Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadia Rahmawati
Abstrak :
Ampas singkong merupakan limbah padat singkong yang tidak dimanfaatkan lagi, dengan penambahan PVac sebagai perekat dan gliserol sebagai plastisizer diharapkan mampu menghasilkan plastik biodegradable yang mudah terurai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan kekuatan tarik dari plastik biodegradable berbahan dasar ampas singkong. Ampas dan PVac divariasikan dengan perbandingan 9:1; 8:2; 7:3 dan 6:4. Hasil pengujian tarik menunjukkan, plastik 6:4 mempunyai kekutan tarik 0.1019 ± 0.339 dan regangan maksimum 26.178%. Sedangkan plastik 9:1 kekuatan tarik dan regangan maksimumnya, 0.1659 ± 0.035 dan 22.386%. ......Cassava waste can be used with the addition of PVac (as bonding agent) and glycerol (as plastisizer) to make a biodegradable plastics. This research investigated the physical characteristic and tensile strength of cassava waste based biodegradable plastics. Cassava waste and PVac ratio were varied into 9:1, 8:2, 7:3 and 6:4. Tensile test showed that 6:4 ratio, tensile strength 0.1019 ± 0.339 and maximum strain 26.178%. Furthermore 9:1, tensile strength and maximum strain were 0.1659 ± 0.035 and 22.386%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S53731
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kenneth Johan
Abstrak :
ABSTRAK
Di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), formalin digunakan sebagai pengawet utama kadaver. Namun, formalin memiliki beberapa efek yang tidak diinginkan bagi kesehatan. Oleh karena itu, larutan pengawet lain, seperti gliserin dan kalsium klorida merupakan kandidat larutan pengawet pengganti. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil pengawetan jaringan saluran pencernaan dalam larutan CaCl2 dan glycerin dengan larutan pengawet berformalin. Tikus Sprague Dawley jantan (n=36) difiksasi primer dengan injeksi supravital 10% dan 25% formalin dan direndam dalam larutan yang sama selama satu minggu. Setelah itu, saluran pencernaan (usus) dilepaskan dan pengawetan dilanjutkan dengan merendamnya dalam larutan pengawet lanjutan yaitu 15% CaCl2, 20% CaCl2, 70% glycerin + 0.1% thymol dalam etanol dan larutan pengawet standar Departemen Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kemudian secara berkala, yaitu setiap bulan pada enam bulan pertama dan setelah 12 bulan, strutkur makroskopis (konsistensi dan pertumbuhan jamur) diamati, dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopis. Setelah itu, pengamatan dilanjutkan pada struktur mikroskopik (nekrosis dan abnormalitas). Konsistensi jaringan yang diawetkan dalam larutan CaCl2 menurun (menjadi lunak), yang diawetkan dalam larutan glycerin atau formalin tetap atau mengeras. Rata-rata perbedaan mikroskopis menunjukan kerusakan di semua spesimen CaCl2. Uji Kruskal Wallis menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan rata-rata perbedaan mikroskopis antar pengawet lanjutan (x2 = 7.329; p = 0.062). Disimpulkan bahwa glycerin 70% + 0.1% thymol dalam ethanol dapat digunakan sebagai pengganti larutan formalin, tetapi CaCl2 tidak
ABSTRACT
In Faculty of Medicine Universtas Indonesia, formalin is used as the main preservative for the cadavers. Formalin produces several adverse effects. Substitute preservative solutions such as glycerin or CaCl2 are used in some other settings outside Indonesia. This research aimed to compare the result of intestinal tissue preservation using CaCl2 and glycerin with those that were advanced preserved with formalin solution. Male Sprague Dawley rat (n=36) were injected with supravital primary fixation (10% and 25% formalin) and submerged for one week in the same solution. Advanced preservative used were 15% CaCl2, 20% CaCl2, 70% glycerin + 0.1% thymol in ethanol and standard preservation solution of Department of Anatomy as control. Organs were distributed according to the preservation group and observed in a time frame. Data collected were macroscopic consistency and microscopic average abnormalities.Consistency of tissues preserved in CaCl2 resulted in a squishy specimen. All other solutions resulted in the consistency similar or harder than the beginning of the experiment. Microscopic average indicates abnormalities in all CaCl2 specimens. Kruskal Wallis Test resulted in no significant difference between advanced preservative groups (x2 = 7.329; p = 0.062). Concluded that Formalin 10% can be used as a primary fixative, and Glycerin 70% + 0.1% Thymol in ethanol can be used as a substitute for control solution, while CaCl2 is not recommended.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shefa Myria Khairunnisa
