Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indraloka Gusthia
"ABSTRAK
Kendala yang sering muncul pada produksi Biodiesel adalah belum optimalnya muatan
teknologi produksi Biodiesel yang tercermin dari belum optimalnya proses dalam
menekan produk samping gliserin, proses pemurnian/pemisahan biodiesel yang
menggunakan air yang banyak, serta fleksibilitas penggunaan bahan baku, sehingga
kesemua kendala tersebut berpengaruh pada waktu produksi yang panjang dan biaya
yang dikeluarkan. Konsep industri hijau pada industri telah dikenal sangat
mengedepankan efektivitas pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan baik itu
penggunaan energi maupun bahan baku. Oleh karena itu, penelitian kali ini akan
diterapkan konsep-konsep industri hijau pada perancangan Pabrik Pendidikan
Biodiesel FT UI dari aspek teknis dan keekonomian. Pada aspek teknis, yang menjadi
fokus adalah dalam penentuan teknologi terpilih dan sesuai dengan konsep industri
hijau. Metode penentuan kriteria industri hijau yang akan diterapkan pada teknologi
proses yaitu dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process), lalu
kemudian dipilih teknologi proses yang paling optimal dengan metode yang sama
berdasarkan kriteria industri hijau yang telah ditemukan sebelumnya. Pada penelitian
kali ini kriteria konsep industri hijau yang menjadi pertimbangan ada 9 kriteria dengan
masing-masing mendapatkan nilai Keekonomian 3,28%, Sosial 12,40%, Lingkungan
11,30%, Limbah 11,04%, Waktu 18,23%, Produk 24,32%, Bahan Baku 7,72%, Energi
4,13%, dan Sumber Daya Pendukung 7,59%. Teknologi terpilih berdasarkan kriteria
konsep industri hijau pada pemurnian bahan baku adalah degumming dengan asam
(H3PO4) dengan nilai prioritas 35,5%, pada sintesis utama biodiesel adalah reaksi
katalitis Supercritcal Alcohol dengan nilai 29,61%, dan pada pemurnian produk adalah
dengan Ion Resin dengan nilai 36,6%. Aspek keekonomian yang akan diterapkan yaitu
perhitungan NPV, IRR, BEP, dan BCR untuk kedua jenis bahan baku dengan
kandungan FFA yang berbeda, yaitu dibawah 5% dan diatas 5%, perbedaan sumber
dana investasi Business As Usual dan Hibah, serta berdasarkan perbedaan pengelola
pengoperasian. Dari seluruh skenario tersebut skenario FFA tinggi dengan sumber dana
investasi hibah dan pengoperasian sendiri mendapatkan nilai IRR dan NPV tertinggi
yaitu 31,65% dan Rp. 17.885.000.000,-.

ABSTRACT
Some of the constraints in biodiesel production are the technology of Biodiesel
production that is not optimal yet and reflected by not optimal in pressing side product
(glycerin), the process of purification / separation biodiesel that used plenty of water,
as well as the flexibility of using raw materials, so that all of these constraints affect the
time of production and costs. The concept of green industry has known as the concept
that can promote effective uses of sustabinability resources either of the energy or raw
materials. Therefore, this research will apply green industry concepts on the design of
Teaching Factory of Biodiesel FT UI from technical and economic aspects. On the
technical aspect, the focus is in determining the chosen technology and in accordance
with green industry concept. The method of determining the criteria of green industries
that will be applied to the process technology used AHP (Analytical Hierarchy
Process), and then selected the most optimal process technology based on the green
industry concepts which are found on the previous step. In the present study, the criteria
of green industry concept that are considered, there are 9 criteria with each get the value
of Economy 3,28%, Social 12,40%, Environment 11,30%, Waste 11,04%, 3.58%, Time
18,23%, Products 24,32%, Raw Material 7,72%, Energy 4,13%, and Supporting
Resources 7,59%. The preferred technology based on green industry concept criteria
on raw material purification is degumming with acid (H3PO4) by 35,5%, the main
synthesis of biodiesel is the catalytic reaction with supercritical alcohol by 29,61%, and
on the purification of the product is by Ion Resin by 36,6%. Economic aspects that will
be applied are the calculation of NPV, IRR, BEP, and BCR for both types of raw
materials with different FFA, which is below the 5% and above 5% differences in
sources of investment funds Business As Usual and Grants, as well as based on
differences in operating managers. From all scenarios, the high FFA scenario with the
source of grant investment funds and own operation get the highest IRR and NPV value
of 31.65% and Rp. 17,885,000,000, -."
