Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Midawati
Abstrak :
Dalam banyak tulisan tentang Revolusi Hijau selalu dikatakan bahwa Revolusi Hijau telah memarginalisasi perempuan dari pertanian terutama di Jawa. Tulisan ini bermaksud bahwa di daerah tertentu tidak terjadi peminggiran perempuan dari pertanian. Sebagai contoh di Nagari Batuhampar di Sumatera Barat terjadi peningkatan peran perempuan di pertanian pada masa Revolusi Hijau. Untuk melihat peran perempuan di pertanian pada masa Revolusi Hijau menurut Palmer bisa dilihat dalam beberapa hal: 1. Kelas-kelas sosial perempuan. 2. Intensitas kerja untuk penanaman pada kondisi yang telah ada sebelumnya. 3. Persaratan teknis yang objektif dari metoda yang baru (tanaman yang baru) 4. Pembagian kerja secara seksual 5. Bentuk-bentuk mekanisasi yang diperkenalkannya. Penulisan ini mengaitkan sistem kekerabatan matrilinial yang dianut masyarakat dan budaya merantau. Berdasarkan kerangka pemikiran itu penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa perempuan di Batuhampar tidak tersingkir pada masa Revolusi Hijau bahkan terjadi peningkatan peranan mereka baik dari segi intensitas kerja maupun dalam pendapatan. Penelitian ini, selain menggunakan data kuantitatif juga menggunakan wawancara naratif untuk memperoleh "life history" dari petani itu sendiri, yaitu bagaimana pengalaman, kegembiraan yang mereka rasakan pada saat bekerja.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T4301
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Yulia Fatma
Abstrak :
Tesis ini  bertujuan untuk mengeksplorasi peran media sosial dalam Gerakan Hijau di Iran periode 2009 – 2010. Penelitian ini bertolak dari meletusnya demonstrasi pasca pemilu yang dilaksanakan pada tanggal 12 Juni 2009. Pemilu berhasil dimenangkan Ahmadinejad sebagai petaha. Namun, kemenangan ini ditinjau sebagai sebuah kecurangan terutama oleh masyarakat pro reformis. Aksi massa masyarakat pro Gerakan Hijau juga dibarengi dengan pemblokiran berbagai media oleh pemerintah. Sehingga masyarakat berupaya mencari medium penyaluran aspirasi mereka. Salah satu media yang digunakan adalah twitter. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini fokus pada studi analisis isi twit yang dikirimkan oleh netizen pada microblogging Twitter dimulai pada 10 Juni 2009 sampai dengan 12 Februari 2010 dengan menggunakan pendekatan eksplanatif. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukkan bahwa memang terdapat peran media sosial twitter dalam konteks komunikasi politik rakyat pada penguasa. Twitter dapat berperan sebagai alat penyebaran informasi dan gagasan, alat mobilisasi massa serta menjadi alat untuk memperoleh simpatik baik dari internal Iran maupun dunia Internasional. Akan tetapi, penggunaan twitter terebut tidak signifikan sebagai motor penggerak Gerakan Hijau. Hal tersebut antara lain disebabkan rendahnya pengguna twitter dari kalangan masyarakat Iran dan dalam ruang publik dunia maya, twitter tidak cukup potensial untuk menjadi sebuah kekuatan gerakan sosial. Di samping itu, counter negara Iran cukup kuat dalam  menjaga resistensi negara dari gejala-gejala yang mengancam ketahanan negaranya. Gerakan Hijau juga bahkan juga didopleng oleh kepentingan negara lain seperti Amerika Serikat. ......This thesis is aimed to explore the role of social media in the Green Movement in Iran in the period 2009-2010. This study stems from the demonstrations of post-election that took place on June 12, 2009. Ahmadinejad won the election as incumbent. However, this victory was viewed as election fraud especially by pro-reformist societies. The mass action of the pro-Green Movement community was also followed by the government step to block various media at the same time. So that people attempt to find an alternative media to channel their aspirations. One of the media used is Twitter. Based on this matter, this study focuses on the study of content analysis of twit sent by netizens on Twitter microblogging starting from 10 June 2009 to 12 February 2010 using an explanatory approach. The results of the study indicate that there is indeed a role of social media Twitter in the context of people's political communication with the authorities. Twitter can act as a tool for disseminating information and ideas, as well as a tool for mass mobilization, and also as a tool to gain sympathy from both Iran and the international community. However, the use of twitter is not significant as the driving force of the Green Movement. This is due to the low amount of Twitter users from the Iranian community. And in cyberspace public space, Twitter is not potential enough to become a power of social movements. In addition, the Iranian state counter is strong enough to protect the country's resistance from symptoms that threaten the country's resilience. The Green Movement is also even supported by the interests of other countries such as the United States.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T51813
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riantama Sulthana Fauzan
Abstrak :
