Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lukman Halim
"Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara masukan Ca, kadar ion Ca serum dengan tekanan darah primigravida dengan usia kehamilan 24, 32 dan 36 minggu dalam rangka poncegahan terjadinya Preeklampsia.
Tempat : Poliklinik Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan FKUI Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan.
Bahan dan Cara: Penelitian dilakukan pada wanita primigravida dengan usia kehamilan 24 minggu yang memenuhi kriteria. Mula-mula dikumpulkan data-data mengenai sosiodemografi dan pamoriksaan masukan Kalori, Protein, Ca, kadar ion Ca serum dan tekanan darah, kemudian pada usia kehamilan 28 minggu diperiksa tekanan darah, usia kehamilan 32 minggu masukan Kalori, Protein, Ca dan tekanan darah, akhirnya pada usia kehamilan 36 minggu diperiksa masukan Kalori, Protein, Ca, kadar ion Ca serum dan tekanan darah. Data karakteristik disajikan secara deskriptif, sedangkan analisis dilakukan dengan uji statistik t dan x2.
Hasil: Dari 86 subyek penelitian yang diteliti, rata-rata masukan Ca nya pada usia kehamilan 24, 32 dan 36 minggu lebih rendah dari AKO, masing-masing 63%,76% dan 63%, rata-rata kadar ion Ca serumnya pada usia kehamilan 24 dan 36 minggu, dalam batas normal, masing-masing 1,06 dan 1,05 mmol/l, 7 orang (8,1%) menderita Preeklampsia. Tidak ditemukan hubungan bermakna antara Preeklampsia dengan variabel yang diteliti yaitu umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, status gizi, masukan Ca dan kadar ion Ca serum.
Kesimpulan: Masukan Ca dan kadar ion Ca serum tidak ada hubungan bermakna dengan terjadinya Preeklampsia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riana Pauline Tamba
"Latar Belakang. Kelahiran bayi prematur di Indonesia menempati peringkat ke-5 di dunia. Sebanyak 50% bayi prematur memiliki risiko kematian yang lebih tinggi akibat infeksi, dimana 90% diantaranya disebabkan oleh infeksi saluran cerna. Hal ini dikaitkan dengan imaturitas saluran cerna. Spermin, senyawa poliamin, diketahui berperan penting dalam proliferasi, pertumbuhan, serta diferensiasi sel. Pada saluran cerna, spermin diketahui berinteraksi dengan protein penyusun barier usus dan berperan penting dalam penyembuhan luka serta sistem imun. Belum pernah dilakukan penelitian mengenai efek spermin selama masa gestasi, sehingga efek spermin terhadap maturasi usus in utero menjadi penting untuk diketahui.
Tujuan. Untuk mengetahui pengaruh suplementasi spermin dalam diet terhadap maturasi protein tight junction selama masa gestasi yang berbeda pada kelinci.
Metode Penelitian. Desain penelitian merupakan studi analitik eksperimental menggunakan hewan coba kelinci New Zealand White (Oryctolagus cuniculus), yang dilakukan di Laboratorium Hewan Coba Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Badan Litbangkes Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Departemen Histologi FKUI, Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler FKUI, dan Laboratorium Terpadu FKUI mulai dari bulan Oktober 2018 - September 2019. Setelah dilakukan anestesis umum, sampel jaringan usus halus janin kelinci diambil dan dibagi dalam 6 kelompok yang terdiri dari kelompok perlakuan (dengan suplementasi spermin 20 mg/kgBB) dan kelompok tanpa perlakuan (tanpa suplementasi spermin), masing-masing kelompok berasal dari induk kelinci dengan usia gestasi 24 hari, 26 hari, dan 28 hari. Jumlah masing-masing kelompok adalah 4 induk gestasi dengan berat badan berkisar antara 3-3,5 kg dengan janin berkisar 5-9 ekor per induk gestasi. Jaringan usus halus dari setiap kelompok diambil untuk pemeriksaan biokimia menggunakan teknik ELISA untuk β-actin, β-catenin, dan occludin, serta pemeriksaan histomorfologi dengan pewarnaan hematoxyllin-eosin. Analisis statistik menggunakan uji Mann-Whitney U, uji Chi Square dengan uji Fisher untuk data proporsi, dan uji korelasi Spearman untuk data numerik.
Hasil. Tidak ditemukan perbedaan konsentrasi β-actin, β-catenin, dan occludin antar kelompok perlakuan dan non perlakuan. Pada kelompok perlakuan dan tidak pada kelompok non-perlakuan, ditemukan adanya korelasi positif bermakna antara konsentrasi β-actin dan β-catenin, β-actin dan occludin, serta β-catenin dan occludin. Hasil skoring maturasi barier pada kelompok dengan suplementasi spermin pada usia gestasi 24 dan 26 hari mendekati kelinci aterm.