2018
T49037
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Malinda Uscha
"Di Indonesia pengembangan kawasan industri khususnya di daerah merupakan upaya nyata untuk melakukan penyebaran industri dalam upaya meningkatkan perekonomian. Permasalahan yang terjadi pada kawasan industri saat ini yaitu penerapan lokasi kawasan industri yang masih belum sesuai terhadap aspek lingkungan yang berdampak pada pencemaran emisi karbon, air, dan limbah serta kerusakan lingkungan disekitar kawasan industri. Oleh karena itu, pembangunan kawasan industri berbasis konsep industri hijau dilakukan untuk mengatasi masalah penting terhadap lingkungan. Dalam menentukan evaluasi kelayakan lokasi prioritas yang sesuai untuk menentukan kawasan industri berbasis industri hijau diperlukan kriteria penentu dalam pengambilan keputusan kelayakan lokasi. Terdapat 5 kriteria utama dalam penentuan kelayakan kawasan industri berbasis industri hijau yang terdiri dari jarak, kondisi infrastruktur dan prasarana, ekonomi, lingkungan, dan sosial. Dengan melakukan pembobotan menggunakan metode fuzzy-AHP didapatkan kriteria dengan bobot tertinggi adalah kriteria lingkungan dan lokasi yang paling layak adalah Kawasan Industri Sei Mangkei sebagai lokasi prioritas.
......In Indonesia, the development of industrial sites, especially in the regions, is a real effort to spread the industry in an effort to improve the economy. The problem that occurs in industrial site at this time is the application of industrial site locations that are still not suitable for environmental aspects which have an impact on carbon emission, water and waste pollution as well as environmental impact around industrial sites. Therefore, the development of industrial estates based on the concept of green industry is carried out to address important problems for the environment. In determining the feasibility evaluation of priority location for building industrial sites, determining criteria are needed in decision making for selecting feasibility of locations. There are 5 main criteria in determining the feasibility of industrial sites consisting of distance, infrastructure and infrastructure conditions, economic, environmental, and social. By weighting using the fuzzy-AHP method, the criteria with the highest weight are environmental criteria and the selected location is the Sei Mangkei Industrial Area as the priority location."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reviana Revitasari
"ABSTRAK
Konsep Industri Hijau berawal dari konsep efisiensi dan efektivitas, yang awalnya menjadi daya saing industri. Konsep ini kemudian berkembang menjadi konsep berkelanjutan sustainability , produksi bersih cleaner production , dan dengan memasukkan unsur lingkungan dan sosial masyarakat kemudian menjadi konsep industri hijau green industry . Dikarenakan beragamnya persepsi terkait industri hijau, dibuatlah Standar Industri Hijau SIH . SIH disusun berdasarkan konsensus antar perwakilan pemerintah, industri, asosiasi, stake holder terkait dan difasilitatori akademisi. Sehingga terdapat standar berupa kesepakatan bersama yang tentunya berbeda dengan negara lain. Penyusunan SIH dilakukan secara bertahap sesuai prioritas industrinya. Namun untuk kasus SIH Industri Kaca Lembaran IKL , perumusannya minim akan kajian akademis. Sehingga hal tersebut menjadi salah satu faktor yang mendasari dilakukannya penelitian ini. SIH tersebut dapat berkembang dan ditinjau di kemudian hari. Maka, dalam penelitian ini, SIH keluaran Kemenperin RI menjadi suatu bahasan yang ditinjau untuk mendapatkan level ketetatannya dibandingkan negara lain dan sebagai masukan saat peninjauan nantinya. Selanjutnya, dilakukan studi kasus penerapan SIH IKL Kemenperin RI pada PT. X dengan melakukan evaluasi capaiannya dan strategi untuk mencapai SIH tersebut. Hasil penelitian yang diperoleh adalah, pertama, terdapat 