Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizky Nurkuswari Putri
Abstrak :
Masyarakat perkotaan memiliki gaya hidup yang kurang sehat, mulai dari padatnya daerah tempat tinggal, pola makan yang kurang baik, kebiasaan beraktivitas yang buruk, ditambah semakin meningkatnya populasi lanjut usia yang merupakan kelompok populasi rentan. Semakin meningkatnya kelompok lansia di daerah perkotaan, maka kesempatan lansia untuk menderita penyakit kronik juga semakin meningkat, salah satu nya adalah prevalensi penyakit sendi di Indonesia, yang salah satu jenisnya adalah penyakit gout arthritis. Beberapa karakteristik masyarakat perkotaan yang telah disebutkan merupakan salah satu dari banyak faktor yang dapat menyebabkan masalah gout arthritis pada lansia. Karya ilmiah ini dibuat untuk mengetahui efektifitas dari latihan fisik berupa rentang pergerakan sendi terhadap penurunan kadar asam urat. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama empat minggu, klien menunjukkan penurunan kadar asam urat sebanyak 1.6 mg/dL dari 8.1 mg/dL menjadi 6.5 mg/dL. Penerapan intervensi dapat lebih efektif jika waktu intervensi lebih lama dan dukungan keluarga terhadap klien adekuat. ......Urban communities have an unhealthy lifestyle, such as the density of living areas, poor diet, poor activity habits, thus the increasing elderly population which is a vulnerable population group. The increasing number of elderly people in urban areas makes opportunity for the elderly to suffer from chronic diseases also increases, which is the prevalence of gout arthritis. Some characteristics of urban communities that have been mentioned can cause gout problems in elderly. This scientific work was made to determine the effectiveness of physical exercise (ergonomic gymnastics and the range of motion) to decrease uric acid levels. Writer had done the nursing intervention for four weeks and the client showed a decrease in uric acid levels of 1.6 mg / dL from 8.1 mg / dL to 6.5 mg / dL. The greatest result can be obtained if the time of intervention is longer and the client has an adequate family support
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jeffrey Christian Mahardika
Abstrak :
ABSTRAK
Background Gout arthritis associates with many comorbodities such as hyperuricemia, hypertension, hyperglycemia, obesity, and dyslipidemia, which are also factors for the development of/or predisposition factors of chronic kidney diseases . Albuminuria is a predictor factors for CKD. Screening for albuminuria is needed to be done in patients with high risk of CKD. This research was conducted to examine the prevalence of albuminuria and the associated factors in gout arthritis patients.Methods This research was a cross sectional study from gout arthritis patients medical records in Cipto Mangunkusumo Hospital. We included all gout patients who treated within 2011 until 2015. Subjects with chronic kidney disease, in kidney replacement therapy, hypertension > 10 years, and diabetes > 5 years were excluded. Albuminuria was determined by urine dipstick result of protein > 1. Factors associated were age, sex, hyperuricemia, hypertension, stage of hypertension, hyperglycemia, obesity, dyslipidemia, uric acid level, and body mass index. Data associated with the factors were recorded and the associations were tested with chi square, fisher exact, or independent t test.Results from 54 subjects included in this research, the prevalence of albuminuria was 20.4 percent . There were no significant associations between all factors and albuminuria tested by chi square and fishers exact test. Independent t tests results also showed no significant associations between all the factors and albuminuria Conclusion The prevalence of albuminuria in gout arthritis patient was 20.4 percent. There were no significant associatons between age, sex, hyperuricemia, hypertension, hyperglycemia, obesity, dyslipidemia, uric acid level, and body mass index tested with albuminuria in gout arthritis patients in Cipto Mangunkusumo Hospital from 2011 until 2015.
Jakarta: University of Indonesia School of Medicine, 2018
616 IJR 10:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Gunadi
Abstrak :
ABSTRAK
Artritis gout umumnya disertai hiperurikemia, walaupun pada keadaan akut kadar asam urat dapat normal. Hiperurikemia dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh sehingga mengakibatkan penyulit, cacat dan kematian, juga selain itu dianggap sebagai salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner (PJK). Terjadinya PJK pada hiperurikemia dianggap antara lain karena degenerasi endotel pembuluh darah sebagai akibat langsung asam urat. Hiperurikemia sering disertai hiperlipidemia dan peningkatan agregasi trombosit yang dikaitkan dengan PJK maupun kelainan pembuluh darah.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan prevalensi dan fenotipe hiperlipidemia serta membuktikan hubungan antara hiperurikemia dengan hiperlipidemia dan peningkatan agregasi trombosit pada penderita artritis gout primer.

