Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mey Diniar
Abstrak :
ABSTRAK
Kehadiran produk pembersih tangan memang membuat orang tak perlu repot mencari air untuk mernbebaskan tangannya dari kotoran atau kuman. Produk cairan pembersih tangan tanpa air yang ada di Indonesia saat ini antara lain adalah : Handy Clean, Ezy Clean, Antis, dan Instance. Masalah yang dihadapi adalah belum terídentifikasinya pandangan konsumen, terutama sehubungan dengan pengembangan target pasar yang dibidik

Sehubungan dengan hal tersebut, kemudian dilakukan penelitian yang bertujuan:

1. Untuk mengetahui awareness target pasar terhadap kehadiran cairan pembersih tangan tanpa air di indonesia.

2. Untuk mengumpulkan informasi mengenai persepsi konsumen pemakai cairan pembersih tangan tanpa air terhadap produk merek-merek cairan pembersih tangan tanpa air yang ada di indonesia saat ini

3. Untuk niengetahui atnbut-atribut yang menjadi pertimbangan konsumen dalam asumsi produk cairan pembersih tangan tanpa air dan tingkat kepentingan masing masing atribut.

4. Untuk mengetahui penlaku serta preferensi konsumen dalam memilih media (tv, radio, dan cetak) sehina dapat memanfaatkannya untuk melakukan komunikasi dengan target pasar.

5. Untuk menetapkan strategl segmentasi, targeting dan positioning yang dapat dilakukan oleh produsen cairan pembersih tangan tanpa air.

Riset pemasaran diawali dengan exploratory research (riset kuaiitatif) yang terdiri dari Secondary data analysis & individual in depth interview. Kemudian dilanjutkan dengan descriptive research (riset kuantitatif). Metoda pengumpulan data primer dilakukan dengan cara self administered survey (Non Probability Sampling), Jumlah sampel ditetapkan sebanyak 120 orang / responden dengan metoda Convenience Sampling. Data sekunder didapatkan melalui internet, artikel majalah Koran, buku-buku. Hasil survey kemudian dianalisis dengan menggunakan metoda distribusi frekuensi, cross tabulation analysis, analisis faktor, analisis atrìbut (lmportance & rating analysis).

hasil penelìtian pada karya akhir ini antara lain:

Dari sisi awareness, merek Antis menempati Top of mind awareness atas merek cairan pembersih tangan tanpa air. Peringkat kedua untuk pengujian unaided awareness ditempati oleh merek Handy Clean. Dalam pengujian aided awareness sebanyak 50,8 % responden mengetahui merek Ezy Clean.

Dari sisi perilaku, alasan responden terbanyak menggunakan adalah kepraktisan dan kebersihan. Frekuensi responden memakai sebagian besar adalah satu dan dua kali dalam sehan. Kondisi/Waktu responden memakai sebagian besar adalah pada saat dalam perjalanan. Tempat paling sering membeli paling banyak adalah supermarket dan minimarket. Preferensi responden dalam memilih media adalah RCTI sebagai stasiun TV favorit dengan program acara yang disenangi adalah film lepas. Media radio yang sering didengar adalah Kis, sedangkan Koran Kompas sebagai media cetak yang senang dibaca.

Atribut tidak Iengket di tangan merupakan atribut yang sangat penting. Sedangkan atribut ukuran kemasan, disain kemasan, kadar alkohol dan kekentalan dianggap tidak terlalu penting oleh para responden.

Penilaian responden atas atribut-athbut ketiga merek cairan pembersih tangan tanpa air yang menjadi obyek penelitian ini sebagLian besar belum dapat memenuhi harapan konsumen / responden cairan pembersih tangan tanpa air saat ini.

Segmen dan target market adalah segmen yang peduli akan kebersihan dan kepraktisan (kelas A dan B). Positioning Antis sebagai ahlinya anti kuman, Handy Clean dengan membangun asosiasi-asosiasi terhadap mereknya (Kalbe Fanna) Ezy Clean memposisikan diri dalam harga murah dan lebih ampuh membunuh kuman. Beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

> Mengkomunikasikan mengenai produk / merek melalul iklan TV.

> Meningkatkan kampanye below the line dengan pemberian sampel gratis di tempat tempat yang ramai dikunjungi konsumen potensial.