Sebagai sistem pertanian kearifan lokal Bali, kedaulatan pangan Subak terancam dalam menjaga keberlanjutan pangan di wilayah Bali. Hal ini disebabkan karena para petani tidak lagi sepenuhnya menjalankan prinsip Tri Hita Karana dalam kegiatan usaha taninya dan beralih pada sistem pertanian Revolusi Hijau. Kabupaten Tabanan yang memiliki prestasi ketahanan pangan terbaik di Indonesia juga ikut terancam, karena Subak sebagai garda terdepan penjaga kedaulatan pangannya sudah tidak seberdaya dulu. Maka dari itu, penilitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh apa Revolusi Hijau telah mendegradasi kedaulatan pangan Subak yang menerapkan nilai-nilai Tri Hita Karana sehingga, dapat mengetahui akar permasalahan dan solusi yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kedaulatan pangan. Tesis ini menggunakan desain penelitian kualitatif dan metode Life History untuk memahami berbagai perubahan yang terjadi di Subak secara mendalam. Pengumpulan data menggunakan observasi, literatur dan melakukan wawancara secara langsung kepada tiga Subak di kabupaten Tabanan. Hasil penelitian menunjukkan adanya pergeseran orientasi dari sistem pertanian berbasis manusia menjadi modal dan teknologi. Hasil dari pergeseran tersebut merubah beberapa aspek dalam Subak antara lain; sarana produksi yang mengandalkan input eksternal, sistem gotong royong yang tergantikan dengan upah, kesejahteraan petani yang memburuk, konsep pertanian yang menjadi tidak berkelanjutan, tradisi ritual yang mulai ditinggalkan dan perilaku petani yang individual membuat lemahnya posisi dan keberdayaan organisasi Subak. Tesis ini membuahkan temuan, bahwa Revolusi Hijau tidak secara langsung mempengaruhi kedaulatan pangan Subak, melainkan para petani yang terpengaruh oleh perubahan yang dibawa Revolusi Hijau menjadikan Subak menjadi tidak berdaulat. Kedaulatan pangan dapat tercapai dengan penerapan budaya yang kuat, salah satunya adalah menjalankan nilai-nilai Tri Hita Karana sebagai instrumen kedaulatan pangan berbasis budaya. ......As a Balinese local wisdom agricultural system, Subak's food sovereignty is threatened in maintaining food sustainability in the Bali region. This is because the farmers no longer fully implement the principle Tri Hita Karana in farming activities and switch to the Green Revolution agricultural system. Tabanan Regency, which has the best food security achievements in Indonesia, is also under threat, because Subak, as the front line guard for food sovereignty, is no longer as empowered as before. Therefore, this research aims to find out to what extent the Green Revolution has degraded the food sovereignty of Subak which applies the values of Tri Hita Karana hence, can find out the root of the problem and solutions that can be done to maintain food sovereignty. This thesis uses a qualitative research design and methods Life History to understand the various changes that occurred in Subak in depth. Data collection used observation, literature and direct interviews with three subaks in Tabanan district. The results showed that there was a shift in orientation from human-based agricultural systems to capital and technology. The results of this shift changed several aspects of Subak, including; production facilities that rely on external inputs, mutual assistance systems that are replaced by wages, deteriorating farmer welfare, agricultural concepts that are becoming unsustainable, ritual traditions that are starting to be abandoned and individual farmer behavior weaken the position and organizational empowerment of Subak. This thesis led to the finding that the Green Revolution did not directly affect Subak's food sovereignty, but farmers who were affected by the changes brought about by the Green Revolution made Subak non-sovereign. Food sovereignty can be achieved through the implementation of a strong culture, one of which is by upholding the values of Tri Hita Karana as a culturally-based instrument for food sovereignty.
Jakarta: Sekolah Kajian dan Stratejik Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
McDonald, Bryan L.
Abstrak :
This book brings together the history of food, agriculture, and foreign policy to explore the use of food to promote American national security and national interests. During the first three decades of the cold war, Americans struggled to understand how an unprecedented abundance of food could be best used to advance the nations goals and values. Was food a weapon, a commodity to be valued and exchanged through markets, or a substance to be provided to those in need? Food power was essential to Americas postwar modernization strategy and vision of what it meant to be a stable, secure, and technologically advanced nation. America helped build a new postwar food system based around the steadying influence of American agricultural surpluses that helped maintain stable prices and food availability. This system averted a global-scale food crisis for almost three decades. The end of this food system in the early 1970s ushered in a much more unstable period in global food relations. The book argues that efforts to understand both Americas role in the world during the mid-twentieth century and to address contemporary food problems will be enhanced by a more complete understanding of the ways postwar American policymakers and experts sought to shape the politics of security and prosperity by linking people and places around the world through food.
Oxford: Oxford University Press, 2017
e20469899
eBooks  Universitas Indonesia Library