Telah diteliti 30 orang laki-laki penderita hiperurikemia artritis gout primer dan sebagai kontrol 30 laki-laki artritis non gout yang berobat jalan ke poliklinik Reumatologi RSCM yang memenuhi kriteria.

Pemeriksaan meliputi kadar asam urat serum, standing serum kolesterol total, trigliserida, kolesterol-HDL, kolesterol-LDL, elektroforesis lipoprotein dan agregasi trombosit.

Pada kelompok penderita didapatkan kadar asam urat serum rata-rata 9,94 mg/dL (7,1 - 14,4 mg/dL), sedangkan pada kelompok kontrol 5,5 mg/dL (4,1 - 6,7 mg/dL). Pada kelompok penderita didapatkan 21 orang (70%) dengan obesitas, sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan hanya 2 orang (6,7%) dengan obesitas. Pada kelompok penderita, 24 orang (80%) menunjukkan kadar trigliserida di atas batas normal, dengan hiperlipoproteinemia tipe IV. Sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan hanya 8 orang (26,4%) dengan hiperlipoproteinemia tipe IV, 1 orang (3,3%) tipe lib dan sisanya normal. Terdapat perbedaan bermakna (p < 0,05) kadar trigliserida kedua kelompok. Didapatkan korelasi yang baik antara kadar asam urat dengan kadar-trigliserida (r = 0,7641). Pada kelompok penderita, 7 orang (23,3%) dengan kadar kolesterol total di atas nilai normal, sedang pada kelompok kontrol hanya 1 orang (3,3%). Perbedaan ini bermakna (p <0,05), tetapi didapatkan korelasi yang kurang balk antara kadar asam urat dengan kadar kolesterol total (r = 0,2307). Radar kolesterol-HDL pada kelompok penderita didapatkan 16 orang {52,8%) lebih rendah dari nilai normal. Sedangkan pada kelompok kontrol hanya 5 orang {16,6%.). Perbedaan ini bermakna (p{0,05) dan didapatkan korelasi yang terbalik antara kadar asam urat dengan kadar kolesterol-HDL (r = - 0,1782). Pada kelompok penderita, 8 orang (26,4%) dengan kadar kolesterol-LDL yang lebih tinggi dari normal, sedangkan pada kelompok kontrol hanya 1 orang (3,3%), perbedaan ini bermakna (p<0,05). Tidak didapatkan korelasi antara kadar asam urat dengan kadar kolesterol-LDL (r = 0,0356). Pada penelitian ini tidak didapatkan adanya perbedaan agregasi trombosit kelompok penderita dan kontrol. Demikian pula tidak didapatkan korelasi antara kadar asam urat dengan agregasi trombosit, kecuali bila kolesterol total > 250 mg/dL dan LDL > 160 mg/dL (r = 0,74 dan r = 0,63).

Delapan puluh persen penderita hiperurikemia artritis gout primer dengan hiperlipoproteinemia tipe IV. Yang menunjukkan hipertrigliseridemia saja dan hipertrigliseridemia dengan hiperkolesterolemia masing- masing 56,7% dan 23,37. Kadar K-HDL penderita yang lebih rendah dari normal lebih banyak daripada kontrol secara bermakna (p < 0,05). Kadar asam urat berkorelasi baik dengan kadar trigliserida (r = 0,7641), sedangkan dengan kadar kolesterol total korelasinya tidak baik (r = 0,2307) dan tidak didapatkan korelasi dengan agregasi trombosit.

Disarankan agar dilakukan pemantauan kelainan kadar lipid pada penderita hiperurikemia artritis gout primer. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak terutama dengan kolesterol total > 250 mg/dl dan kolesterol LDL > 160 mg/dL juga hubungan radikal bebas dengan hipertrigliseridemia.
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lailiyatul Munawaroh
Abstrak :
Gout arthritis merupakan gangguan peradangan  pada sendi yang disebabkan oleh kelebihan kadar asam urat dalam darah. Usia dewasa menengah, 35-55 tahun, termasuk kelompok usia yang rentan mengalami gout arthritis. Tanda dan gejala yang paling sering dialami oleh penderita gout arthritis adalah nyeri sendi yang umumnya dirasakan pada sendi seperti jari kaki, tangan, atau pergelangan kaki. Manajemen nyeri pada masalah gout arthritis dapat dilakukan secara farmakologi maupun nonfarmakologi. Salah satu manajemen nyeri nonfarmakologi yang dapat diberikan adalah kompres hangat jahe dan teknik distraksi. Jahe dipilih karena sudah dikenal sebagai salah satu obat tradisional untuk mengurangi nyeri, mudah dijangkau, murah dan tidak memiliki efek samping.   Pemberian intervensi kompres hangat jahe dan distraksi  menurunkan skala nyeri sendi pada Ibu T dari nyeri sedang ke nyeri ringan setelah dilakukan tiga kali intervensi.  Hasil intervensi ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan intervensi keperawatan dalam manajemen nyeri pada gout arthritis.
