Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"The right to "pursue happiness" is one of the dominant themes of western culture, and understanding the causes of happiness is one of the primary goals of the positive psychology movement. However, before the causality question can even be considered, a more basic question must be addressed : can happiness change? Reasons for skepticism include the notion of a "genetic set point" for happiness, i.e. a stable personal baseline of happiness to which individuals will always return, no matter how much their lives change for the better; the life-span stability of happiness-related traits such as neuroticism and extraversion; and the powerful processes of hedonic adaptation, which erode the positive effects of any fortuitous life change. This book investigates prominent theories on happiness with the research evidence to discuss when and how happiness changes and for how long.
"
London: Academic Press, 2014
e20427722
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Bradley, Ben
Cambridge: Wiley, 2015
170 BRA w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Maisarah
"Poligami dalam penelitian ini adalah bentuk pernikahan dimana suami memiliki lebih dari satu isteri pada saat bersamaan dengan melibatkan kerjasama dalam aspek ekonomi, sosial, dan reproduksi antar ia dengan tiap isterinya, berdasarkan pengaturan hidup tertentu. Poligami juga mempunyai syarat-syarat yang biasanya tidak mudah untuk dipenuhi. Oleh karena itu, seringkali dalam pernikahan poligami, pihak isteri pertama menjadi pihak yang dirugikan dan harus berbagi dengan wanita lain. Kebahagiaan menurut Seligman (2002) dibentuk oleh faktor-faktor eksternal dan internal dalam kehidupan seseorang. Diantara faktor eksternal adalah uang, agama, dan kehidupan sosial. Juga pernikahan, yang dalam penelitian ini kontribusinya terhadap kebahagiaan ditandai dengan pemenuhan fungsi-fungsi pernikahan. Adapun faktor internal terdiri dari kepuasan masa lalu, optimisme, dan kebahagiaan masa kini. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai kebahagiaan isteri pertama pada pernikahan poligami, dengan tipe studi kasus sebagai fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks terbatas. Pengumpulan data dilakukan terhadap tiga isteri pertama pernikahan poligami berusia dewasa madya. Hasil penelitian mengungkap kebahagiaan isteri pertama pada pernikahan poligami berdasarkan faktor-faktor eksternal dan internal yang mereka miliki. Dari tiga kasus, kasus pertama paling tidak terpenuhi faktor-faktor eksternal dan internalnya, sementara kasus ketiga adalah yang paling terpenuhi.

Polygamy in this research is a form of marriage where a husband has more than one wife at the same time which involves cooperation in economical, social, and sexual aspects between him and each wife, based on a certain living arrangements. Polygamy also has terms that are usually not easy to fulfill. Therefore, often in a polygamous marriage, the first wife becomes the disadvantaged party and has to share with another woman. Happiness according to Seligman (2002) is formed by the external and internal factors in a person?s life. Among external factors are money, religion, and social life. Another one is marriage, which in this research, made contribution to happiness by the fulfillment of marital functions. Whereas the internal factors are satisfaction about the past, optimism, and happiness in the present. The purpose of this research is to obtain a description about the happiness of first wives in polygamous marriages. This is a case study research, which viewed a case as a particular phenomenon on a limited context. Data gathering is performed on three middle adult first wives in a polygamous marriage. Results explain the happiness of first wives in the form of external and internal factors they possess. Among the three cases, the first case has the most unfulfilled external and internal factors, whereas the third case is the most fulfilled."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Owen, Andrea
Yogyakarta: Solusi Mitra Media, 2017
158.13 OWE h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sapto Ashardianto
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara resiliensi dan psychological well-being pada mahasiswa relawan bencana. Sebagai tambahan, penelitian ini juga dilakukan untuk melihat gambaran resiliensi dan psychological well-being pada mahasiswa relawan bencana.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Resiliensi diukur menggunakan Resilience Scale berdasarkan modifikasi dari penelitian sebelumnya oleh Olga Sihombing di tahun 2009 sedangkan psychological well-being diukur menggunakan Ryff's Scale of Psychological Well-being yang diadaptasi dari penelitian sebelumnya oleh Rahardini Sekar dkk di tahun 2011. Responden penelitian ini berjumlah 85 orang mahasiswa yang pernah berkontribusi sebagai relawan bencana.
Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa resiliensi berkorelasi secara signifikan dengan psychological well-being (r = 0.493; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Ini berarti, semakin tinggi tingkat resiliensi seseorang maka menunjukkan semakin tinggi pula psychological well-beingnya.

