Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tarigan, Tri Juli Edi
"Saat ini penyandang diabetes melitus tipe 2 (DMT2) sudah mencapai 415 juta dari seluruh penduduk dunia. Pengobatan yang tersedia masih memiliki banyak kelemahan sehingga dibutuhkan pengembangan obat-obat baru. Salah satu strategi pengobatan adalah dengan memperbaiki efek inkretin. Banyak fitofarmaka yang diketahui memiliki efek hipoglikemik. Ekstrak sambiloto sudah lama diketahui memiliki khasiat dalam pengobatan DMT2 dan digunakan secara tradisional di masyarakat. Studi ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme kerja ekstrak sambiloto dalam kaitannya memperbaiki efek inkretin. Studi ini merupakan uji klinis tersamar ganda menggunakan desain cross over pada subjek normal dan prediabetes yang diberikan intervensi ekstrak sambiloto selama 14 hari dibandingkan dengan plasebo. Dilakukan pemeriksaan kadar GLP-1, insulin puasa, insulin 2 jam pascabeban, HOMA-IR, glukosa darah puasa, glukosa darah 2 jam pascabeban, enzim DPP-4, dan glycated albumin sebelum dan sesudah intervensi. Dilakukan analisis bivariat dan analisis lajur. Tujuh puluh tiga subjek (normal 38 dan prediabetes 35) dianalisis per protokol. Didapatkan perbaikan efek inkretin yang ditandai dengan peningkatan kadar GLP-1 yang bermakna setelah pemberian ekstrak sambiloto selama 2 minggu pada subjek prediabetes. Ekstrak sambiloto tidak menghambat enzim DPP-4 pada kelompok normal dan prediabetes. Berdasarkan analisis lajur didapatkan bahwa ekstrak sambiloto dapat berperan dalam metabolisme glukosa melalui jalur GLP-1 dan jalur resistensi insulin. Ekstrak sambiloto meningkatkan kadar GLP-1 tanpa menghambat enzim DPP-4 pada subjek prediabetes. Berdasarkan analisis lajur ekstrak sambiloto dapat memperbaiki resistensi insulin pada subjek prediabetes.
......There are 415 million type 2 diabetes mellitus (T2DM) patients in the world. Currently available antidiabetic drugs still have their own weakness so there is a need to develop better drugs. One of the newer strategies of diabetes therapy is through restoring the effect of incretin. Many phytochemicals have been known to have hypoglycemic effect. Sambiloto extract is known to have effect for T2DM therapy and has been used traditionally in the community. This study aims to discover the mechanism of sambiloto extract in restoring incretin effect. This study was a double blinded clinical trial using cross over design in normal and prediabetes subjects treated with sambiloto extract for 14 days compared with placebo. GLP- 1, fasting insulin, 2 hour postload insulin, HOMA-IR, fasting blood glucose, 2 hour postload blood glucose, DPP-4, and glycated albumin were measured before and after intervention. Bivariate and path analysis were applied to see the relationship. Seventy-three subjects (38 normal and 35 prediabetes) were analyzed according to protocol. Restoration of incretin effect was marked by significant increase of GLP-1 concentration after administration of sambiloto extract for 2 weeks in prediabetes subjects. Sambiloto extract did not inhibit DPP-4 enzyme in normal and prediabetes subjects. Path analysis had shown that sambiloto extract can affect glucose metabolism through GLP-1 pathway and insulin resistance pathway. Sambiloto extract increased GLP-1 concentration without inhibiting DPP-4 enzyme in prediabetes subjects. From path analysis showed that sambiloto extract can also ameliorate insulin resistance in prediabetes subjects."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brilliant Cahya Puspasari
"Berbagai penelitian terus dilakukan untuk mencari intervensi dalam upaya mencegah komplikasi sistem kardiovaskular yang timbul akibat kondisi hiperglikemia pada diabetes. Pada kondisi hiperglikemia, latihan fisik intensitas tinggi interval (HIIT) dan intensitas sedang kontinu (MICT) diketahui memiliki pengaruh positif, salah satunya melalui peningkatan kadar GLP-1. GLP-1 selanjutnya meningkatkan kadar eNOS aorta dan menekan ekspresi RAGE. Keseluruhan proses tersebut memberikan proteksi pada endotel dan mencegah perubahan struktur pembuluh darah.