Gout Arthritis is inflammation in the joints caused by hyperuricemia. Middle age, 35-55 years old, is an age group which prone to gout arthritis. The most common sign and symptoms in gout arthritis is joint pain, usually appears in smaller joints such as toes, fingers, ankle or wrist. Pain management in gout arthritis can be done pharmacologically or non-pharmacologically. One of non-pharmacological procedure to reduce the pain is ginger warm compress combined with distraction technique. Ginger was chosen because it has been known as one of the traditional medicines to reduce pain, easy to get, inexpensive and has no side effects. The warm compress and distraction intervention able to reduce   Mrs. T pain scale from moderate to mild pain for after 3 times of intervention. The result of this intervention can be the basis for developing nursing intervention in gout arthritis pain management.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lailatul Muniroh
Abstrak :
Pengaruh Ekstrak Daun Jintan (Plectranthus amboinicus) terhadap Kadar BUN dan Kreatinin serta Respon Seluler Faktor Proinflamasi TNF-α dan IL-1β Pasien Gout Artritis. Pengobatan gout artritis (GA) saat ini dikembangkan berbasis anti sitokin yaitu blokade kemokin, penghambatan pelepasan IL-1β dan TNF-α. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan pengobatan berbasis anti sitokin dengan menggunakan ekstrak daun jintan yang diaplikasikan pada penderita GA. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu dengan desain penelitian randomized pretest-posttest control group design. Pengambilan sampel pasien GA di Instalasi Rawat Jalan Poli Penyakit Dalam RSU Haji Surabaya yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel sebanyak 30 responden terbagi menjadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol masing-masing 15 responden. Pada kelompok perlakuan diminta untuk minum obat dari Rumah Sakit ditambah dengan kapsul ekstrak daun jintan selama 7 hari, dengan dilakukan pengamatan keradangan sendi. Pada kelompok kontrol minum obat dari Rumah Sakit dan dilakukan pengamatan keradangan sendi. Sampel darah diambil sebelum dan sesudah perlakuan untuk mengukur kadar BUN, kreatinin, konsentrasi TNF-α dan IL-1β. Terdapat penurunan kadar BUN dan kreatinin pada kelompok kontrol namun tidak signifikan yaitu menurun sebesar 3% dan 8%. Sementara pada kelompok perlakuan terdapat peningkatan kadar BUN dan Kreatinin namun juga tidak signifikan sebesar 3% dan 7%. Terdapat penurunan konsentrasi TNF-α pada kelompok kontrol sebesar 9% dan kelompok perlakuan sebesar 22%, keduanya tidak signifikan. Sementara konsentrasi IL-1β terjadi peningkatan pada kelompok kontrol sebesar 18%, sementara pada kelompok perlakuan terjadi penurunan sebesar 3%, keduanya tidak signifikan.
The purpose of this research was to develop anti-cytokine-based treatment using extract of Plectranthus amboinicus applied to gout arthritis (GA) patients. The research was quasi experimental, with a pretest-posttest randomized control group design. The samples were GA patients in the Outpatient Installation of Internal Medicine in General Hospital Haji, Surabaya. The sample was comprised of 30 respondents. The respondents were divided into a treatment group and a control group. The treatment group was asked to take medicine from the hospital, coupled with P. amboinicus extract capsules, for 7 days, during which time patients? joint inflammation was observed. The control group was provided with only medication from the hospital, and their joint inflammation was likewise observed. Blood samples were taken before and after treatment, to measure the levels of blood urea nitrogen (BUN) and creatinine, as well as the concentrations of TNF-α and IL-1β. There was a decrease in BUN and creatinine levels in the control group, but it was not significant, decreasing by 3% and 8%, respectively. The treatment group also showed elevated levels of BUN and creatinine, which also was not significant at 3% and 7%, respectively. There was a decrease in the concentration of TNF-α in the control group by 9% and 22%. The concentration of IL-1β in the control group increased by 18%, whereas,in the treatment group, it decreased by 3%; however, the decreases in both groups were not significant.