> Perluasan distribusi cairan pembersih tangan tanpa air tidak hanya di minimarket, supermarket ataupun hypermarket saja tetapi juga ke warung dan toko.

> Menambah pilihan aroma keharuman dan membuat pilihan produk cairan pembersih tangan tanpa air yang non parfum.

> Para Produsen cairan pembersih tangan tanpa air di Indonesia sebaiknya melakukan riset pasar kepada target konsumen secara berkesinambungan.

Dalarn penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yaitu metoda sampling yang digunakan adalah Non Probability Sampling, jumlah merek yang diuji banya sebanyak 3 merek, data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini masih kurang karena produk cairan pembersih tangan tanpa air tergolong masih baru.
2002
T1374
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Caroline Oktarina
Abstrak :
Peningkatan frekuensi penggunaan hand sanitizer dan mencuci tangan dengan sabun disinyalir menyebabkan peningkatan insidens dermatitis pada tangan. Tenaga nonmedis yang bekerja di rumah sakit juga mengimplementasikan hand hygiene secara rutin sehingga ikut mengalami peningkatan kejadian dermatitis pada tangan. Penelitian ini bertujuan menganalisis dermatitis pada tangan tenaga nonmedis, derajat keparahannya, serta penggunaan hand sanitizer terhadap transepidermal water loss (TEWL) dan skin capacitance. Penelitian observasional dengan desain potong lintang ini dilakukan pada bulan Juli hingga September 2022 di ruang penelitian kelompok staf medis (KSM) Dermatologi dan Venereologi, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Subjek dipilih berdasarkan kriteria penelitian dengan metode cluster random sampling. Identitas, data penggunaan hand sanitizer dan mencuci tangan, stigmata atopi, dan durasi dermatitis pada tangan didapatkan melalui anamnesis. Penilaian keparahan dermatitis pada tangan dilakukan dengan hand eczema severity index (HECSI). Pemeriksaan TEWL dan skin capacitance dilakukan dengan Tewameter® TM 300 dan Corneometer® CM 825. Analisis data dilakukan dengan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 21.0. Terdapat masing-masing 24 subjek yang direkrut pada kelompok dengan dan tanpa dermatitis pada tangan. Berdasarkan karakteristik sosiodemografik dan klinis, tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok kecuali frekuensi mencuci tangan dengan air dan sabun. Subjek dengan dermatitis lebih sering mencuci tangan dengan air dan sabun dibandingkan dengan subjek tanpa dermatitis (6 vs 4,5 kali/hari; p = 0,005). Proporsi kejadian dermatitis pada tangan pada tenaga nonmedis pengguna hand sanitizer adalah 10% dengan median durasi penyakit 22 minggu dan rerata nilai HECSI 9,25 ± 6,33. Tidak terdapat perbedaan TEWL dan skin capacitance yang bermakna kedua kelompok (p > 0,05). Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara TEWL dan skin capacitance dengan skor HECSI (p > 0,05). Mayoritas tenaga nonmedis yang mengalami dermatitis pada tangan memiliki derajat keparahan ringan. Kerusakan sawar kulit kemungkinan sudah terjadi akibat peningkatan praktik hand hygiene walaupun belum tampak gejala secara klinis sehingga tidak terdapat perbedaan fungsi sawar dan hidrasi kulit yang bermakna antara kelompok dermatitis dan kelompok tanpa dermatitis. ......Increased frequency of hand sanitizer use and washing hands with soap allegedly caused the increasing incidence of hand eczema (HE). Nonmedical personnel who work in the hospital also implement hand hygiene practices routinely so they also experience increased incidence of HE. This study aims to analyze the HE in nonmedical personnel, its severity, and the effect of hand sanitizer use on transepidermal water loss (TEWL) and skin capacitance. This observational cross-sectional study was conducted from July to September 2022 at the Department of Dermatology and Venerology, Dr. Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital, Jakarta. Subjects were recruited based on the study criteria with cluster random sampling method. Subject’s identity, data related to hand sanitizer use and hand washing, atopic stigmata, and duration of HE were documented through history taking. The severity of HE was assessed with hand eczema severity index (HECSI). TEWL and skin capacitance were measured with Tewameter® TM 300 and Corneometer® CM 825. Data were analyzed with Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) version 21.0. Both HE and control groups consisted of twenty-four subjects, respectively. Based on sociodemographic and clinical characteristics, there was no significant difference between both groups, except for the frequency of hand washing. Subjects with HE washed hands more frequently compared to normal subjects (6 vs 4.5 times/day; p = 0.005). The proportion of HE incidence in nonmedical personnel using hand sanitizer was 10% with median duration of disease of 22 weeks and mean HECSI score of 9.25 ± 6.33. There was no significant difference of TEWL and skin capacitance between both groups (p > 0.05). There was no significant correlation between TEWL and skin capacitance with HECSI scores (p > 0.05). Majority of nonmedical personnel suffering from HE had mild severity. The disruption of skin barrier might have already occurred due to increased of hand hygiene practice although clinical symptoms had not become visible, leading to no significant difference of barrier function and skin hydration in both groups.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Isti Amirtha
Abstrak :
ABSTRAK
Ekstrak kulit batang salam mengandung tanin dan flavonoid yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Kemampuan senyawa tanin dan flavonoid dapat diformulasikan menjadi gel hand sanitizer. Tujuan penelitian adalah menentukan konsentrasi hambat minimal KHM ekstrak kulit batang salam, memformulasikan dan mengevaluasi gel hand sanitizer, serta mengetahui efektivitas gel terhadap bakteri di telapak tangan. Basis gel dioptimasi dengan membuat tiga perbandingan antara karbomer dan trietanolamin. Kemudian dipilih basis gel terbaik, diformulasikan dengan ekstrak kulit batang salam. Uji stabilitas fisik dilakukan terhadap gel hand sanitizer yang mengandung ekstrak kulit batang salam 4,04 F1 dan 7,77 F2 , disimpan pada suhu 4 2 C, 27 2 C dan 40 2 C selama 12 minggu. Efektivitas gel hand sanitizer F1 dan F2 diujikan pada telapak tangan 30 responden. Dari penelitian diperoleh nilai KHM ekstrak kulit batang salam adalah 3,12 . Berdasarkan optimasi basis gel, basis gel terbaik diperoleh dari perbandingan karbomer dan trietanolamin 1 : 4 dengan pH 5,50. Gel hand sanitizer F1 dan F2 menunjukkan stabilitas yang baik selama 12 minggu. Uji efektivitas gel hand sanitizer menunjukkan F2 cenderung menurunkan jumlah bakteri P= 0,125 lebih banyak dibandingkan F1 P= 1,000 . Berdasarkan uji hedonik, responden lebih menyukai gel hand sanitizer F2 dibandingkan F1. Berdasarkan keseluruhan hasil, gel hand sanitizer F2 lebih baik dibandingkan F2.
ABSTRACT
Salam bark extract contains tannins and flavonoids that can inhibit the growth of Staphylococcus aureus. The ability of two compounds can be formulated into hand sanitizer gel. The objectives of study were determining minimum inhibitory concentration MIC of salam bark extract, formulating and evaluating the hand sanitizer gel, as well as studying the gel effectiveness against bacteria on the palms. Gel base was optimized by preparing three formulas containing carbomer and triethanolamine in different ratio. The best gel formula was mixed with salam bark extract. Physical stability of hand sanitizer gel containing 4.04 F1 and 7.77 F2 salam bark extract was carried out at 4 2 C, 27 2 C, and 40 2 C for 12 weeks. The effectiveness of F1 and F2 hand sanitizer gel were examined on palms of 30 respondents. The results showed that MIC of salam bark extract was 3.12 . Based on the gel base optimization, the best gel base was containing carbomer and triethanolamine in the ratio of 1 to 4 with pH of 5.50. The F1 and F2 hand sanitizer gel gave good stability for 12 weeks. The antibacterial effectiveness study showed that F2 hand sanitizer gel tended to decrease amount of bacteria P 0.125 better than that F1 P 1.000 . Based on the hedonic study, F2 hand sanitizer gel was more preferred than F1. According to all of the results, it could be concluded that the F2 hand sanitizer gel was much better than the F1.
2017
S69785
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library