Penelitian ini ingin mengetahui perbedaan pengaruh HIIT dan MICT terhadap kadar GLP-1, eNOS, ekspresi RAGE pada aorta dan dampaknya pada struktur aorta. Digunakan tikus jantan wistar usia 8 minggu yang dibagi menjadi 4 kelompok (6 tikus per kelompok): kelompok kontrol tanpa intervensi latihan fisik (KN), hiperglikemia tanpa perlakuan (KHG), hiperglikemia dengan intervensi MICT (HG CT), dan hiperglikemia dengan intervensi HIIT (HG IT). Hiperglikemia diinduksi dengan injeksi streptozotocin intraperitoneal dosis tunggal (40mg/BB). Tikus dianggap memenuhi kriteria hiperglikemia jika kadar glukosa darah 72 jam pasca injeksi >200mg/dL. Intervensi latihan fisik dilakukan selama 6 minggu, dilanjutkan dekapitasi dan pengambilan jaringan aorta. Kadar GLP-1 dan eNOS diuji menggunakan metode ELISA sandwich, sementara ekspresi RAGE diuji menggunakan metode qPCR. Gambaran histologi aorta dilihat menggunakan metode pewarnaan hematoxylin-eosin. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan nilai median kadar GLP-1 dan ekspresi RAGE antara KHG dengan HG CT dan HG IT (p < 0.05), namun tidak terdapat perbedaan nilai median kadar eNOS antara KHG dengan HG CT dan HG IT (p > 0.05) dan tidak terdapat perbedaan diameter serta ketebalan dinding aorta antar kelompok. Untuk seluruh parameter yang diukur, tidak ditemukan perbedaan antara HG CT dan HG IT. Dapat disimpulkan bahwa baik HIIT dan MICT memberikan efek proteksi vaskular yang sama pada kondisi hiperglikemia, melalui peningkatan GLP-1 dan inhibisi RAGE.
......Research is continuously performed to seek interventions to prevent cardiovascular system complications in diabetes arising from hyperglycemia. In hyperglycemia, high-intensity interval training (HIIT) and moderate-intensity continuous training (MICT) are known to have a positive effect, one of which is through increasing GLP-1 levels. GLP-1 further increases aortic eNOS levels and inhibit RAGE expression. The whole process provides protection to the endothelium and prevents pathological changes in structure of the blood vessels.
The aim of this study is to analyse the effect of HIIT and MICT on GLP-1 level, eNOS level, and RAGE expression in the aorta and how these affect the structure of aorta. Wistar male rats aged 8 weeks were divided into 4 groups (6 rats per group): control group without exercise (KN), hyperglycemia without treatment (KHG), hyperglycemia with MICT (HG CT), and hyperglycemia with HIIT (HGIT). Hyperglycemia was induced by a single dose of intraperitoneal injection of streptozotocin (40 mg/BW). Rats were considered hyperglycemia if the blood glucose level within 72 hours after injection was >200 mg/dL. The exercise intervention was carried out for 6 weeks, followed by decapitation and aorta tissue collection. GLP-1 and eNOS levels were tested using the sandwich ELISA method, while RAGE expression was tested using the qPCR method. Histology of the aorta was analyze using the hematoxylin-eosin staining method. The results showed that there was a difference in the median value of GLP-1 levels and RAGE expression between KHG and both HG CT and HG IT (p < 0.05), but there was no difference in the median value of eNOS levels between KHG and both HG CT and HG IT (p > 0.05). There was no difference in aorta diameter and wall thickness within groups. For all parameters measured, no difference was found between HG CT and HG IT. It can be concluded that both HIIT and MICT exert similar vascular protective effects in hyperglycemic conditions, through increased GLP-1 and RAGE inhibition."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizkiani Juleshodia Wulandari