Abstrak :
Realita bekerja dari rumah dan physical distancing akibat pandemi COVID-19 telah menyebabkan pergeseran preferensi konsumen dari kosmetik ke produk personal care. Namun, sebagian besar produk personal care khususnya bath bomb masih menggunakan pewarna sintetis yang dapat menimbulkan berbagai efek samping bagi kulit. Sebagai respons terhadap permasalahan tersebut, penelitian ini akan memformulasi bath bomb dengan menggunakan pewarna alami yang diekstrak dari tanaman saffron (Crocus sativus) melalui metode maserasi, serta dengan penambahan gliserin dan air mawar sebagai bahan baru. Percobaan ini akan mempelajari dan mengevaluasi pengaruh pewarna alami dan sintetis, air mawar, substitusi air dengan minyak, serta perbedaan jumlah gliserin dalam formulasi yang divariasikan pada 0,5% (v/w), 1% (v/w), dan 2% (v/w). Hasil akhir menunjukkan bahwa adanya air dalam formulasi menyebabkan reaksi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat yang didorong oleh panas yang dapat menyebabkan bath bomb kehilangan bentuknya pada suhu kamar. Sampel bath bomb juga terbukti memiliki beragam senyawa terpenoid yang mudah menguap, mampu menghambat aktivitas Escherichia coli, tidak kehilangan berat yang signifikan selama penyimpanan, dan memiliki pH yang berkisar antara 5,40 hingga 6,80. ......The realities of working from home and physical distancing due to the COVID-19 pandemic have caused a shift in consumer preference from cosmetics to personal care products. However, the majority of personal care products, specifically bath bombs, are produced using synthetic colorants which can have various adverse effects. This research aims to formulate a bath bomb, using a natural dye extracted from saffron (Crocus sativus) through maceration, with glycerin and rose water as a novelty ingredient, as well as to evaluate the effects of natural and synthetic colorant, rose water, the substitution of water with oil, as well as variations in the glycerin content of 0.5% (v/w), 1% (v/w), and 2% (v/w). Based on the results, the presence of water in the formulation causes a reaction between citric acid and sodium bicarbonate that is facilitated by heat, causing the bath bomb to lose shape at room temperature. Also, the bath bomb samples have pH values ranging from 5.40 to 6.80, lost no significant weight during storage, and retain an abundance of volatile terpenoids which inhibit the activity of Escherichia coli.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Narmada
Abstrak :
Latar Belakang: Dibutuhkan waktu 14 hari donor kulit STSG sembuh. Kolagen berperan penting untuk menginduksi penyembuhan luka dan proses epitelisasi lebih cepat. Sementara gliserin menjaga kulit tetap lembab dan mendorong migrasi sel epitel. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui fungsi gel kolagen dan gliserin dalam mempercepat penyembuhan luka pada daerah donor STSG. Bahan dan Metode: Uji coba klinis non-acak dilakukan pada 18 pasien dewasa untuk membandingkan tingkat epitelisasi pada donor STSG antara kombinasi gel kolagen dan gliserin dibandingkan tulle yang dikombinasikan dengan kasa lembab. Luka dinilai pada hari ke 7, 10, dan 14 pascaoperasi. Persentase epitelisasi dievaluasi dan difoto. Setiap foto dianalisis dengan menggunakan program analisis warna Adobe Photoshop. Data dianalisis dengan menggunakan SPSS 20.0 dan diuji dengan independent t-test. Hasil: Delapan belas pasien yang membutuhkan pencangkokan kulit dimasukkan dalam penelitian ini. Terdapat 13 pria dan 5 wanita dengan usia rata-rata 33,34 tahun berkisar 15-50 tahun . Area donor rata-rata adalah 140,89 cm2 berkisar 100-240 cm2 . Persentase tingkat epitelisasi lebih besar dengan menggunakan kombinasi gel kolagen dan gliserin pada hari ke-7 pasca operasi 88,05 , 95 CI 85,75-90,63 vs 77,18 , 95 CI 73,39-81,02 ; p ......Background It usually takes 14 days for the split thickness skin donor site to heal. Collagen plays an important role to induce faster wound healing and epithelialization. Meanwhile, glycerin keeps skin moisturized and promotes epithelial cells migration. This study was conducted to identify the role of combined collagen and glycerin based gel in promoting faster wound healing on split