Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
Widi Yarmto
Jakarta: Andal Krida Nusantara, 2005
813 WID p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Tremblay, Paul
Jakarta: Noura Books, 2017
813 TRE h
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Winona Alma Della
"Pembahasan tentang hantu merupakan salah satu topik yang dapat diperbincangkan di mana saja dan kapan saja. Hantu dalam masyarakat dikenal sebagai suatu entitas yang memiliki nama dan karakteristik tertentu. Salah satu yang menarik untuk diteliti adalah pemaknaan dari nama hantu Jawa. Nama hantu Jawa dalam penelitian ini didapatkan dari artikel Alaming Lelembut dalam Majalah Panjebar Semangat tahun 2017-2019. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna nama hantu Jawa. Pemaknaan nama hantu Jawa didapatkan dengan menggunakan metode kualitatif dan teori analisis wacana Dijk (1980) dalam Renkema (2004) melalui 3 kaidah yaitu kaidah penghapusan, generalisasi, dan konstruksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 6 nama hantu Jawa yang dikenal yaitu, Banaspati, Sundel Bolong, Peri, Bajang Kerek, Gendruwo, dan Wewe Gombel. Dari keenam nama tersebut, ditemukan sebanyak 23 makna yang berbeda-beda dari satu hantu ke hantu yang lainnya dan 6 makna bersifat umum. Perbedaan makna pada nama-nama hantu Jawa tersebut disebabkan oleh pengaruh dari ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran masyarakat Jawa yang detil dan teliti.
The discussion of ghosts is one of the topics that can be discussed anywhere and anytime. Ghosts in society are known as entities that have certain names and characteristics. One of the interesting things to research is the meaning of the Javanese ghost name. The name of Javanese ghost in this study was obtained from the article Alaming Lelembut in Panjebar Semangat Magazine in 2017-2019. This research aims to describe the meaning of Javanese ghost names. The meaning of Javanese ghost names was obtained using qualitative methods and Dijk’s (1980) theories of discourse analysis in Renkema (2004) through 3 rules, namely the rules of elimination, generalization, and construction. The results showed that there are 6 known Javanese ghost names, namely, Banaspati, Sundel Bolong, Peri, Bajang Kerek, Gendruwo, and Wewe Gombel. From those 6 names, there are 23 different meanings from one ghost to another and 6 meanings are general. The difference in meaning in the names of Javanese ghosts is caused by the influence of ideas or ideas contained in the minds of Javanese people who are detailed and meticulous."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Verne, Jules
Bandung: Qanita, 2017
843 VER c
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Eduard Lazarus Tjiadarma
"
ABSTRAKMenggunakan perspektif psikoanalisis Slavoj i ek yang menyatakan bahwa wacana mengenai hantu merupakan kembalinya sebuah hal yang direpresi karena mengkontradiksi ideologi dominan, penelitian ini menganalisis cara kerja ideologi dalam tayangan dengan genre infotainment horor yang berhubungan dengan wacana anti-komunisme di Indonesia. Tayangan yang dipilih merupakan dua episode program televisi Mister Tukul Jalan-Jalan mengenai hantu korban pembantaian yang dilakukan Partai Komunis Indonesia di Madiun serta pembantaian terhadap anggota Partai Komunis Indonesia di Kediri pada tahun 1965. Untuk menganalisis teks secara metodologis, penelitian ini menggunakan kerangka tiga aspek order of discourse yang dicetuskan Norman Fairclough berupa genre, Discourse, dan style.
ABSTRACTUsing Slavoj i ek rsquo s psychoanalysis perspective that postulates spectres as the return of an information that was repressed as it contradicts a dominant ideology, this research analyzes the mechanisms of ideology within television shows with the lsquo infotainment horror rsquo genre that contains anti communism discourse. The texts that were chosen are two episodes of a television program titled lsquo Mister Tukul Jalan Jalan rsquo about the spirits of victims who were murdered by Indonesia rsquo s Communist Party PKI at Madiun and the mass murder of PKI members at Kediri in 1965. To analyze the texts methodically, this research utilizes the three orders of discourse coined by Norman Fairclough, namely genre, Discourse, and style."
