channel to be moved to east of the harbor pond. From the natural environment, this is very beneficial because the water effluent will immediately be thinned out by the atmosphere, so that the value of diversity index shows an unpolluted water situation.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sechan,Janvier
Abstrak :
Harga minyak bumi yang mahal menjadikan subsidi pemerintah untuk PLTD menjadi sangat besar. Namun untuk beberapa propinsi tertentu di luar P. Jawa, PLTD masih menjadi andalan untuk menyuplai energi listrik, padahal masih banyak sumber daya alam di Indonesia yang berpotensi sebagai sumber energi alternatif belum dimanfaatkan, salah satunya adalah energi angin. Studi ini akan menentukan tinggi menara yang optimal untuk PLTB bila dibangun di Kupang, NTT yang akan digunakan untuk menghitung biaya produksi sistem hybrid Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan PLTD di Kupang, NTT dan penghematan tahunan yang dapat diperoleh dari sistem hybrid tersebut.
High oil prices lately have made huge government?s subsidies for diesel electric generating plants. However, certain provinces outside Java island still rely on diesel electric generating plants to supply their electricity, while, a lot of natural resources in Indonesia which has a potential as alternative energy resources weren?t been developed yet, amongst them is wind energy. This study will determine the optimal tower's height for wind turbine in Kupang, NTT. The result will be used to calculate the production cost of wind turbine generating plant and diesel electric generating plant hybrid system in Kupang, NTT and the amount of annual savings from the hybrid system.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23276
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Priyambodho
Abstrak :
ABSTRAK
Listrik merupakan sumber energi primer masyarakat, dengan perkembangan ekonomi suatu wilayah maka pertumbuhan kebutuhan energi listrik akan meningkat sejalan dengan hal tersebut perlu dilakukan pembangunan pembangkit dan transmisi listrik yang terencana. Kalimantan Tengah merupakan wilayah indonesia yang memiliki sumber gas alam yang melimpah, dimana saat ini kondisi kelistrikan Kalimantan merupakan wilayah yang dapat dikatagorikan defisit listrik, serta pembangkit di Wilayah Kalimantan Tengah masih menggunakan pembangkit dengan bahan bakar diesel. Dengan meningkatnya kebutuhan listrik pada saat beban puncak dan tersedianya sumber gas alam di Kalimantan Tengah maka perencanaan pembangunan pembangkit bahan bakar gas harus dilakukan sejalan dengan program pemerintah dalam melakukan diversifikasi energi dari bahan bakar diesel menjadi bahan bakar gas. Tesis ini bertujuan untuk menentukan konfigurasi terbaik yang dapat digunakan terhadap variasi pembebanan listrik dan menurunkan biaya pokok produksi di wilayah Kalimantan Tengah dengan melakukan perencanaan konfigurasi pembangkit dengan pembebanan yang bervariasi pada saat pembebanan base load dan peak load, pembangkit yang akan digunakan adalah pembangkit jenis Gas Turbin dan Gas Engine. Dengan konfigurasi pembangkit base Load sebesar 40 MW dan peak Load 300 MW dan total biaya pokok produksi mencapai 1.313,26 Rp/kWh dimana nilai tersebut masih dibawah biaya pembangkitan rata-rata PLN untuk PLTD mencapai 2,300 Rp/kWh dan PLTG mencapai 3,306,22 Rp/kWh serta masih di bawah BPP Kalselteng sebesar 1,655 Rp/kWh dan Kaltim sebesar 1,357 Rp/kWh.
ABSTRACT
Electricity is a primary energy source for the community, with the economic development of a Region, the electric energy growth will increase. In line with the electricity growth, it is necessary to construct power generation and electricity transmission with well development and planned. Central Kalimantan is one of the Indonesian region which has abundant natural gas resources, although the electricity condition of Kalimantan Region Could be categorized as deficit of electricity, and there are many Power Plants in Central Kalimantan region that still using diesel as a primary fuel. With the increasing demand for electricity during peak loads and the availability of natural gas in Central Kalimantan, planning for Power Plant construction using gas as fuel in line with the government program for energy diversify replace diesel fuel into gas fuel. This thesis aims to analysis best power plant configuration for variable power demand and to lower the Power Plants production cost in the region of Central Kalimantan by utilizing the natural gas resources in Central Kalimantan to meet the electricity needs at the time of base load and peak load condition, to utilize the limited resources of gas fuel, Power Plant configuration that used in this study is Gas Turbines and Gas Engine type. The best configuration to supply the electricity demand at 40 MW for baseload and at 300 MW for peak load, Total cost of production reached 1.313.26 Rp kWh this cost is still below the cost of generating PLN for PLTD that reached 2,300 Rp kWh and PLTG that reached 3,306,22 Rp kWh and levelized electricity generating cost for PLTGU still below cost electricity of Kalselteng at 1,655 Rp kWh and Kaltim at 1,357 Rp kWh.
2017
T47655
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>