Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abigail Lyan Kirana
"Studi ini diselenggarakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh budaya dalam sebuah organisasi terhadap perilaku hijau para karyawannya diluar tempat bekerja. Walaupun sudah banyak riset yang meneliti green human resource management, namun hanya sedikit yang mempelajari hubungan budaya dalam suatu organisasi dan perilaku hijau para karyawannya diluar tempat bekerja. Data yang dibutuhkan diperoleh melalui wawancara mendalam. Jarak kekuasaan dan Individualisme versus Kolektivisme dijadikan sebagai satuan ukur budaya dalam suatu organisasi. Hasil studi ini menunjukkan bahwa kolektivisme dalam suatu organisasi mempengaruhi perilaku hijau para karyawan diluar tempat bekerja. Pada satu sisi, jarak kekuasaan terbukti tidak mempengaruhi perilaku hijau para karyawan diluar tempat bekerja.
......This study was conducted to see how far organizational culture affects non-workplace employee's green behavior, especially in MNCs operating in Indonesia. Although there has been quite a lot of research done on green human resource management, only a few scholars addressed the relationship between organizational culture and non-workplace employees' green behavior. The data was collected through in-depth interviews. Power distance and individualism versus collectivism were used to measure organizational culture. This study infers that collectivism has an influence on employee's green behavior outside of the workplace. At the same time, power distance has proven to have zero influence on non-workplace employee's green behavior. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2021
Mk-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Evanjelita Fauzia Alkas
"Industri konstruksi sebagai salah satu Industri terbesar di Indonesia memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan. Secara global, industri konstruksi menyumbang hampir 25% dari total emisi gas rumah kaca, 16% dari total konsumsi air, penyumbang 30-40% dari jumlah keseluruhan limbah padat. Salah satu solusi untuk menjawab masalah tersebut adalah menerapkan green construction, di Indonesia green construction sudah mulai diterapkan namun implementasinya masih terbatas pada proyek tertentu, rendahnya penerapan green construction akibat kendala culture and behavior. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang paling dominan dalam membangun green behavior stakeholder terhadap penerapan green construction menggunakan metode Parsial Least Square- Structural Equation Modeling (PLS-SEM) yang selanjutnya dapat digunakan dalam analisa persepsi stakeholder terhadap green behavior dan hambatan green behavior pada penerapan green construction. Data penelitian dikumpulkan dari 46 stakeholder green construction yaitu kontraktor dan konsultan yang memiliki pengalaman dalam proyek green construction. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa terdapat lima faktor yang paling dominan dalam membangun green behavior yaitu attitude toward green construction, technology, value, environmental knowledge dan subjective norm. Secara keseluruhan baik kontraktor dan konsultan memiliki evaluasi positif terhadap green construction dan diperoleh empat hambatan green behavior stakeholderpada penerapan green construction. Dari hasil faktor dominan penulis merumuskan rekomendasi strategi untuk meningkatkan green behavior satakeholder pada penerapan green construction.
......Construction industry as one of the largest industries in Indonesia has a significant impact on the environment. Globally, construction industry contributes nearly 25% of total greenhouse gas emissions, utilizes 16% of total water consumption, contributing 30-40% of the total amount of solid waste. The solution to answer the problem is to implement green construction. In Indonesia green construction has started to be applied but the implementation is still limited to certain projects due to culture and behavior constraints. This research aims to identify the most dominant factors influencing stakeholder green behavior towards the application of green construction, using the Partial Least Square Structural Equation Modeling (PLS-SEM) method which can then be used in analyzing stakeholder perceptions of green behavior and green behavior barriers in application of green construction. The research data were collected from 46 green construction stakeholders (contractors and consultants) who have experience in green construction projects. This study found that there are five most dominant factors influencing green behavior: attitude towards green construction, technology, value, environmental knowledge and subjective norm. Overall, both contractors and consultants have a positive evaluation of green construction and identified four barriers to green behavior stakeholders in the implementation of green construction. Based on the results of dominant factors, the author formulates strategy recommendations to improve stakeholders’ green behavior in the implementation of green construction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abraham Zefanya
