Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
Riemsdijk, Henk van
London: MIT Press, 1987
415 RIE i
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Chomsky, Noam
Paris: Mountion, 1972
415.01 CHO t
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2013
415 CAM
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Booij, G.E.
Lisse: Peter de Ridder Press, 1977
BLD 439.315 BOO d
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Verralls, Sylvia
Singapore : Elsevier, 2011
612.6 VER a
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Seuren, Pieter A.M.
412 SEU d
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Jonathan Elloy S
"Barcode merupakan kumpulan data optik yang dapat dimengerti sebuah mesin dan memiliki fungsi yang sangat luas, sebagai contoh adalah karcis parkir kendaraan. Karcis parkir merupakan penanda sebuah kendaraan agar bisa keluar dan masuk ke dalam parkiran tersebut. Kendaraan dapat keluar dari area parkir dengan memindai barcode yang tertera pada karcis parkir. Namun, seringkali karcis parkir memiliki kerusakan yang menyebabkan barcode yang tertera sulit terbaca dengan alat pemindaian dan kendaraan tidak dapat keluar dari area parkir. Kerusakan bisa disebabkan karena kelalaian manusia (terkena air yang menyebabkan karcis basah, atau terlipat-lipat sehingga lecek) dan juga kesalahan pencetak. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, sistem pembacaan barcode karcis parkir dikembangankan. Sistem tersebut menggunakan Autoencoder dan Conditional Generative Adversarial Network (CGAN) dalam merekonstruksi barcode. Barcode dikatakan berhasil direkonstruksi bila decoder (pyzxing dan pyzbar) dapat decoding gambar barcode rekonstruksi tersebut.
Penelitian ini menunjukan bahwa model CGAN mampu merekonstruksi karcis parkir dunia nyata dengan true recognition rate 16% tanpa super resolution, sedangkan untuk model autoencoder masih belum mampu untuk merekonstruksi barcode dengan baik. Dengan super resolution, performa kedua model menurun dalam merekonstruksi barcode. CGAN juga lebih baik dibandingkan dengan autoencoder dalam rekonstruksi barcode generated dengan 1x augmentasi. Dengan menggunakan pyzxing decoder, Autoencoder mampu merekonstruksi barcode yang tidak terbaca dengan true recognition rate sebesar 95,50% dan CGAN mampu menghasilkan true recognition sebesar 97% dengan durasi prediksi rata-rata autoencoder 0,17 detik dibandingkan dengan CGAN 0,672 detik per 1 gambar.
Barcode is a collection of optical data that can be scanned by a machine and has a broad function, such as a vehicle parking ticket. A parking ticket is a marker for a vehicle to enter and exit the parking lot. Vehicles can exit the parking area by scanning the barcode printed on the parking ticket. However, parking tickets often have damage that cause the barcodes printed are difficult to be scanned and the vehicle cannot exit parking area. Damage can be caused by human error (wet tickets, or it folds up so that it becomes wrinkled) as well as printer error. To overcome this problem, a parking ticket barcode reconstruction system was developed. The system uses Autoencoder and Conditional Generative Adversarial Network (CGAN) in reconstructing barcodes. The barcode is said to be reconstructed successfully if the decoders (pyzxing and pyzbar) can decode the reconstructed barcode image. This paper shows that the CGAN model can reconstruct real-world parking tickets with a true recognition rate of 16% without super resolution, while the autoencoder model is still unable to reconstruct barcodes properly. With super resolution, the performance of both models decreases in reconstructing barcodes. CGAN is better than autoencoder in reconstructing barcode generated with 1x augmentation. Using the pyzxing decoder, Autoencoder can reconstruct unreadable barcodes with a true recognition rate of 95.50% and CGAN is able to produce true recognition of 97% with an average autoencoder prediction duration of 0.17 seconds compared to CGAN of 0.672 seconds per 1 image."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Satria Putra Pamungkas
"Tulisan ini membahas bagaimana fotografi bisa dijadikan media pembelajaran arsitektur Fotografi adalah salah satu media representatif bagi arsitektur karena sifatnya yang dapat dipahami seperti sebuah teks Saya melihat kemampuan sebuah foto sebagai elemen generatif keruangan Tulisan ini membahas bagaimana fotografi bisa dijadikan media pembelajaran arsitektur. Fotografi adalah salah satu media representatif bagi arsitektur, karena sifatnya yang dapat dipahami seperti sebuah teks. Saya melihat kemampuan sebuah foto sebagai elemen generatif keruangan. Di sini, saya membuat diagram yang saya awali dari foto ke dalam bentuk denah dan pemodelan tiga dimensi. Saya menganalisis studi kasus melalui pendekatan arsitektur interior, pemahaman fotografi, hingga persepsi.
