Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Riszki Saputri
"Berkembangnya teknologi dan meluasnya pemakaian produk herbal dalam pengobatan dan kosmetik mendorong peneliti mencoba memanfaatkan kacang kedelai dalam pembuatan kosmetik untuk krim wajah. Mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar, dan akan mengalami berbagai perlakuan dan membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk sampai ke tangan konsumen, maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kestabilan fisik dan kimia krim yang mengandung ekstrak kedelai (Glycine max) selama periode penyimpanan dan kondisi yang telah ditentukan. Pada penelitian kali ini, ekstrak kacang kedelai dibuat menjadi 4 formula dalam sediaan krim pada konsentrasi 2%, 4%, 8%, dan 30%. Uji kestabilan fisik dilakukan melalui pengamatan dan penyimpanan selama delapan minggu pada suhu kamar (28US ± 2USC), suhu rendah (4C°±2°C) dan suhu hangat (40C°±2°C), cycling test dan uji mekanik. Pengamatan ini ditunjang pula dengan evaluasi sediaan dan pengamatan lainnya seperti organoleptis, homogenitas, pH, viskositas, konsistensi, dan diameter globul. Untuk stabilitas kimia sediaan disimpan dalam suhu hangat (40C°±2°C) selama enam minggu dan tiap minggu diukur kadarnya menggunakan kromatografi lapis tipis densitometri dengan fase diam silica gel 60 F254 dan fase gerak toluen: dietil eter: asam asetat glasial dengan perbandingan 8: 10: 2 pada panjang gelombang 264 nm. Hasil yang diperoleh untuk formula 1 dan 2 cukup baik secara fisik, formula 3 terjadi perubahan warna pada penyimpanan suhu hangat (40C°±2°C) dan formula 4 memperlihatkan terjadi nya oiling pada ketiga suhu, pada uji cycling test terlihat adanya partikel, dan uji mekanik memperlihatkan adanya pemisahan fase. Untuk uji stabilitas kimia terjadi penurunan kadar pada tiap minggunya. Sehingga dapat disimpulkan formula 1 dan 2 lebih stabil dibandingkan formula 3 dan formula 4 dapat dikatakan tidak stabil secara fisik dan kimia.
Development of technology and the widespread use of herbal products in health and cosmetic productencourage researchers to try using soybeans in the manufacture of cosmetics forface cream. The dosage forms usually produced in large numbers, are experiencing a variety of treatment and requires a long enough time to get the consumers. This study aims to determine the physical and chemical stability of cream containing extract of soybean (Glycine max) during the storage period and conditions that have been determined. In this research, soy bean extract is made into four formulas in the cream at a concentration of 2%, 4%, 8%, and 30%. Physical stability test was done through observation and storage for eight weeks at room temperature (28 0 ± 2 0 C), low temperature (4C 0 ± 2 0 C) and warm temperatures (40C 0 ± 2 0 C), cycling test and mechanical test. It was supported also by the evaluation of cream and other observations, such as observation of appearance, homogenity, pH, viscosity, consistency, and diameter of droplet. The chemical stability was done by stored in warm temperatures (40C 0 ± 2 0 C) for six weeks and every week the concentration was measured using thin layer chromatography densitometry with a stationary phase silica gel 60 F254 and the mobile phase toluene: diethyl ether: acetic acid ratio of 8: 10: 2 at a wavelength of 264 nm. The results obtained for the formula 1 and 2 were good physical stability, formula 3 had color changed on the storage of warm temperature (40C 0 ± 2 0 C) and formula 4 shows there was oiling at three temperatures, the test cycling test showed the existence of particles, and mechanical test showed existence of phase separation. The chemical stability test showed decreasing levels at each week. Therefore we can conclude that the formula 1 and 2 is more stable than the formula 3 and formula 4 can be said not physically and chemically stable."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33133
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Sandra Aulia
"Genistein merupakan salah satu isoflavon yang memilki banyak manfaat bagi kulit. Genistein lebih baik jika diberikan secara topikal, karena memilki bioavailabilitas yang rendah. Tetapi genistein tidak larut dalam air. Oleh karena itu dapat diaplikasikan dalam bentuk sediaan topikal nanoemulsi. Tujuan penelitian ini adalah memformulasi genistein menjadi nanoemulsi dan membandingkan penetrasinya dengan produk Gen90 Nano. Dibuat sebanyak 3 jenis formula dengan perbandingan komposisi antara genistein dan lesitin soya menggunakan metode emulsifikasi spontan. Hasilnya formula 3 merupakan formula terpilih yang menghasilkan nanoemulsi berukuran 191,7 nm dengan indeks polidispersitas 0,171 dan potensial zeta -47,5 mV. Uji penetrasi secara invitro menggunakan sel difusi Franz menunjukkan jumlah kumulatif terpenetrasi dari nanoemulsi genistein sebesar 18,29 ± 0,16 (μg/cm2) dibandingkan dengan produk Gen90 Nano sebesar 24,60 ± 0,57 (μg/cm2).
Genistein is one of isoflavone with many benefits for the skin. Genistein is better when administered topically, because it has low bioavailability. But genistein insoluble in water. Therefore, it can be applied in topical dosage form of nanoemulsion. The aim of this study was to prepared genistein in nanoemulsion and compared its penetration with Gen90 Nano. There was 3 types of formula with composition ratio between genistein and soy lecithin using a spontaneous emulsification methods. The results showed that formula 3 was the chosen formula which has 191,7 nm particle size, 0,171 polydispersity index and -47,5 mV zeta potential. In-vitro penetration study using Franz diffusion cell showed that amount of cumulative penetration of genistein nanoemulsion was 18,29 ± 0,16 (μg/cm2) compared to Gen90 Nano was 24,60 ± 0,57 (μg/cm2)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
T45194
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Yuliana Octavia
"
ABSTRAKIsoflavon merupakan metabolit sekunder yang terdapat dalam kedelai. Manfaat isoflavon diantaranya mengurangi resiko kanker, gangguan sistem pembuluh darah, osteoporosis, gejala menopause, dan penyakit jantung. Isoflavon umumnya terkonjugasi dengan senyawa gula, sedangkan senyawa aktif yang berperan besar dalam kesehatan adalah dalam bentuk aglikon. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kandungan daidzein, genistein, dan faktor-2 dalam susu kedelai melalui pemilihan bakteri asam laktat yang paling unggul selama 48 jam fermentasi pada temperatur 370 C dengan kecepatan pengocokan 200 rpm. L. plantarum, L. pentosus, dan L. casei Shirota strain digunakan sebagai inokulum untuk berlangsungnya proses hidrolisis ikatan ß-glukosida isoflavon menghasilkan bioaktif isoflavon. Pengukuran pertumbuhan bakteri menggunakan metode total plate count (TPC), perubahan keasaman diukur dengan pH meter, dan analisis isoflavon menggunakan metode KCKT pada panjang gelombang 260 nm. L. plantarum merupakan bakteri yang paling cocok untuk fermentasi susu kedelai dengan konsentrasi daidzein 14,17 μg/mL, genistein 14,17 μg/mL, dan faktor-2 13,33 μg/mL pada jam ke-24 yang merupakan waktu inkubasi terbaik untuk memperoleh isoflavon yang tinggi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library