Simpulan. Suplementasi spermin dalam diet selama masa gestasi memperbaiki interaksi antar molekul tight junction pada janin kelinci prematur.

Background. Indonesia is ranked 5th as a country with premature births. Half of the premature infants carry higher risks of death, in which 90% are due to gastrointestinal tract infection — these cases associated with the immaturity of the gastrointestinal tract system. Spermine is a polyamine molecule known for its essential role in cell proliferation, growth, and differentiation. Previous studies reported that spermine could interact with junctional proteins in the small intestine and responsible for maintaining the intestinal barrier integrity. However, to date, the efficacy of dietary spermine supplementation during the gestation period in utero remains unclear. Thus, an investigation is required. The purpose of the present study is to investigate the mechanism of spermine in improving intestinal villi barrier in premature rabbit fetus.
Aim. To investigate the effect of spermine supplementation in diet on the maturation of intestinal tight junction proteins during different rabbit gestation period.
Method. This study was an analytical, experimental study on New Zealand White Rabbits (Oryctolagus cuniculus) as animal models, performed at Laboratorium Hewan Coba Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Badan Litbangkes Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Departments of Histology FKUI, Department of Biochemistry and Molecular Biology FKUI, and Integrated Laboratory FKUI, from October 2018 until September 2019. Following general anesthesia, rabbit fetal intestinal specimens were taken and divided into six groups, consisting of groups given the intervention (spermine 20 mg/kg BW supplementation) and groups without intervention, each group based on the gestation period of 24 days, 26 days, and 28 days. β-actin, β-catenin, and occludin of ileal portion were determined and was stained by hematoxyllin-eosin for histomorphological assessment. Statistical analysis was carried out using the Mann-Whitney U test, Chi-Square test with Fisher test for data proportion, and Spearman’s rank correlation for numeric data.
Results. There was no significant difference for β-actin, β-catenin, dan occludin concentration between groups with- and without spermine supplementation. Significantly positive correlation was obtained in the groups with- but not in the groups without spermine supplementation, between concentration of β-actin and β-catenin, β-actin and occludin, as well as β-catenin and occludin. The barrier scoring of ileal histomorphology in groups with spermine supplementation at gestation period of 24 dan 26 days were similar to a mature fetus.
Conclusion. Spermine supplemented diet given during the gestation period improves the interaction between proteins composing tight junction in premature fetal rabbits.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessy Hardjo
"Untuk mencapai kehamilan sehat dibutuhkan interaksi dalam kandungan yang baik antara ibu hamil dengan janin. Apabila terjadi gangguan, maka masalah pada kehamilan yang bersifat fatal seperti preeklamsia dapat terjadi. Banyak studi telah menunjukkan adanya korelasi yang tinggi antara rusaknya proses aktivasi invasi trofoblas dan masalah pada maternal vascular endothelium. Peranan penting sebuah faktor transkripsi bernama Hif-1⍺ penting untuk regulasi oksigen khususnya dalam kondisi hipoksia, dan dipercaya juga berperan penting pada terjadinya preeklamsia di kehamilan. Pada studi ini, 20 sampel jaringan plasenta terdiri dari 10 sampel dari kehamilan preeklamsi dan 10 sampel dari kehamilan normal dianalisis menggunakan ELISA untuk melihat peranan protein HIF-1⍺ dan diinterpretasikan untuk menunjukkan hipoksia pada kehamilan preeklamsi. Hasil dalam studi ini menemukan bahwa tidak ada hasil yang signifikan ketika dianalisa secara statistic (p>0,05), namun ada kecenderungan bahwa kadar HIF-1⍺ lebih tinggi dibanding kadar HIF-1⍺ yang ditemukan dalam plasenta kehamilan normal.

Healthy pregnancy requires successful appropriate interaction established between mother and the fetus. When this fails to occur, problems in pregnancy such as a life- threatening disorder called preeclampsia may occur. Many studies have shown high correlation between the development of preeclampsia with faulty trophoblast invasion and spiral artery remodelling at early weeks of gestation, that consequently led to placental ischemia. Hypoxia-inducible factor-1a (HIF-1⍺), an essential transcription factor for oxygen regulation induced in hypoxic environment, is believed to be important in the course of this disease. However, the exact mechanism of the pathogenesis of preeclampsia is still elusive. In this study, 20 tissue samples composed of 10 preeclamptic placenta and 10 normal pregnancy placenta were examined using ELISA Kit, with the aim to assess the HIF-1⍺ protein level and determine whether it could be used to demonstrate presence of persistent hypoxia in preeclampsia. The results demonstrated that there is no statistically significant difference between the HIF-1⍺ level in preeclamptic and normal placenta (p>0.05), but there is an evident tendency of the level in preeclampsia placenta to be elevated."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Fitri Arianty
"Latar Belakang : Kelahiran prematur saat ini menjadi penyebab utama kematian pada bayi. Bayi yang dapat bertahan hidup memiliki kemungkinan cacat dan keterlambatan perkembangan. Di Indonesia, data dari Maternal Perinatal Death Notification Kementerian Kesehatan tahun 2023 tercatat 29.945 kematian bayi disebabkan bayi berat lahir rendah (BBLR), prematuritas dan asfiksia. Pada bayi prematur sering terjadi gangguan hemodinamik yang memengaruhi aliran darah ke otak. Keadaan ini disertai belum maturnya autoregulasi pada bayi prematur menyebabkan mudah terjadi GM-IVH. Sebagian besar GM-IVH tidak muncul segera setelah lahir. Beberapa penelitian menyebutkan 50% GM-IVH muncul 48 jam pertama setelah lahir dan 90% pada 72 jam pertama setelah lahir. Kesulitan di lapangan adalah 25 - 50 % bayi tidak menunjukkan gejala dan tanda manifestasi GM-IVH pada fase awal. USG kepala Doppler warna diketahui dapat melihat perubahan aliran darah dengan menilai perubahan parameter Doppler warna.