7 faktor yang mendasari pentingnya SIH bagi IKL. Faktor teknisnya yaitu: konsumsi energi, emisi, dan efisiensi produksi, dengan faktor yang paling dominan adalah efisiensi produksi. Sedangkan untuk faktor nonteknis yaitu: skala industri, nilai ekspor, sumbangsih terhadap PDB, dan Market Demand, dengan faktor yang paling signifikan adalah Market Demand. Kedua, level ketetatan SIH IKL Kemenperin adalah 0,53. Sehingga terdapat peluang untuk pengetatan. Ketiga, hasil evaluasi menunjukkan PT. X belum comply terhadap SIH IKL Kemenperin. Aspek yang tidak terpenuhi adalah RPB 81 dengan standar minimum 81,5 dan penggunaan energi listrik 1,18 GJ/ton dengan standar maksimum 0,7 GJ/ton. Sedangkan untuk penggunaan energi panas, air make-up, emisi, dan OEE sudah memenuhi SIH. Namun masih terdapat peluang untuk improvisasi. Keempat, dari hasil analisis kondisi aktual, terdapat 10 strategi yang diusulkan kepada PT. X, dari hasil kuesioner AHP dipilihlah strategi mempertahankan B/C ratio pada 75/25 dan melakukan strategi heat recovery pada flue gas keluaran furnace dengan mengaplikasikan boiler tube pada bottom regenerator. Dimana peluang recovery panasnya adalah 25-30 .Keyword : Standar Industri Hijau, Industri Kaca Lembaran, efektivitas, efisiensi, berkelanjutan

ABSTRACT
The Green Industry Concept originated from the concept of efficiency and effectiveness, which initially became industry competitiveness. This concept then evolves into sustainability, cleaner production, and by incorporating environmental and social elements into a green industry concept. Due to the variety of the perceptions about green industry, a Green Industry Standard GIS was created. GIS is compiled based on consensus among government representatives, industries, association, stakeholders and facilitated by academics. So there are standards of mutual agreement which is certainly different from other countries. The preparation of GIS is done gradually according to the priority of the industry. But for the case of GIS for Flat Glass Industry FGI , its formulation was lack of academic studies. So it becomes one of the factors that underlie this research. The GIS may develop and be reviewed in the future. Thus, in this study, the GIS from Ministry of Industry of RI became a reviewed subject to get its stringent level compared to other countries and as the recommendations later. Furthermore, GIS of FGI from Kemenperin RI implementation at PT. X by evaluating its achievements and strategies to achieve the GIS became the case study. The results of the research are, first, there are 7 factors underlying the importance of GIS for FGI. The technical factors are energy consumption, emissions, and production efficiency, with the most dominant factor is production efficiency. While for nontechnical factors are industrial scale, export value, contribution to GDP, and Market Demand, with the most significant factor is Market Demand. Second, the stringent level of GIS FGI from Kemenperin is 0.53. So there is an opportunity for tightening. Third, the evaluation results show that PT. X especially F2 is not complying with GIS FGI from Kemenperin. Unfulfilled aspect is RPB 81 with minimum standard 81.5 , and electricity consumption is 1.18 GJ ton with maximum standard 0.7 GJ ton. As for the use of heat energy, make up water, CO2 emission, and OEE already meet the GIS. But there are still opportunities for improvisation. Fourth, there are 10 strategies proposed to PT. X F2, the results of the AHP questionnaire were chosen to maintain the B C ratio at 75 25 and to perform a heat recovery strategy on the flue gas of furnace output by applying the boiler tube to the bottom regenerator. Where is the heat recovery opportunities are 25 30 .Keyword Green Industry Standard, Flat Glass Industry, effectiveness, efficiency, sustainability"
2018
T50608