"Diabetes Mellitus DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia. Saat ini, sedang dikembangkan penanganan dengan menggunakan analog hormon GLP-1 yaitu hormon inkretin yang berperan meningkatkan sekresi insulin. Hibiscus sabdariffa Linn H.sabdariffa sudah sering digunakan untuk pengobatan DM, namun belum diketahui perannya terhadap peningkatan kadar GLP-1. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi H.sabdariffa terhadap kadar GLP-1. Penelitian ini studi eksperimental in-vivo menggunakan 36 ekor tikus jantan Sprague-Dawley usia 8-10 minggu yang dibagi menjadi 6 kelompok secara acak: Kontrol C , Kontrol H.sabdariffa 200 mg/kgBB/hari C-Hib 200 , Kontrol H.sabdariffa 500 mg/kgBB/hari C-Hib 500 , Kontrol DM C-DM , DM-H.sabdariffa 200 mg/kgBB/hari DM-Hib 200 , DM-H.sabdariffa 500 mg/kgBB/hari DM-Hib 500 . Pemberian H.sabdariffa menggunakan ekstrak metanol selama 5 minggu. Pengukuran gula darah sewaktu GDS menggunakan glucometer Accucheck sedangkan pengukuran insulin dan GLP-1 menggunakan ELISA. Uji statistik menggunakan one-way ANOVA. Kadar GLP-1 pada kelompok C-DM lebih rendah dibanding dengan kelompok C p

Diabetes mellitus DM is a metabolic disease characterized by hyperglycemia. Treatment with GLP 1 hormone analogue has been developed nowadays. GLP 1 is an incretin hormone that contribute on increasing insulin secretion. Hibiscus sabdariffa Linn H.sabdariffa already known to DM treatment, but there was no data about the role of H. sabdariffa on increasing GLP 1 level. Therefore, this study aimed to investigate potentiation of H. sabdariffa to GLP 1 level. This study was an in vivo experimental study which conducted in 5 weeks using 36 male Sprague Dawley rats aged 8 10 weeks that were randomly divided into 6 groups normal control group C , methanol extract H.sabdariffa treated control group 200 mg kgBW day C Hib 200 , methanol extract H.sabdariffa treated control group 500 mg kgBW day C Hib 500 , DM control group C DM DM H.sabdariffa treated group 200 mg kgBW day DM Hib 200 and DM H.sabdariffa treated group 500 mg kgBW day DM Hib 500 . Random blood glucose level were measured by glucometer Accucheck, insulin and GLP 1 plasma level were measured using ELISA method. Statistical analysis was using one way ANOVA. GLP 1 level in C DM rats were lower than control group p"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58584
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanny Djaya
"International Diabetes Federation IDF pada tahun 2014 menyatakan penyandang DM yang berusia 20 -79 tahun sejumlah 8 dari seluruh penduduk Indonesia. Jali merupakan tumbuhan serealia yang mengandung 24,9 gram fruktooligosakarida dari setiap 100 gram bijinya. Perpaduan satu porsi yogurt jali yang terdiri dari 100 ml yogurt, mengandung probiotik Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium masing masing sebesar 109cfu/mL, dicampur dengan 25 g jali rebus dapat menurunkan inflamasi epitel usus yang ditandai dengan penurunan kadar Calprotectine CP feses, meningkatkan kadar Glucagon Like Peptide-1 GLP-1 dan menurunkan resistensi insulin yang berperan dalam mengontrol kadar glukosa darah.
Penelitian ini menggunakan randomized controlled trial parallel group study, untuk menilai pengaruh pemberian yogurt dan yogurt jali selama 12 minggu pada 60 subjek penyandang DM tipe2 masing-masing sebanyak 30 subjek pada kelompok yogurt dan yogurt jali.
Didapatkan penurunan rerata BB p.

Background: International Diabetes Federation IDF in 2014 reported that diabetes mellitus prevalence in Indonesia were 8. Job`s tears is a cereal containing 24.9 grams of fructooligosaccharide per 100 grams of dry seed. The combination of one serving of yogurt with Job`s tears composed from 100 ml yogurt, containing Lactobacillus acidophilus and Bifidobacterium probiotics of 109cfu / mL each, mixed with 25 g of boiled Job`s tears could decrease the inflammation of the intestinal epithelium, decrease the oxidative stress and insulin resistance that will play a role in controlling blood glucose.