thickness skin graft donor sites.Materials and Methods A non randomized clinical trial was performed on 18 adult patients to compare the dressing for split thickness skin graft donor site epithelialization rate between combination of collagen and glycerin based gel versus tulle grass combined with moist gauze. The wound was assessed on postoperative day 7, 10, and 14. The epithelialization percentage was evaluated and photographed. Each photo was analyzed using Adobe Photoshop color match program. Data was analyzed using SPSS 20.0 and tested with independent t test.Result Eighteen patients requiring skin grafting were included in this study. There were 13 men and 5 women with mean age 33.34 year old ranged 15 50 year old . The average donor area was 140.89 cm2 ranged 100 240 cm2 . Epithelialization rate was greater using combination of collagen and glycerin based gel on postoperative day 7 88.05 , 95 CI 85.75 90.63 vs 77.18 , 95 CI 73.39 81.02 p 0.05 and day 10 96.92 , 95 CI 96.02 97.82 vs 89.22 , 95 CI 87.6 90.85 p 0.05 . Meanwhile, there is no epithelialization rate difference on postoperative day 14 between both dressing types 100 vs 99.72 0.55 , p 0.05Conclusion Although showing better epithelialization rate at day 7 and 10, combination of collagen and glycerin based gel covered gauze showed no difference in the healing of split thickness skin graft donor sites in comparison with tulle grass combined with moist gauze at day 14. Keywords Donor site, STSG, collagen and glycerin based gel, epithelialization.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T57652
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Sugiyati
Abstrak :
Transfersom merupakan teknologi nano vesikel yang bersifat deformabel, elastis dan fleksibel sehingga mampu berpenetrasi sampai ke lapisan kulit yang lebih dalam. Kofein berkhasiat sebagai antiselulit melalui stimulasi jalur lipolisis pada sel lemak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan daya penetrasi gel transfersom kofein dan efek lipolisisnya dibandingkan dengan sediaan gel kofein tanpa transfersom. Empat formula transfersom dibuat dengan konsentrasi kofein yang berbeda (1; 2; 3; 5 %) menggunakan metode hidrasi lapis tipis. Suspensi formula 4 dengan ukuran partikel 202,35 nm, indeks polidipersitas 0,1090 dan efisiensi jerapan 58,91% dipilih untuk sediaan gel. Uji penetrasi dilakukan secara in vitro dengan Sel Difusi Franz, sedangkan reaksi enzimatik lipolisis dengan metode kolorimetri. Jumlah kumulatif kofein yang terpenetrasi dari gel transfersom lebih tinggi yaitu 1218,34+358,71 μg cm-2, persentase jumlah kumulatif 8,53+2,55% dan fluks 360,91+86,50 μg cm-2 jam-1. Sementara gel kofein tanpa transfersom memiliki jumlah kumulatif terpenetrasi 369,29+231,57 μg cm-2, persentase jumlah kumulatif 2,61+1,37% dan fluks 70,96+73,39 μg cm-2 jam-1. Konsentrasi gliserol bebas hasil uji enzimatik lipolisis gel transfersom kofein lebih tinggi (4,03+1,64 nmol) dibandingkan gel kofein tanpa transfersom (0,81+0,39 nmol). Dapat disimpulkan bahwa gel transfersom kofein memhasilkan daya penetrasi dan reaksi enzimatik lipolisis yang lebih baik dibandingkan gel kofein tanpa transfersom. ......Transfersome is a vesicle nano technology which is deformable so it can penetrate to the deeper layer of skin. Caffeine as an anticellulite can stimulate adipocyte lipolysis. The aim of this study is to investigate in vitro penetration and lipolysis effect of caffeine transfersome gel compared to nontransfersome gel. Four transfersome formulations with different caffeine concentrations (1; 2; 3; 5 %) were made using thin layer hidration method. The fourth formulation was choosen to be loaded into gel (vesicle size is 202.35 nm ; polydispersity index is 0.1090 ; entrapment efficiency is 58.91%). The in vitro penetration evaluation was determined using Franz Diffusion Cell. Glycerol concentration from lipolysis enzymatic reaction was determined using colorimetry method. The cumulative amount penetrated from caffeine transfersome gel is 1218.34+358.71 μg cm-2, cumulative amount percentage is 8.53+2.55% and flux is 360.91+86.50 μg cm-2 hr-1. Those results gave higher value than nontransfersome gel (cumulative amount 369.29+231.57 μg cm-2 ; cumulative amount percentage 2.61+1.37% ; flux 70.96+73.39 μg cm-2 hr-1). Free glycerol concentration from lipolysis enzymatic reaction of caffeine transfersome gel is higher (4.03+1.64 nmol) than nontransfersome gel (0.81+0.39 nmol). The conclusion is caffeine transfersome gel has better penetration and lipolysis enzymatic reaction than caffeine nontransfersome gel.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