"Meskipun terdapat upaya global menuju keberlanjutan, dengan Indonesia yang juga berpartisipasi di dalamnya, masyarakat dengan tingkat sosioekonomi rendah yang merupakan mayoritas, menimbulkan tantangan karena adanya hambatan dan resistensi dalam memastikan keberhasilan inisiatif keberlanjutan tersebut. Studi ini menyelidiki faktor-faktor yang memengaruhi adopsi perilaku hijau, khususnya pada pengurangan penggunaan plastik, di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah di Indonesia. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam terhadap 10 infoman di Jakarta, penelitian ini mengeksplorasi tingkat literasi lingkungan, hambatan finansial, preferensi komunikasi pemasaran, pengaruh norma sosial, dan faktor-faktor lain yang membentuk perilaku ramah lingkungan pada segmen ini. Hasil temuan mengungkapkan bahwa edukasi lingkungan memengaruhi intensi hijau secara positif, tetapi tidak menjamin perubahan perilaku karena kendala seperti keuangan dan persepsi kebutuhan yang dirasakan akan plastik. Masalah keuangan merupakan hambatan utama, dengan kemauan terbatas untuk membayar lebih mahal kecuali tidak ada opsi atau ekspektasi pribadinya terpenuhi. Komunikasi yang menekankan aspek self-benefit teresonansi jauh lebih kuat ketimbang menyoroti atribut lingkungan. Norma sosial deskriptif dari gerakan komunitas lokal efektif mempromosikan perilaku ramah lingkungan, sedangkan seruan eksternal dari figur yang dipersepsikan jauh secara sosial menghadapi resistensi. Faktor lain yaitu kebijakan/regulasi teridentifikasi memoderasi konversi intensi hijau menjadi perilaku hijau, sedangkan persepsi kebutuhan plastik dan persepsi kemudahan penggunaan memengaruhi intensi dan perilaku hijau secara langsung. Temuan penelitian juga menekankan pentingnya untuk memanfaatkan saluran media terpercaya (obrolan masyarakat), dan titik distribusi produk yang relevan dan mudah diakses (warung dan pasar tradisional) oleh kelompok masyarakat yang diteliti. Berdasarkan temuan yang didapat, penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pengembangan kerangka Theory of Planned Behavior (TPB) dalam konteks faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku hijau pada masyarakat dengan tingkat sosioekonomi rendah, sehingga para pemangku kepentingan dapat mengembangkan strategi keberlanjutan yang inklusif dan efektif dalam menargetkan populasi tersebut.
......Despite global efforts towards sustainability, including Indonesia's participation, low socioeconomic populations, which form the majority, present challenges due to potential obstacles and resistance to these initiatives. This study investigates the factors influencing the adoption of green behavior, specifically the reduction of plastic use, among low income communities in Indonesia. Using a qualitative approach with in-depth interviews of 10 informants in Jakarta, this research explores environmental literacy, financial barriers, marketing communication preferences, social norm influences, and other factors shaping environmentally friendly behavior in this segment. The findings reveal that while environmental education positively influences green intentions, it does not guarantee behavior change due to constraints such as financial limitations and perceived plastic needs. Financial issues are the main barrier, with limited willingness to pay more unless there are no alternatives or personal expectations are met. Communication emphasizing self-benefit aspects resonates more strongly than highlighting environmental attributes. Descriptive social norms from local community movements effectively promote environmentally friendly behavior, whereas external calls from socially distant figures face resistance. Other factors, including policies and regulations, were identified as moderating green intentions, with perceptions of plastic needs and perceived ease of use directly influencing green intentions and behavior. The study also highlighted the importance of leveraging trusted media channels (such as community chats) and easily accessible product distribution points (such as traditional stalls and markets) for the studied group. Based on the findings obtained, this research contributes to the development of the Theory of Planned Behavior (TPB) framework in the context of factors influencing green behavior in low socioeconomic communities, enabling stakeholders to develop inclusive and effective sustainability strategies in targeting that population."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Indira Isnantya
"ABSTRAK
Selaku kementerian yang mengeluarkan kebijakan mengenai lingkungan hidup, berdasarkan
pengamatan masih terlihat perilaku karyawan yang kurang peduli lingkungan. Program ecooffice
yang dicanangkan pada tahun 2009 pun tampaknya tidak dilaksanakan sepenuhnya. Untuk
itu peneliti menghitung indeks perilaku peduli lingkungan (IPPL) yang mengukur perilaku
sehari-hari responden. Indeks adalah alat ukur yang dirancang untuk mengetahui seberapa peduli
responden terhadap lingkungan, dengan rentang 0-1. Kriteria yang digunakan adalah nilai kurang
dari 0,3 buruk, antara 0,3-0,6 cukup, dan di atas 0,6 baik. Secara keseluruhan, nilai IPPL dari 254
responden PNS KLH Jakarta tergolong baik dengan nilai 0,72, yang terdiri dari perilaku dalam
penghematan energi (0,61), perilaku membuang sampah (0,71), perilaku pemanfaatan air (0,79),
perilaku penyumbang emisi karbon (0,82), perilaku hidup sehat (0,76), dan perilaku penggunaan
bahan bakar (0,74). Pada penelitian ini tidak didapatkan korelasi antara IPPL dengan pendidikan.