Universitas Airlangga. Faculty of Public Health, 2014
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The purpose of this research was to develop anti-cytokine-based treatment using extract of Plectranthus amboinicus applied to gout arthritis (GA) patients. The research was quasi experimental, with a pretest-posttest randomized control group design. The samples were GA patients in the Outpatient Installation of Internal Medicine in General Hospital Haji, Surabaya. The sample was comprised of 30 respondents. The respondents were divided into a treatment group and a control group. The treatment group was asked to take medicine from the hospital, coupled with P. amboinicus extract capsules, for 7 days, during which time patients’ joint inflammation was observed. The control group was provided with only medication from the hospital, and their joint inflammation was likewise observed. Blood samples were taken before and after treatment, to measure the levels of blood urea nitrogen (BUN) and creatinine, as well as the concentrations of TNF-α and IL-1β. There was a decrease in BUN and creatinine levels in the control group, but it was not significant, decreasing by 3% and 8%, respectively. The treatment group also showed elevated levels of BUN and creatinine, which also was not significant at 3% and 7%, respectively. There was a decrease in the concentration of TNF-α in the control group by 9% and 22%. The concentration of IL-1β in the control group increased by 18%, whereas,in the treatment group, it decreased by 3%; however, the decreases in both groups were not significant.

Pengaruh Ekstrak Daun Jintan (Plectranthus amboinicus) terhadap Kadar BUN dan Kreatinin serta Respon Seluler Faktor Proinflamasi TNF-α dan IL-1β Pasien Gout Artritis. Pengobatan gout artritis (GA) saat ini dikembangkan berbasis anti sitokin yaitu blokade kemokin, penghambatan pelepasan IL-1β dan TNF-α. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan pengobatan berbasis anti sitokin dengan menggunakan ekstrak daun jintan yang diaplikasikan pada penderita GA. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu dengan desain penelitian randomized pretest-posttest control group design. Pengambilan sampel pasien GA di Instalasi Rawat Jalan Poli Penyakit Dalam RSU Haji Surabaya yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel sebanyak 30 responden terbagi menjadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol masing-masing 15 responden. Pada kelompok perlakuan diminta untuk minum obat dari Rumah Sakit ditambah dengan kapsul ekstrak daun jintan selama 7 hari, dengan dilakukan pengamatan keradangan sendi. Pada kelompok kontrol minum obat dari Rumah Sakit dan dilakukan pengamatan keradangan sendi. Sampel darah diambil sebelum dan sesudah perlakuan untuk mengukur kadar BUN, kreatinin, konsentrasi TNF-α dan IL-1β. Terdapat penurunan kadar BUN dan kreatinin pada kelompok kontrol namun tidak signifikan yaitu menurun sebesar 3% dan 8%. Sementara pada kelompok perlakuan terdapat peningkatan kadar BUN dan Kreatinin namun juga tidak signifikan sebesar 3% dan 7%. Terdapat penurunan konsentrasi TNF-α pada kelompok kontrol sebesar 9% dan kelompok perlakuan sebesar 22%, keduanya tidak signifikan. Sementara konsentrasi IL-1β terjadi peningkatan pada kelompok kontrol sebesar 18%, sementara pada kelompok perlakuan terjadi penurunan sebesar 3%, keduanya tidak signifikan.
Universitas Airlangga. Faculty of Public Health ; Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Faculty of Veterinary Medicine, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amirul Anwar
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak koneksi militer terhadap risiko perusahaan publik di Indonesia, dengan Peran Komite Pemantau Risiko sebagai variabel moderasi. Data dianalisis dari perusahaan publik di Indonesia pada periode 2019-2022 menggunakan regresi data panel. Penelitian ini menemukan bahwa koneksi militer berpengaruh positif terhadap risiko perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa para eksekutif dengan pengalaman militer mampu mengendalikan risiko perusahaan dengan mengedepankan kedisiplinan sehingga mampu menurunkan risiko perusahaan. Penelitian ini juga menemukan bahwa Komite Pemantau Risiko (KPR) mampu memperkuat hubungan antara koneksi militer dan risiko perusahaan. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman kompleksitas hubungan antara koneksi militer, tata kelola perusahaan yang baik, dan risiko perusahaan di Indonesia, serta menawarkan implikasi penting bagi tata kelola perusahaan dan manajemen strategis di masa depan. ...... This study aims to analyze the impact of military connections on the risk of publicly traded companies in Indonesia, with the role of the Risk Oversight Committee as a moderating variable. The data, covering the period from 2019 to 2022, were analyzed using panel data regression. The findings show that military connections have a positive effect on firm risk. This indicates that executives with military experience can effectively control firm risk by emphasizing discipline, thereby reducing overall risk. Additionally, the study finds that the Risk Oversight Committee (KPR) can strengthen the relationship between military connections and firm risk. This research contributes to the understanding of the complex relationship between military connections, good corporate governance, and firm risk in Indonesia, offering significant implications for corporate governance and strategic management in the future.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library