Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gandjar Kiswanto
Abstrak :
Triangle's checking in 3D faceted models is an essential step in gouging detection and elimination process. To check whether model surface intersects the tool, every triangle in the model has to be checked. Unfortunately, this process takes much time. Since the computer can't see and doesn't know which triangles located under the current tool position, then the triangles all over the surface model should be checked. To reduce the time, region checking at every position of tool has to be detected. Triangles that have to be checked are only in that region. The way of creating the region can be done by bucketing. Bucketing process will make some buckets as representation of regions and each bucket will be filled with triangles that lie in the corresponding region. There are several bucketing methods. This paper will explain all methods which have been implemented in the research.
Pengecekan segitiga dalam model 3 dimensi berfaset merupakan tahapan penting dalam deteksi gouging dan proses eliminasi. Untuk mengecek apakah permukaan model bersinggungan dengan alat, setiap segitiga pada model harus diperiksa. Akan tetapi, proses ini membutuhkan waktu yang lama. Segitiga-segitiga pada seluruh permukaan model harus diperiksa karena komputer tidak dapat melihat dan tidak mengetahui segitiga mana yang terletak di bawah posisi alat saat ini. Untuk mengurangi konsumsi waktu, pengecekan wilayah pada setiap posisi alat harus dapat dideteksi. Segitiga yang harus diperiksa adalah hanya yang berada pada wilayah tersebut. Cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan wilayah adalah dengan menggunakan bucketing. Proses bucketing akan membuat beberapa bucket sebagai representasi dari beberapa wilayah dan setiap bucket akan diisi dengan segittiga yang terletak pada wilayah terkait. Terdapat beberapa metode bucketing. Paper ini akan menjelaskan semua metode yang telah diimplementasikan di dalam riset.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Handryanto
Abstrak :
ABSTRAK
Micro-milling adalah pemesinan milling dalam skala mikro, dimana terdapat beberapa kesulitan dalam konversi dari skala makro ke skala mikro. Produk berskala mikro belakangan menjadi kebutuhan di bidang kesehatan, energi, manufaktur, bahkan pertahanan Pada umumnya untuk pemesinan pada micro-milling digunakan mata pahat dengan diameter kurang dari 600 μm sampai dengan 100 μm.Penelitian yang dilakukan adalah pembuatan tekstur permukaan (micro-texture) produk mikro berbasis dari citra 2D. Proses dilakukan dengan melakukan rekayasa terhadap suatu citra dimana nilai intensitas warna menjadi nilai level ketinggian. Pada perancangan tool path, dilakukan proses gouging avoidance untuk menhindari terjadinya over cut pada saat pemesinan. Nilai intensitas tersebut yang dijadikan kumpulan CL-Point yang selanjutnya akan dikonversi menjadi NC-File untuk dilakukan pemesinan.Pemesinan menggunakan benda kerja berbahan material aluminium A1100 dengan ukuran 3 x 3 x 3 mm. Dengan tingkat kekerasan 28 HRC, ini menjadi pertimbangan dalam penentuan kedalaman pemakanan (Depth of Cut) dan kecepatan pemakanan (Feed rate). Sebagai masukan data yang menjadi CL-File digunakan citra berukuran resolusi 150 x 127 piksel dan 300 x 254 piksel. Dengan metode rekayasa citra telah dapat dihasilkan 2 micro-texture part berbeda dengan menggunakan metode ini.