[;, ]:
2017
S67775
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Stine, R. L.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama , 2018
813.54 STI g
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Ahmad Sulton Ghozali
"Kesusastraan yang menggambarkan latar atau yang ditulis oleh pengarang dari Indonesia timur menjadi semakin penting seiring dengan kesadaran masyarakat mengenai kesenjangan di daerah tersebut. Tulisan ini memenuhi kebutuhan tersebut dengan membahas novel Haniyah dan Ala di Rumah Teteruga karya Erni Aladjai. Novel tersebut menggambarkan masyarakat dalam lingkungan pertanian cengkih di Maluku yang hidup dalam toleransi dan terbuka. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan narasi pengucilan dan pemilihan tokoh hantu dalam novel tersebut, termasuk perannya dalam mediasi konflik ketika terbatas dengan kehadirannya sendiri. Penelitian ini menggunakan teori pendekatan sosiologi sastra dan teori konflik yang dilakukan dengan metode kualitatif dan berbasis studi pustaka. Penelitian ini menemukan bahwa tokoh hantu dalam novel tersebut digunakan untuk memberikan petunjuk terkait konflik, mendukung keefektifan cerita, memicu kesan emosional, dan menggambarkan sejarah penindasan pada masa kolonial. Meskipun dinilai sebagai pilihan yang abnormal, kehadiran hantu dalam narasi pengucilan membangun hubungan paralel untuk menyiratkan gagasan pengarang tentang kritik sosial atas sikap represif masyarakat dalam menyuarakan kebenaran dan terobsesi dengan mistikisme.
Literature that describes the setting or written by authors from eastern Indonesia is becoming increasingly important as there is public awareness of the gaps in this region. This paper fulfills this need by discussing the novel Haniyah dan Ala di Rumah Teteruga by Erni Aladjai. The novel describes the people in the clove farming environment in Maluku who live in tolerance and openness. This study aims to describe the narrative of excommunication and selection of the ghost character in the novel, including its role in conflict mediation when limited by its presence. This research uses a sociological approach to literature and conflict theory which is carried out using qualitative methods and based on library studies. This study found that the ghost character in the novel used to provide clues regarding the conflict, deliver the story more effectively, trigger emotional impressions, and describe the history of oppression in the colonial period. Even as an abnormal choice, the presence of ghosts in the excommunication narrative builds a parallel relationship to implying the author's idea of social criticism about society's repressive attitude towards speaking the truth and obsessed with mysticism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Ahmad Sulton Ghozali
"Kesusastraan yang menggambarkan latar atau yang ditulis oleh pengarang dari Indonesia timur menjadi semakin penting seiring dengan kesadaran masyarakat mengenai kesenjangan di daerah tersebut. Tulisan ini memenuhi kebutuhan tersebut dengan membahas novel Haniyah dan Ala di Rumah Teteruga karya Erni Aladjai. Novel tersebut menggambarkan masyarakat dalam lingkungan pertanian cengkih di Maluku yang hidup dalam toleransi dan terbuka. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan narasi pengucilan dan pemilihan tokoh hantu dalam novel tersebut, termasuk perannya dalam mediasi konflik ketika terbatas dengan kehadirannya sendiri. Penelitian ini menggunakan teori pendekatan sosiologi sastra dan teori konflik yang dilakukan dengan metode kualitatif dan berbasis studi pustaka. Penelitian ini menemukan bahwa tokoh hantu dalam novel tersebut digunakan untuk memberikan petunjuk terkait konflik, mendukung keefektifan cerita, memicu kesan emosional, dan menggambarkan sejarah penindasan pada masa kolonial. Meskipun dinilai sebagai pilihan yang abnormal, kehadiran hantu dalam narasi pengucilan membangun hubungan paralel untuk menyiratkan gagasan pengarang tentang kritik sosial atas sikap represif masyarakat dalam menyuarakan kebenaran dan terobsesi dengan mistikisme.
Literature that describes the setting or written by authors from eastern Indonesia is becoming increasingly important as there is public awareness of the gaps in this region. This paper fulfills this need by discussing the novel Haniyah dan Ala di Rumah Teteruga by Erni Aladjai. The novel describes the people in the clove farming environment in Maluku who live in tolerance and openness. This study aims to describe the narrative of excommunication and selection of the ghost character in the novel, including its role in conflict mediation when limited by its presence. This research uses a sociological approach to literature and conflict theory which is carried out using qualitative methods and based on library studies. This study found that the ghost character in the novel used to provide clues regarding the conflict, deliver the story more effectively, trigger emotional impressions, and describe the history of oppression in the colonial period. Even as an abnormal choice, the presence of ghosts in the excommunication narrative builds a parallel relationship to implying the author's idea of social criticism about society's repressive attitude towards speaking the truth and obsessed with mysticism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Stroud, Jonathan
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2015
813 STR t
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library