This paper discusses how photography can be used as a media for architectural study. Photography can serve as a representative media for architecture, as it can also be understood just as a text. Here I see how photographic works can be a spatial generative element in architecture. I convert photos into diagrams, in the forms of floor plans and three-dimensional modelling. Analysis of the case study is done using approaches of interior architecture, photographical understanding, and the theory of perception."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57690
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nathaniel Faustine
"Sampai saat ini, sketsa wajah buatan tangan masih secara luas digunakan dalam kepolisian, terutama untuk menggambarkan karakter wajah seseorang dengan cepat pada proses pencarian tersangka maupun orang hilang. Polisi akan menggunakan sketsa wajah tersebut untuk mencari orang yang digambarkan. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk membuat cara ini semakin efektif. Salah satunya adalah membandingkannya dengan Database Pencarian Orang (DPO) ataupun membuat komposit wajah. Namun, pembuatan komposit wajah dengan aplikasi membutuhkan waktu yang cukup lama dan perbandingan dengan DPO secara langsung memiliki tingkat akurasi yang perlu dikembangkan lebih lanjut. Penelitian ini mengaplikasikan Generative Adversarial Networks (GAN) untuk mengubah gambar sketsa menjadi citra berwarna, menerapkan Total Variation (TV) pada loss function untuk meningkatkan performa model, dan menerapkan koreksi warna untuk memperbaiki warna kulit yang dihasilkan. Tujuan penelitian ini yaitu agar dapat menggambarkan karakter orang pada sketsa dengan lebih akurat dan cepat dibandingkan metode terdahulu. GAN sendiri adalah sebuah machine learning framework yang menggunakan dua buah network yaitu, generator dan diskriminator. Generator akan membuat sampel baru berdasarkan pola sampel dataset dan diskriminator akan menentukan apakah sampel yang dihasilkan nyata atau hasil dari generator. Sistem akan mengulang proses ini sampai generator dapat menghasilkan sampel yang sangat mirip dengan sampel dari dataset. Dataset yang digunakan dikumpulkan dari beberapa dataset lain dengan konfigurasi jumlah training 1355, validation 10, dan testing 68. Beberapa skenario dengan parameter berbeda dilakukan dan hasil terbaik didapati dengan menggunakan Lambda L1 sebesar 100 dan Lambda TV sebesar 0.00001 dengan nilai evaluasi SSIM 0.83 dan FID 94.705. Setelah diimplementasikan dengan koreksi warna, GAN menghasilkan citra yang lebih realistis dengan hasil evaluasi yang didapatkan adalah 0.76 dan 78.944 untuk SSIM dan FID. Dengan metode tersebut, GAN dapat menghasilkan citra yang realistis secara visual dari sketsa wajah dan memiliki warna yang sesuai dengan citra aslinya.
Until now, hand-drawn face sketches are still widely used in Indonesia's police force, especially to quickly describe the character of a person's face in the process of searching for suspects and missing persons. Police will use the face sketch to search for the respected person. A lot of research has been done to make this method more effective. One of them is to compare it with the People Search Database (DPO) or create a facial composite. However, making facial composites by application takes quite a long time, and direct comparison with DPO has a level of accuracy that needs to be developed further. This study applies a Generative Adversarial Networks (GAN) to convert a sketch image into a color image, applies a Total Variation (TV) to the loss function to improve model performance, and applies a color correction to improve the resulting skin tone. The purpose of this study is to be able to describe the character of the people on the sketch more accurately and quickly than the previous method. GAN itself is a machine learning framework that uses two networks, namely, generator and discriminator. The generator will create a new sample based on the sample dataset pattern, and the discriminator will determine whether the resulting sample is real or the result of the generator. The system repeats this process until the generator can generate a sample that is very similar to the sample from the dataset. The dataset used is gained from several other datasets with the split configuration of 1355 for training, 10 for validation, and 68 for testing. Several scenarios with different parameters were carried out, and the best results were obtained using Lambda L1 of 100 and Lambda TV of 0.00001 with an evaluation value of SSIM 0.83 and FID 94,705. After being implemented with color correction, GAN produces a more realistic image with the evaluation results obtained are 0.76 and 78.944 for SSIM and FID. GAN can produce visually realistic images from facial sketches and have colors that match the original image with this method."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Jonathan Marshell Kevin
"Dalam sistem industri modern, dengan majunya teknologi Internet of Things (IoT), pelaku industri dapat merekam data mesin dan sistem untuk kemudian dianalisa secara lebih komprehensif. Salah satu bentuk analisa yang dapat dilakukan adalah mendeteksi apakah ada anomali dari mesin atau sistem tsb. Aktivitas ini kemudian menjadi krusial bagi pelaku industri karena berdasarkan analisa ini, jika ditemukan anomali, maka secara dini dapat diambil tindakan yang diperlukan untuk melakukan pemeliharaan. Tetapi, sangat umum bagi pelaku industri tidak memiliki atau kekurangan data anomali, terutama pada sistem yang baru beroperasi. Dalam tesis ini, kami mengembangkan sebuah model untuk mendeteksi anomali pada data yang tidak berimbang dari sistem Secure Water Treatment (SWaT). Performa dari model ini kemudian dibandingkan dengan metode lain dari riset sebelumnya, mendemonstrasikan peningkatan dalam kapabilitas mendeteksi anomali.
In modern industrial systems, particularly with the advancement of the Internet of Things (IoT), industry players can record machine and system data for comprehensive analysis. One such analysis involves detecting anomalies in machines or systems. This activity becomes crucial because, if an anomaly is found in the data, corrective actions can be taken promptly. However, it is common for manufacturers to lack recorded anomaly datasets, especially for newly operational systems. In this paper, we develop a model to detect anomalies in an imbalanced dataset from the Secure Water Treatment (SWaT) system. The performance of the proposed model is compared with previous works, demonstrating significant improvements in anomaly detection capabilities."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library