T42875
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Fajri Adhwiyan
Abstrak :
Pertumbuhan ekonomi global berdampak pada meningkatnya permintaan bahan bakar. Indonesia menggunakan biodiesel sebagai alternatif yang ramah lingkungan dengan penggunaan yang diatur secara bertahap. Namun, masalah penyumbatan filter pada mesin biodiesel menjadi tantangan. Penggunaan ceramic membrane filter telah ditemukan sebagai metode untuk mengurangi masalah ini, tetapi diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menguji pengaruhnya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengkaji sifat fisika kimia serta kontaminan yang terbentuk dari campuran bahan bakar biodiesel (B30) pada tangki penyimpanan kapal laut sebelum dan setelah menggunakan ceramic membrane filter. Pengujian yang dilaksanakan meliputi nilai densitas, viskositas kinematik, water content, cleanliness, FBT, total gliserin, dan bacterial growth. Hasil penelitian menunjukkan beberapa perbedaan pada setiap variabel yang diuji. Nilai densitas dan viskositas kinematik cenderung tidak memiliki perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah menggunakan ceramic membrane filter. Sementara itu, hasil pengujian karakteristik menunjukkan menurunnya nilai karakteristik kontaminan yang terbentuk dari penggunaan ceramic membrane filter dengan variasi ukuran pori 0.05 µm, 0.1 µm, 0.2 µm, dan 1.2 µm. Water Content menurun dari yang sebelumnya bernilai 305 ppm menjadi 290 ppm, 158 ppm, 289 ppm, 201 ppm, dan 206 ppm pada masing-masing sampel ukuran ukuran pori. Nilai cleanliness menggunakan ISO Code 4406 sebelum menggunakan ceramic membrane filter adalah 21/19/15. Setelah menggunakan ceramic membrane filter terdapat penurunan dengan sampel yang paling baik mengurangi jumlah kontaminan adalah sampel 0.1 µm dengan nilai 15/14/13. Nilai FBT turun yang sebelumnya bernilai 7.57 menjadi 1-1.05. Bacterial Growth juga menurun yang sebelumnya bernilai 80 menjadi 8-43 RLU. Sementara itu, nilai total gliserin cenderung tidak memiliki perubahan yang signifikan dengan rentang hasil uji antara 0.04 %-massa sampai 0.05 %-massa pada setiap sampel yang diuji. ......Global economic growth has led to an increasing demand for fuel, which is still predominantly dominated by fossil energy sources. Indonesia has been using biodiesel as an environmentally friendly alternative, with its usage regulated gradually. However, filter clogging issues in biodiesel engines remain a challenge. The use of ceramic membrane filters has been discovered as a method to reduce these problems, but further research is needed to examine their effect. This study aims to investigate and evaluate the physicochemical properties and contaminants formed from the biodiesel fuel mixture (B30) in marine vessel storage tanks before and after using ceramic membrane filters. Testing includes density, kinematic viscosity, water content, cleanliness, FBT, total glycerin, and bacterial growth. The research results indicate several differences in each tested variable. Density and kinematic viscosity values tend to show no significant differences before and after using a ceramic membrane filter. However, the testing results of characteristic parameters show a decrease in the values of contaminant characteristics formed from the use of ceramic membrane filters with pore size variations of 0.05 µm, 0.1 µm, 0.2 µm, and 1.2 µm. Water content decreased from its initial value of 305 ppm to 290 ppm, 158 ppm, 289 ppm, 201 ppm, and 206 ppm for each pore size sample. The cleanliness value using ISO Code 4406 before using the ceramic membrane filter was 21/19/15. After using the ceramic membrane filter, there was a decrease, with the best sample reducing the number of contaminants to a value of 15/14/13 for the 0.1 µm sample. The FBT (Filter Blocking Tendency) value decreased from its initial value of 7.57 to 1-1.05. Bacterial growth also decreased from 80 to 8-43 RLU (Relative Light Units). Meanwhile, the total glycerin value tends to show no significant change, with test results ranging from 0.04% to 0.05% by mass for each tested sample.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Woro Bismo
Abstrak :