Tujuan : Mendapatkan nilai parameter USG kepala Doppler warna sebagai prediktor GM-IVH pada bayi prematur usia gestasi kurang dari sama dengan 34 minggu dalam 24 jam pertama kehidupan.
Metode : Penelitian ini merupakan suatu penelitian kohort prospektif untuk mendapatkan prediktor GM-IVH pada 75 bayi prematur usia 24 jam pertama setelah lahir dengan usia gestasi kurang dari sama dengan 34 minggu yang dirawat di RSCM. Satu orang bayi meninggal, sehingga 74 bayi sebagai subjek yang diikutsertakan hingga penelitian selesai. Studi menggunakan Analitik Multivariat Prediktif Kategorik.
Hasil : Distribusi karakteristik dalam penelitian ini sebanyak 74 subjek yang diikutsertakan dalam penelitian, diantaranya 60 (81,1%) didiagnosis GM-IVH pada usia antara 2-7 hari. Didapatkan bayi lahir dengan usia gestasi kurang dari sama dengan 34 minggu dalam usia 24 jam pertama menunjukkan parameter RI yang berperan dalam memprediksi GM-IVH dengan titik potong nilai parameter RI >0,69 pada USG kepala Doppler warna. Berdasarkan nilai titik potong RI > 0,69, pada AUC didapatkan sensitivitas 85,0 % dan spesifisitas 71,43%, nilai duga positif sebesar 92% dan nilai duga negatif 52%, kemaknaan p <0.0001.
Simpulan: USG kepala Doppler warna dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi GM- IVH pada bayi prematur yang lahir dengan usia gestasi kurang dari sama dengan 34 minggu dalam usia 24 jam pertama kehidupan dengan nilai parameter RI > 0,69 sebagai parameter yang berperan memprediksi GM-IVH.

Background: Premature delivery nowadays has become the primary cause of death in infants. The survivor infants can have some disabilities and developmental delays. In Indonesia, Maternal Perinatal Death Notification data from Health Ministry in 2023 report 29.945 number of death in infants caused by underweight, prematurities and asphixia. Premature infants often have haemodinamic abnormalities that can influence blood flow to the brain. This condition followed by the immature of the autoregulation in premature infants that can caused GM-IVH easyly. Most of GM-IVH did not appear directly after birth. A number of studies showed that GM-IVH 50% occured at 48 hours and 90% at 72 hours after birth. Difficulties in the field is 25 - 50 % infants do not show symptoms and signs of GM-IVH manifestation at early phase. Color Doppler head ultrasound could detect the early changes in the brain blood flow.
Aim : To have parameters values in color Doppler head ultrasound as predictor GM-IVH in premature infants at gestational ages less than equal 34 weeks and earlier than the first 24 hours of life.
Methods : A cohort prospective study to obtained GM-IVH predictors at 75 premature infants in gestation ages less than equal 34 weeks and age earlier than 24 hours of life, being treated at Cipto Mangunkusumo General Hospital. One baby died. Study was done using Multivarians Predictives Analitics Categories.
Result: There were 74 subject participated. Among the 60 (81,1%) were diagnosed GM-IVH at the age between 2-7 days. We found that premature infants in gestation ages less than equal 34 weeks and earlier than 24 hours of life, showed that the RI parameter played a significant role to predict GM-IVH. The cutoff point for color Doppler head ultrasound value was RI > 0,69, AUC revealed a sensitivity of 85,0 % and a specificity of 71,43 %, positive predictive value of 92% and negative predictive value of 52%, p <0.0001.
Conclusion: Color Doppler head ultrasound could be used as a tool to predict GM-IVH for prematures infants at gestation age less than equal 34 weeks and earlier than 24 hours of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library