Method: This study used randomized controlled trial parallel group study to evaluate the effect of yogurt and yogurt with Job`s tears on FBG, GLP-1, CP and body weight in type 2 diabetes mellitus. The subjects in this study were 60 employees of Atma Jaya Jakarta with randomization block, each of 30 subjects in intervention yogurt with Job`s tears and control yogurt only groups.
Result: A reduced body weight p."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliana Suryati
"

Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom metabolisme yang ditandai oleh peningkatan glukosa darah (hiperglikemia). Keadaan ini disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas sel target terhadap insulin. Mekanisme pengaturan kadar glukosa darah oleh insulin dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah Glucagon like peptide 1 (GLP-1) yang beraksi di pankreas sehingga meningkatkan sekresi insulin. Saat ini, ada beberapa penelitian yang menggunakan GLP-1 sebagai target terapi dalam pengobatan diabetes. Beberapa hasil penelitian menunjukkan tanaman herbal seperti H. sabdariffa dapat menurunkan kadar glukosa darah, tetapi mekanismenya melalui GLP-1 belum diketahui. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran H. sabdariffa terhadap sekresi GLP-1 si sel L ileum dan aksi GLP-1 di pankreas serta dampaknya pada kadar insulin dan glukosa darah tikus diabetes melitus. Penelitian ini menggunakan tikus Sprague-Dowley jantan, usia 8-10 minggu, berat 200-250g yang dibagi dalam 6 kelompok: (1) kelompok kontrol normal (C), (2) kelompok kontrol yang diberi H, sabdariffa 200 mg/kgBB/hari (C-Hib2), (3) kelompok kontrol yang diberi H. sabdariffa 500 mg/kgBB/hari (C-Hib5), (4) kelompok kontrol DM (C-DM), (5) kelompok DM yang diberi H. sabdariffa 200 mg/kgBB/hari (DM-Hib2), (6) kelompok DM yang diberi H. sabdariffa 500 mg/kgBB/hari (DM-Hib5). Hasil perediksi molecular docking menunjukkan terjadi imteraksi antara senyawa aktif H. sabdariffa dengan transporter SGLT1 dan senyawa aktif H. sabdariffa dengan reseptor GLP-1R, yang berperan sebagai activator. Pemberian H. sabdarifa pada tikus diabetes memiliki potensi untuk meningkatkan kadar GLP-1 yang memberi makna secara klinis dengan meningkatkan kadar insulin dan menurunkan kadar glukosa darah.


Diabetes Mellitus (DM) is a metabolic syndrome characterized by hyperglycemia. It is due to impairment of insulin secretion or decreased insulin sentivitity of insulin cell target. Insulin in regulating blood glucose level is influenced by various factors, such as Glucagon like peptide 1 (GLP-1), which have action in pancreas that can increase insulin secretion. Currently, there are several studies that use GLP-1 as the target of therapy in the treatment of diabetes. Several studies have shown that herbal plants such as Hibiscus sabdariffa Linn.. (H. sabdariffa) can lower blood glucose levels, but the mechanisms of GLP-1 have not yet been determined. This study aims to determine the potential of H. sabdariffa against secretion of GLP-1 in cell L ileum and action of GLP-1 in pancreas tissue and affect to insulin and blood glucose level in DM rats. This study was an experimental study in vivo using the male Sprague-Dowley rats, age 8-10 weeks, initial weight 200-250 g. Rats were randomly assigned to 6 groups: (1) normal control (C), (2) control group given H. sabdariffa 200mg/kgBW/day (C-Hib2), (3) control group given H. sabdariffa 500 mg/kgBW/day (DM-Hib2), (4) control DM (C-DM), (5) DM group given H. sabdariffa 200 mg, (6) DM group given H. sabdariffa 500mg/kgBW/day (DM-Hib5). Prediction of molecular docking showed that there is interaction of H. sabdariffa active compound against SGLT1 transporter and H. sabdariffa active compound against GLP-1R receptor and have function as activator. Administration of H. sabdarifa in diabetic rats can stimulate increased of GLP-1 level in pancreas, which gives clinical significance by increasing insulin levels and lowering blood glucose levels.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library