This research was conducted to find the correlation between resilience and psychological well-being among student disaster volunteers. In addition, this research also aimed to depict resilience and psychological well-being among student disaster volunteers.
This research used the quantitative approach. Resilience was measured using a Resilience Scale that was based on modifications from previous research by Olga Sihombing in 2009 and psychological well-being was measured using Ryff?s Scale of Psychological Well-being adopted from previous research by Rahardini Sekar et al. in 2011. The participant of this research are 85 students who have contributed as disaster volunteers.
The main result of this research showed that resilience correlated significantly with psychological well-being (r = 0.493; p = 0.000, significant at L.o.S 0.01). That is, the higher resilience of one?s own, the higher his/her psychological well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Situmeang, John B.
"Tulisan ini berdiskusi tentang hubungan-hubungan tiga konsep penting yakni kepemimpinan, wisdom dan kebahagiaan bahwa ketiga konsep ini mempunyai hubungan yang komplementer, saling mengisi"
Jakarta: The Ary Suta Center, 2023
330 ASCSM 62 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pangalila, Ferlansius
"Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif Yang menjadi permasalahan adalah apa dasar dan manfaat resosialisasi sebagai tujuan pemidanaan di Indonesia? Bagi masyarakat, kejahatan merupakan tindakan yang secara moral tak dapat dibenarkan, sehingga setiap anggota masyarakat harus bertindak sebagaimana agen moral yang bertindak dalam koridor norma-norma moral yang berlaku. Pemerintah sebagai pemegang peran utama dalam usaha penanggulangan kejahatan tidak boleh tidak sesuai dengan tujuan Negara Indonesia, yakni terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Penanggulangan kejahatan dengan ditetapkan dan diberlakukannya sistem pemidanaan yang bertujuan untuk melindungi masyarakat Indonesia. Dilain pihak, pelaku kejahatan juga merupakan bagian dari masyarakat Indonesia sehingga dia juga memiliki hak untuk dilindungi oleh Negara. Dengan demikian Pemidanaan harus diatur dan dijalankan sedemikian rupa tanpa mengurangi tujuan dari hukum pidana itu sendiri. Sistem Pemidanaan merupakan bagian dari kebijakan penanggulangan kejahatan sebagai upaya dalam melindungi masyarakat umumnya dan pelaku kejahatan khususnya. Dalam praktek selama ini, Pemerintah Indonesia telah menerapkan sistem Lembaga Pemasyarakatan yang pada intinya sebagai suatu proses rehabilitasi dan resosialisasi pelaku kejahatan. Sistem Pemasyarakatan merupakan suatu konsep yang dirumuskan sebagai suatu metode untuk mengubah narapidana menjadi orang yang dapat berguna dalam masyarakat dengan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka sendiri. Masyarakat dilibatkan dalam pembinaan ini, sehingga masyarakat mau menerima narapidana ini kedalam lingkungan sosialnya. Seorang narapidana dapat kembali ke tengah-tengah masyarakat dan menunjukan prilaku yang berdasarkan moral dianggap baik sehingga dia dapat diterima kembali dan hidup normal ditengah- tengah masyarakat, dengan demikian kebahagiaan sosial dapat diwujudkan. Sistem Pemidanaan sebagai suatu Kebijakan haruslah bertujuan sebagai proses resosialisasi pelaku kejahatan. Dasar Resosialisasi adalah moral, yakni apa yang baik bagi masyarakat, karena bermanfaat untuk semakin meningkatnya kebahagiaan sosial.

