Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indah Fajaria
"ABSTRACT
Penulisan tesis ini bertujuan untuk menunjukkan dan menjelaskan bagaimana posfeminis di era Spice Girls dalam sepuluh lirik lagu dan penampilan panggung mereka. Spice Girls merupakan salah satu grup musik pop fenomenal asal Inggris di era 1990-an yang terdiri dari lima perempuan belia dan cantik. Fenomena Spice Girls menjadi menarik karena slogan Girl Power yang selalu mereka bawakan dalam setiap kesempatan baik dalam lirik-lirik lagu maupun penampilan panggung mereka. Terdapat perdebatan yang hadir menanggapi isu perempuan baik terhadap Girl Power maupun penampilan Spice Girls. Perdebatan tersebut adalah dengan adanya pendapat yang menyatakan bahwa Spice Girls sebagai salah satu posfeminis masa itu atau Spice Girls adalah grup yang hanya menampilkan sensualitas semata. Berdasarkan hal tersebut penelitian dilakukan terhadap sepuluh lirik lagu Spice Girls dikaitkan dengan penampilan panggung mereka serta menghubungkannya dengan posfeminisme yang berkembang di masa itu. Posfeminisme di era Spice yakni di tahun 1990-an hadir dalam kemasan budaya populer dan sisterhood yang membentuk Girl Power. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesepuluh lirik lagu Spice Girls terkait dengan penampilan panggungnya yang fenomenal menunjukkan bahwa posfeminis di era Spice Gilrs membawa semangat Girl Power.

ABSTRACT
This thesis is aimed to point out and describe post-feminism in the Spice Girls era as reflected in ten song lyrics and performances of Spice Girls. Spice Girls that consists of five young and beautiful girls was one of the most famous British pop music in the decade of 1990s. They became a huge phenomenon for their Girl Power slogan that they immortalize in their lyrics as well as in their stage performances as a part of pop culture. There was also a debate concerning the phenomenon of the slogan and their performances. On one hand they were seen negatively by the critics. However, on the other hand they were regarded as the representations of post-feminists of the 1990s. This research tried to analyze the ten song lyrics of Spice Girls by relating them with the group?s stage performances. They are then examined with the post-feminism in the 1990s. Postfeminism of Spice Girls era appeared in the form of pop culture and sisterhood which are creating Girl Power. In conclusion, the writer found that the ten song lyrics as related to their stage performances are represent post-feminism of Spice Girls era which is bring a spirit named Girl Power.
"
2010
T26623
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Intan
"Tesis ini ingin menjawab permasalahan penelitian yaitu bagaimana representasi mitos femininitas di dalam film animasi Barbie (Barbie in the Nutcracker, Barbie as Rapunzel, dan Barbie of Swan Lake) dan bagaimana bentuk ideologi yang dihadirkan. Film-film ini menarik diteliti karena menggambarkan mitos feminitas yang dikonstruksi oleh Mattel. Film animasi yang teliti merupakan bentuk produk budaya mutakhir Mattel. Tesis ini dibuat untuk mengetahui cara bekerja ideologi dominan melalui mitos yang dikontruksi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode semiotik Barthes dan metode visual Dyer. Sedangkan dari aspek komunikasi menggunakan model dari van Zoonen.
Hasil penelitian menunjukan Mattel memakai mitos femininitas nilai Victoria pada ketiga film animasi Barbie seperti domestik (merawat, mengerjakan pekerjaan rumah), taat beribadah dan perawan. Nilai Victoria lainnya bahwa perempuan bersifat pasif digantikan dengan mitos girl power. Mitos girl power merupakan mitos yang popular sejak tahun 1990-an, menggambarkan bahwa seorang anak perempuan yang pemberani, aktif dan dapat menjadi pahlawan bagi dirinya sendiri. Akan tetapi mitos girl power yang diambil Mattel hanya pada permukaan. Perjuangan perempuan untuk mendapatkan kebebasan dan otoritas diri `dihadiahi' sosok pangeran. Pada akhirnya film ini tidak jauh berbeda dengan dongeng Cinderella dan Putri Salju. Secara tersirat Mattel menyatakan bahwa heteroseksual sebagai orientasi seks yang satu-satunya. Mattel tidak ingin konstruksi perempuan yang dihadirkan dalam film ini menjadi ancaman para pemeluk ideologi dominan (orang tua, guru, pemuka agama dan kaum pemodal) sebagai pangsa pasar terbesarnya. Sedangkan melalui metode visual dari Dyer memperlihatkan bahwa Barbie masih merepresentasikan citra cantik perempuan yang bertubuh tinggi, putih dan langsing."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11401
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library