Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kayla Calista Ayal
"Usia biologis mengukur penuaan individu berdasarkan kondisi fisik dan fungsi organ. Meskipun banyak penelitian telah dilakukan untuk memprediksi usia biologis dengan berbagai metode, penerapan metode machine learning masih memiliki ruang untuk penelitian lebih lanjut. Penelitian ini mengimplementasikan dua metode machine learning dengan pendekatan yang berbeda, yaitu metode Support Vector Regression (SVR) dan Light Gradient Boosting Machine (LGBM) dalam memprediksi usia biologis menggunakan data pemeriksaan medis Kementerian Kesehatan tahun 2011 yang mencakup 5960 subjek dan 41 fitur. Proses preprocessing meliputi penyaringan usia kronologis > 30 tahun, pemisahan data berdasarkan jenis kelamin, penanganan missing values dan outlier, serta data encoding. Feature selection menggunakan koefisien korelasi Spearman menghasilkan 8 fitur berbeda untuk setiap jenis kelamin. Data dibagi dengan 90% untuk pelatihan dan 10% untuk pengujian, serta dilakukan tuning hyperparameter menggunakan GridSearchCV. Penelitian ini menggunakan metrik RMSE dan adjusted R-squared, yang dipilih berdasarkan relevansinya dengan tujuan penelitian. Hasil menunjukkan LGBM lebih unggul dari SVR dengan RMSE 7,2064 tahun dan adjusted R-squared 33,36% pada pria, serta RMSE 7,1475 tahun dan adjusted R-squared 22,16% pada wanita. Analisis korelasi menunjukkan hubungan yang wajar antara usia biologis dan usia kronologis serta korelasi yang cukup antara usia biologis dengan biomarker tekanan sistolik dan status hipertensi pada pria, serta tekanan sistolik dan kolesterol pada wanita. Analisis korelasi menunjukkan hubungan signifikan antara usia biologis dengan usia kronologis dan beberapa biomarker. Secara keseluruhan, LGBM lebih efektif dalam memprediksi usia biologis dibandingkan SVR. Hasil dari penelitian diharapkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti membantu perusahaan asuransi menilai kelayakan klaim berdasarkan prediksi usia biologis, serta mendukung keputusan di bidang kesehatan preventif.

Biological age measures an individual's aging based on physical condition and organ function. Although numerous studies have been conducted to predict biological age using various methods, there is still room for further research in the application of machine learning techniques. This study implements two machine learning methods with different approaches, namely Support Vector Regression (SVR) and Light Gradient Boosting Machine (LGBM), to predict biological age using medical examination data from the Ministry of Health in 2011, covering 5960 subjects and 41 features. The preprocessing steps include filtering chronological age > 30 years, segregating data by gender, handling missing values and outliers, and data encoding. Feature selection using Spearman correlation coefficients resulted in 8 different features for each gender. The data was split into 90% for training and 10% for testing, with hyperparameter tuning performed using GridSearchCV. This study used RMSE and adjusted R-squared metrics, selected based on their relevance to the research objectives. The results show that LGBM outperformed SVR with an RMSE of 7.2064 years and an adjusted R-squared of 33.36% for men, and an RMSE of 7.1475 years and an adjusted R-squared of 22.16% for women. Correlation analysis revealed a significant relationship between biological age and chronological age, as well as a reasonable correlation between biological age and biomarkers such as systolic blood pressure and hypertension status in men, and systolic blood pressure and cholesterol in women. Overall, LGBM proved to be more effective in predicting biological age compared to SVR. The results of this study are expected to be applicable in everyday life, such as assisting insurance companies in evaluating claim eligibility based on biological age predictions, as well as supporting decision-making in preventive healthcare."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Mazaya Fasya
"Penuaan merupakan kumpulan perubahan biologis pada tubuh manusia yang terjadi secara bertahap dan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit bahkan kematian. Hingga saat ini, usia kronologis menjadi indikator penuaan yang paling umum digunakan dalam dunia kesehatan. Akan tetapi, munculnya konsep usia biologis diyakini mampu memberikan pengukuran yang lebih akurat terkait penuaan pada manusia dibandingkan dengan usia kronologis. Usia biologis dipengaruhi oleh berbagai faktor yang disebut biomarker. Penelitian ini berfokus pada prediksi usia biologis berdasarkan usia kronologis dan fitur (biomarker) lainnya dengan memanfaatkan metode machine learning Extreme Gradient Boosting (XGBoost) dan Support Vector Regression (SVR). Dataset yang digunakan berupa data pemeriksaan medis oleh Kementerian Kesehatan RI. Pada dataset tersebut dilakukan data preprocessing, seleksi fitur menggunakan Spearman’s Rank Correlation Coefficient, dan pembangunan model. Model dievaluasi menggunakan metrik evaluasi pada model regresi yaitu Root Mean Square Error (RMSE), Coefficient of Determination , dan Adjusted . Ketiga metrik ini masing-masing menghitung selisih nilai prediksi dengan nilai aktual dan menunjukkan seberapa baik variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen pada model. Dengan metode XGBoost diperoleh nilai RMSE 8,0560, 0,2894, dan Adjusted 0,2006 untuk data pria, serta RMSE 6,3851, 0,4252, dan Adjusted 0,3938 untuk data wanita. Dengan metode SVR, diperoleh RMSE 8,0697, 0,2870, dan Adjusted 0,1979 untuk data pria, serta RMSE 6,7147, 0,3643, dan Adjusted sebesar 0,3296. Metode XGBoost lebih unggul dalam memprediksi usia biologis baik pada model pria maupun wanita dibandingkan metode SVR. Usia kronologis dan biomarker (fitur) lainnya terkait kesehatan juga ditemukan berpengaruh positif terhadap usia biologis seorang individu.