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Iqbal Nurrasyid
"Pada Juli 2021, Komisi Uni Eropa (EU) mengeluarkan proposal CBAM (Carbon Border Adjustment Mechanism) yang akan mengenakan biaya tambahan secara sepihak terhadap lima kategori barang padat karbon yang diimpor ke wilayah EU. CBAM yang biasa disebut sebagai Carbon Border Tax (CBT) akan mulai diterapkan oleh EU pada Oktober 2023 sebagai kebijakan pelengkap dari mekanisme Emission Trading System di wilayah EU. CBT bertujuan untuk memperkuat upaya EU dalam mengurangi emisi karbon sekaligus mendorong negara lain untuk mengurangi emisinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peluang dan tantangan Indonesia apabila kedepannya akan menerapkan Kebijakan CBT sebagai kebijakan pelengkap setelah Indonesia berhasil menerapkan Kebijakan Harga Karbon secara efektif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa studi lapangan melalui wawancara mendalam dan studi kepustakaan. Penelitian ini berhasil mengidentifikasi 4 peluang dan 3 tantangan yang akan diterima oleh Indonesia apabila akan menerapkan Kebijakan CBT berdasarkan dinamika perkembangan dan kesiapan yang sudah ada baik dari sisi pemerintah, swasta (industri), maupun masyarakat. Adanya peraturan terkait Kebijakan Harga Karbon; Dibentuknya Standar Industri Hijau; Langkah untuk mengendalikan impor dan melindungi industri dalam negeri; serta Indonesia memiliki 285 juta jiwa pada Tahun 2030 akan menjadi peluang apabila akan menerapkan kebijakan CBT. Sementara itu, tantangan yang harus dihadapi yaitu belum adanya kepentingan nasional Indonesia dan komitmen di ASEAN; Tarif yang masih rendah dan tidak seriusnya Kebijakan Harga Karbon di Indonesia; serta Kondisi industri dalam negeri yang belum siap. Penelitian ini memberikan rekomendasi kepada pemerintah agar dapat berfokus dalam mempersiapkan kondisi dalam negeri ke arah yang lebih rendah karbon sebelum berencana untuk menerapkan Kebijakan CBT.
......In July 2021, the European Union (EU) Commission issued a CBAM (Carbon Border Adjustment Mechanism) proposal that would unilaterally impose surcharges on five categories of carbon-intensive goods imported into the EU. The CBAM, commonly referred to as the Carbon Border Tax (CBT), will be implemented by the EU in October 2023 as a complementary policy to the Emission Trading System mechanism in the EU. The CBT aims to strengthen the EU's efforts to reduce carbon emissions while encouraging other countries to reduce their emissions. This research aims to find out Indonesia's opportunities and challenges if in the future it will implement the CBT Policy as a complementary policy after Indonesia has successfully implemented the Carbon Pricing Policy effectively. This research uses a qualitative approach with data collection techniques in the form of field studies through in-depth interviews and literature studies. This research succeeded in identifying 4 opportunities and 3 challenges that will be accepted by Indonesia if it will implement the CBT Policy based on the dynamics of development and existing readiness both in terms of government, private (industry), and society. The existence of regulations related to Carbon Pricing Policy; The establishment of Green Industry Standards; Steps to control imports and protect domestic industries; and Indonesia having 285 million people in 2030 will be an opportunity when implementing CBT policies. Meanwhile, the challenges that must be faced are the absence of Indonesia's national interest and commitment in ASEAN; Low tariffs and the lack of seriousness of the Carbon Pricing Policy in Indonesia; and The condition of the domestic industry that is not ready yet. This study provides recommendations for the government to focus on preparing domestic conditions to become lower carbon before planning to implement the CBT Policy."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library