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif mesin diesel yang berasal dari minyak nabati. Memiliki kelemahan, yaitu mudah teroksidasi. Hal ini disebabkan karena biodiesel memiliki ikatan karbon tak jenuh yang membuat tidak stabil. Untuk meningkatkan ketahanan oksidasi diperlukan aditif antioksidan. Salah satu alternatif antioksidan yang lebih prospektif ialah Tert-Butylhydroquinone TBHQ baik dari sisi harga maupun ketersediaannya, namun TBHQ memiliki polaritas yang berbeda dengan biodiesel yang menyebabkan TBHQ tidak dapat terdistribusi dengan baik. Peningkatan distribusi TBHQ dalam biodiesel dilakukan dengan penambahan surfaktan yang dapat meningkatkan dispersi antara dua senyawa yang tidak saling larut. Surfaktan yang umum digunakan untuk mencampur aditif bersifat polar pada minyak nabati yaitu Glycerol Monostearate. Variasi konsentrasi Glycerol Monostearate dilakukan untuk mengetahui komposisi terbaik meningkatkan stabilitas oksidasi biodiesel. Stabilitas oksidasi biodiesel diukur berdasarkan peningkatan angka asam dan penurunan bilangan iodin. Hasil penelitian menunjukkan penambahan surfaktan Glycerol Monostearate mampu meningkatkan dispersi TBHQ dalam biodiesel meningkatkan kinerja TBHQ sebagai antioksidan. Penambahan Glycerol Monostearate 300 ppm TBHQ 2000 ppm rasio 3:20 menunjukkan hasil terbaik dalam mencegah oksidasi pada biodiesel.
Biodiesel is an alternative fuel for diesel engines which comes from vegetable oils or animal fats. Biodiesel has disadvantages, one of disadvantage is easily oxidized. Oxidation in biodiesel is caused by having unsaturated carbon bonds that make it unstable. Antioxidant additives are required to increase the oxidation resistance. Pyrogallol is an antioxidant additive commonly used to prevent oxidation of biodiesel because it has a good performance, but expensive. One of the more prospective antioxidant is Tert Butylhydroquinone TBHQ both price and availability, but TBHQ has a different polarity than biodiesel that causes TBHQ can rsquo t be well distributed in biodiesel. Increasing the distribution of TBHQ in biodiesel can be done by the addition of surfactants which can increase the dispersion between two non soluble compounds. In this study apply a surfactant commonly used to mix polar additives on vegetable oils that is Glycerol Monostearate surfactant. Concentration variation of Glycerol Monostearate addition were performed to find out the best amount of composition that can improve the oxidation stability of biodiesel. The biodiesel oxidation stability was measured by increasing the acid number and decreasing the iodine number for one month of storage. The results showed that the addition of Glycerol Monostearate could increase TBHQ dispersion in biodiesel and improve the performance of TBHQ as antioxidant. The addition of 300 ppm Glycerol Monostearate and TBHQ 2000 ppm ratio 3 20 showed the best results in preventing oxidation in biodiesel.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hudi Susanto
Abstrak :
Kekentalan fluida dan sifat fluida saat mengalir dalam pipa sangat penting untuk diketahui dalam menentukan alat transportasi (pompa atau kompresor) yang tepat. Tujuan penelitian ini adalah menguji sifat-sifat kekentalan aliran dan membuat kurva aliran larutan gliserin dengan alat koaksial silinder putar viskometer. Perhitungan tegangan geser dan gradien kecepatan dengan mengukur kecepatan sudut pada silinder luar dan torsi dari silinder. Fluida uji berupa air murni dan 40% dan 60% larutan gliserin. Hasil menunjukkan koefisien torsi dari koaksial silinder untuk larutan gliserin menunjukkan proporsional dengan tegangan geser dan gradien kecepatan.
Fluid viscosity and fluid characteristic flow on the pipe is very important to know for decide kind of transportation (pump or compressor) suitable. The purpose of this study was to examine the viscous properties and to make flow curve of glycerin solutions by coaxial cylinder rotating viscometer. Calculated shear stress and the shear strain by measure angular velocity on outer cylinder and the torque on inner cylinder of vertical coaxial cylinder viscometer. Test fluids were tap water and 40, 60 wt% of glycerin solutions. The result indicated moment coefficient of coaxial cylinder for glycerin solution shown proportional with shear stress and shear strain.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S50940
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library