Evaluasi terhadap program eco-office yang dilakukan terhadap 83 butir yang dikembangkan dari
28 SOP Eco-Office KLH pelaksanaannya baru 58%. Emisi GRK dari konsumsi kertas per bulan
adalah 1.769.040 kg CO2/bulan dan dari konsumsi listrik sebesar 1.761.550 kWh tahun 2013
adalah 15.431.178 kg CO2/tahun.

ABSTRAK
As an institution that regulates environmental policy, the employee of Minister of Environment
of Indonesia have not practiced pro-environment behavior. As observed, over-use of paper,
usage of disposable food container and plastic bags are still seen in the office area. The Eco
Office Program held in 2009 has not evaluated up until now. There for, this research has
objection to calculate the green behavior index of employee. Index is a tool to measure how
green the respondent’s behavior that has range 0-1. The value less than 0.3 is considered bad,
within range 0.3-0.6 as moderate and above 0.6 good. The mean value of green index of 154
civil servants of MOE Jakarta is good with value 0.72. The green index consists of: behavior of
energy saving (0.61), behavior of garbage disposing (0.71), behavior of water consumption
(0.82), behavior of healthy living (0.76) and behavior of fuel consumption (0.74). The behavior
index calculated is employee's daily behavior at home. This research also analyzes the
correlation between index value and respondent’s education and found no significant correlation.
The evaluation of eco-office program in MOE Jakarta based on 28 SOP is only 58%
implemented. GHG emission from paper consumption is 1,769,178 kg CO2/month and from
electricity consumption 15,431,178 kg CO2/year."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melianah
"Masalah lingkungan telah menjadi isu yang mengarah pada manajemen keberlanjutan. Industri layanan kesehatan, salah satunya rumah sakit, merupakan industri yang menggunakan sumber energi secara terus menerus dan menghasilkan limbah yang rentan menggangu lingkungan. Oleh karena itu, rumah sakit perlu mengambil berbagai upaya perlindungan lingkungan dan mengembangkan strategi ramah lingkungan seperti pengelolaan sumber daya manusia ramah lingkungan. Menanggapi hal tersebut, penelitian ini mendukung hasil literatur yang menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia ramah lingkungan, tanggung jawab sosial perusahaan, dan perilaku ramah lingkungan karyawan berdampak pada kinerja lingkungan rumah sakit secara holistik. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif, pengumpulan data menggunakan kuesioner yang disebarkan secara online dari 208 karyawan medis dan non medis rumah sakit di Indonesia. Data yang diperoleh diolah dengan metode Structural Equation Modeling (SEM) menggunakan AMOS 22. Temuan mengkonfirmasi bahwa Corporate Social Responsibility (CSR), Green Motivation Enhancing (GME), dan Green Employee Involvement (GEI) berpengaruh signifikan  terhadap Employee Green Behavior (EGB). Lebih lanjut, EGB terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap Environmental Performance (EP). Untuk analisis mediasi, penelitian mengkonfirmasi bahwa EGB memiliki peran mediasi yang signifikan dalam memperantarai GME, GEI dan CSR terhadap EP. Penelitian ini mempertegas peran kritis dari perilaku ramah lingkungan karyawan rumah sakit untuk meningkatkan kinerja lingkungan rumah sakit.
......Environmental problems have become an issue that refers to sustainable management. Healthcare industry, hospital as one of them, is organizations that uses energy continuously and produce waste that vulnerable to harm the environment. So that hospital needs undergone various environmental protection efforts and developing green strategies, such as green human resource management and corporate social responsibility. Responding to that, this study supports literature results which stated that green human resource management, corporate social responsibility, and employees’ green behavior possess a holistic impact on the environmental performance of hospital. This research implements quantitative research design, data collection method via online questionnaire from 208 medic and non-medic employees of hospitals in Indonesia. Such data was then analyzed using the Structural Equation Modeling (SEM) method in AMOS 22. The findings confirm that Corporate Social Responsibility (CSR), Green Motivation Enhancing (GME), and Green Employee Involvement (GEI) had a significant impact on Employee Green Behavior (EGB). Furthermore, EGB had a significant relationship with environmental performance (EP). For mediating analysis, the study confirmed that EGB had significant role as mediating variable between GME, GEI, and CSR on environmental performance. This study highlights the critical role of hospital employees’ environmentally friendly behavior to enhance hospital’s environmental performance. "
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library