abstract
Nowadays, micro products become more demanding in several aspects such as health, energy, manufacturing, even military. One of ways to produce micro products is by using micro-milling process. Micro-milling is machining in micro scale. In general, micro-milling uses cutting tool with diameter less than 600 μm. In some micro products, texturing of the part surface maybe needed. This research conducted the manufacture of micro-texture of micro part based on 2D image. The color intensity values of 2D image were converted or mapped into the contour of the texture of micro product in Cartesian domain. Then, toolpaths are generated based on the contour values with gouging avoidance. The CL-point of generated toolpaths were then post processed into NC-point also known as NC-file. The workpieces used for this micro-texturing are using Aluminium A1100 material size of 3 x 3 x 3 mm dimension. The hardness of this material is 28 HRC, which is for determine the dept of cut and feed rate. The toolpaths generated on different size of image resolution 150 x 127 pixels and 300 x 254 pixels. Two different workpieces were successfully produced using the above developed method.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42778
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dendy Dwi Rohma Prahara Jaya
Abstrak :
Powder Metallurgy merupakan proses manufaktur yang dapat di aplikasikan pada industri pada saat ini dengan menggabungkan proses produksi, pemrosesan (Pre Compaction dan Compaction) dan penguatan (Sintering) dari partikel ukuran kecil untuk pembuatan benda dari logam. Keuntungan utama dari proses Powder Metallurgy yaitu terletak pada penggunaan raw material yang lebih efisien karena produk Powder Metallurgy menghasilkan produk yang mendekati dimensi akhir. Proses manufaktur dengan Powder Metallurgy juga memangkas beberapa proses pemesinan seperti finishing. Selain itu keuntungan lain yang didapat yaitu proses produksi dengan Powder Metallurgy dapat membuat benda dengan bentuk yang rumit, yaitu dengan proses Selective Laser Sintering dan 3D Printing. Penelitian pembuatan serbuk Stainless Steel 316L dilakukan dengan metode plasma atomisasi. Proses plasma atomisasinya menggunakan mesin inverter plasma cutting sebagai sumber arus untuk elektroda penghasil plasma, alat pengumpan filler otomatis sebagai alat pengumpan bahan baku berupa batang SS316L dan alat pengumpan gouging otomatis untuk menjaga kesetabilan Arc Length. Berdasarkan penelitian ini diketahui variasi arus mempengaruhi particle size distribution D10 dan D30 pada metode otomatis atau manual. Variasi kecepatan umpan tidak berpengaruh terhadap distribution particle size pada metode otomatis dan manual. Variasi kecepatan gouging tidak berpengaruh terhadap distribution particle size pada metode otomatis dan manual. Hasil serbuk terbanyak pada ukuran mesh 100 dan 120 adalah dengan metode otomatis variasi A11 (25A, PWM 35, Delay 10000). Lima hasil serbuk dengan tingkat homogenitas terbaik adalah proses plasma atomisasi dengan metode otomatis variasi A7, A10, A11, A8 dan A12. ......Powder Metallurgy is a manufacturing process that can be applied to industry by combining the production, processing (Pre Compaction and Compaction) and strengthening (Sintering) processes of small particles for the manufacture of metal objects. The main advantage of the Powder Metallurgy process lies in the more efficient use of raw materials, because Powder Metallurgy products produce that are close to the final dimensions. The manufacturing process with Powder Metallurgy also cuts down on some machining processes such as finishing. In addition, another advantage obtained is that the production process with Powder Metallurgy can make objects with complex shapes, namely the Selective Laser Sintering and 3D Printing process. Research on the manufacture of 316L Stainless Steel powder was carried out using the plasma atomization method. The plasma atomization process uses an inverter plasma cutting machine as a current source for plasma producing electrodes, an automatic filler feeder as a raw material feeder in the form of SS316L rods and an automatic gouging feeder to maintain Arc Length stability. Based on this research, it is known that current variations affect the particle size distribution of D10 and D30 in automatic or manual methods. Variation of feed speed has no effect on particle size distribution in automatic and manual methods. Gouging speed variation has no effect on particle size distribution in automatic and manual methods. The highest yield of powder at mesh sizes of 100 and 120 is the automatic method of variation A11 (25A, PWM 35, Delay 10000). The five powders with the best homogeneity level were the plasma atomization process using the automatic variation method A7, A10, A11, A8 and A12.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library