Aging is a collection of biological changes in the human body that occur gradually and can increase the risk of disease and even death. Until now, chronological age is the most commonly used indicator of aging in the medical sector. However, the emergence of the concept of biological age is believed to be able to provide a more accurate measurement of aging in humans compared to chronological age. Biological age is influenced by various factors called biomarkers. This research focuses on predicting biological age based on chronological age and other features (biomarkers) by utilizing the Extreme Gradient Boosting (XGBoost) and Support Vector Regression (SVR) machine learning methods. The dataset used is medical examination data by the Indonesian Ministry of Health. Data preprocessing was performed on this dataset, followed by feature selection using the Spearman Rank Correlation Coefficient, and subsequent model development. The model is evaluated using evaluation metrics in the regression model, namely Root Mean Square Error (RMSE), Coefficient of Determination , and Adjusted . These three metrics each calculate the difference between the predicted and actual values and indicate how well the dependent variable can be explained by the independent variables in the model. Using the XGBoost method, RMSE values were obtained of 8,0560, 0,2894, and Adjusted 0,2006 for male data, as well as RMSE 6,3851, 0,4252, dan Adjusted 0,3938 for female's data. Using the SVR method, RMSE 8,0697, 0,2870, and Adjusted 0,1979 were obtained for male data, as well as RMSE 6.7147, 0.3643, and Adjusted of 0,3296 for female's data. The XGBoost method demonstrates better performance in predicting biological age for both male and female models compared to the SVR method. Chronological age and other health-related biomarkers (features) were also found to have a positive impact on an individual's biological age."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghifari Gagah Dahana
"Sampai sekarang, sebagian besar orang masih menganggap kepemilikan rumah sebagai kebutuhan primer yang belum bisa ditandingi oleh pilihan hunian lain. Harga rumah biasanya ditentukan oleh berbagai faktor seperti lokasi, kondisi makro ekonomi, serta kondisi fisik rumah. Banyaknya faktor tersebut membuat penentuan valuasi rumah secara objektif menjadi sulit. Dalam beberapa tahun terakhir, penelitian mengenai estimasi harga rumah telah berkembang pesat, dengan metode machine learning menjadi yang paling sering digunakan. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan salah satu algoritma machine learning yang sudah terbukti dapat mendapatkan akurasi tinggi, yaitu stacked generalization. Penelitian ini menggabungkan beberapa variabel yang digunakan oleh penelitian-penelitian sebelumnya untuk memprediksi valuasi rumah. Model stacked generalization yang dibangun akan dibandingkan dengan algoritma lain yang juga sering digunakan dalam memprediksi valuasi rumah, diantaranya adalah regresi linear, random forest, gradient boosting machine, dan extreme gradient boosting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa algoritma stacked generalization memiliki kemampuan prediksi yang lebih baik dibandingkan metode lainnya dengan hasil R2 sebesar 0,881, dan MAPE sebesar 0,21%. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap faktor yang paling berpengaruh terhadap perubahan valuasi rumah menggunakan teknik permutation feature importance. Faktor-faktor yang paling berpengaruh adalah luas tanah, luas bangunan, jarak menuju pusat perbelanjaan, kapasitas listrik, dan Indeks Harga Perumahan Residensial.

In recent years, homeownership remains a primary need that other housing options have yet to match. House prices are typically determined by various factors such as location, macroeconomic conditions, and the physical state of the house. These numerous factors make objective house valuation challenging. Recently, research on house price estimation has advanced significantly, with machine learning methods being the most commonly used. Therefore, this study employs one proven machine learning algorithm with high accuracy, stacked generalization. This research incorporates several variables used by previous studies to predict house valuations. The stacked generalization model developed is compared with other frequently used algorithms for predicting house valuations, including linear regression, random forest, gradient boosting machine, and extreme gradient boosting. The results show that the stacked generalization algorithm has superior predictive ability compared to other methods, with an R2 of 0.881 and MAPE of 0.21%. Subsequently, an analysis of the factors most influencing changes in house valuation was conducted using permutation feature importance techniques. The most influential factors are land area, building area, distance to shopping centers, electricity capacity, and the Residential Property Price Index."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library