The method used in this research is normative law research method. The question here is what are the reasons and the benefits of resocialisation (training to be social or to be fit member of society) as the goal of sentencing in Indonesia? For people, crime is a morally unjustified action. Thus, each member of the society should act as a moral agent who behaves in the corridor of effective norms. As the institution which has the key role in fighting crimes, the govemment must work in line with the aim of the State that is the realization of a just and prosperous society based on Pancasila. To fight the crimes, the govemment has stipulated and imposed the sentencing system which aims to protect Indonesian people. In other sides, the criminals, who also part of Indonesian society, have the rights to have state’s protection. The sentencing, therefore, must be formulated and implemented without reducing the goal of the criminal law. The sentencing system is a part of the policy to combat crimes in order to protect the society, especially the criminals. So far, Indonesian govemment has carried out a correctional institution system which is basically serves as a rehabilitation or resocialisation process for the criminals. Correctional system is a concept formulated as a method to change, correct or modify the potencies of a prisoner to be useful for the society. Because the society is involving in that guidance, the prisoner could come back and live normally in the society. The society welcome them well due to good morals a former prisoner reflects in social life. As a policy, the sentencing system should resocialize the criminals. To improve social happiness, resocialisation must base on morals or what is good for the society."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009
T26048
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harefa, Christiara Adinda
"Rangkaian pengalaman pahit yang dihadapi Albert Camus mengarahkannya pada pemikiran absurditas mengenai pertanyaan akan makna hidup manusia di tengah penderitaan yang tidak tentu akhirnya. Absurditas memaksa manusia untuk memilih jalan keluar yang diinginkannya; bunuh diri atau pemberontakan. Pemikiran mengenai absurditas itu kemudian disampaikan oleh Albert Camus dalam karyanya berjudul Le Malentendu. Drama ini memperlihatkan impian yang dimiliki tokoh Martha sebagai tokoh utama, serta absurditas yang dihadapinya karena penolakan dari ibunya. Kajian atas struktur alur drama yang menggunakan model piramida Gustav Freytag memperlihatkan bahwa dalam rangkaian babak drama Le Malentendu terdapat keterkaitan antara kebahagiaan yang sebenarnya sudah dimiliki Martha dan absurditas yang lahir dari kebahagiaan tersebut. Pada bagian akhir disimpulkan bahwa drama Le Malentendu menunjukkan bahwa kebahagiaan dan absurditas saling berlawanan sekaligus saling berkaitan.

The bitterness of life which Albert Camus has undergone led him to an idea of the absurdity that questions the meaning of life in the midst of sufferings that knows the end. Absurdity compels someone to choose a way out committing suicide or going against it revolting. Camus then brought the idea of absurdity, Le Malentendu, one of his plays. It shows the dream of Martha, the main character, and the absurdity she has to face because of her mother rsquo s rejection. The study of dramatic structure using Freytag rsquo s Pyramid model shows that the sequences of drama rsquo s chapters reflect a connection between Martha rsquo s happiness that she already has and the absurdity that occured. In the conclusion, it shows that both happiness and absurdity in Le Malentendu are contradictory, yet related to each other.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Waheeda B. Abdul Rahman
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kebahagiaan wanita dewasa muda yang dibesarkan dalam keluarga poligami. Selain itu, untuk mengetahui keutamaan dan kekuatan yang dimiliki dan bagaimana mereka mengaplikasikannya di dalam kehidupan mereka untuk meraih kebahagiaan. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan disain deskriptif. Kuesioner VIA-IS juga digunakan untuk mengenal keutamaan dan kekuatan subjek penelitian.
Subjek penelitian terdiri dari empat wanita dewasa muda yang dibesarkan dalam keluarga poligami. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, sedangkan analisis dilakukan dengan merujuk pada hasil dari kuesioner VIA-IS, standar dan pendapat peneliti.
Dari analisis terhadap hasil wawancara dan perhitungan nilai dari kuesioner VIA-IS, disimpulkan bahwa: 1) gambaran poligami yang dilakukan ayah adalah rata-rata mereka hidup harmonis walaupun ada konflik tetapi tidak terlalu serius, hanya iri-irian; 2) gambaran penghayatan terhadap poligami yang dilakukan ayah adalah tidak mempermasalahkan perilaku tersebut; 3) semua subjek secara keseluruhan bahagia dengan kehidupan mereka karena hubungan interpersonal yang baik.; 3a) gambaran kebahagiaan mengenai masa lalu yang berpengaruh adalah emosi positif pride, gratitude dan forgiveness; 3b) gambaran kebahagiaan masa depan hanyalah emosi positif hope; 3c) gambaran kebahagiaan saat ini pleasure dan gratifikasi yang disesuaikan dengan keadaan di pondok pesantren; 4) gambaran penghayatan subjek mengenai keterkaitan antara poligami yang dilakukan ayah dengan kebahagiaan adalah pada awal mereka terpengaruh tetapi dengan berjalannya waktu, tidak terpengaruh; 5) keutamaan dan kekuatan yang dimiliki subjek adalah Forgiveness and Mercy dan Gratitude.
Hasil penelitian menyarankan data harus dari beberapa sumber; melakukan penelitian kuantitatif; mengacu pada teori yang khusus untuk kekuatan gratitude bersama forgiveness and mercy; meneliti gambaran proses pembentukan dan aplikasi kekuatan gratitude dan forgiveness and mercy; subjek penelitian diganti dengan mereka yang berada di luar pondok pesantren; melakukan penelitian cross-sectional untuk membandingkan kebahagiaan mereka yang dibesarkan di dalam keluarga bercerai dan keluarga poligami.

The focus of this study was to understand the authentic happiness among young adulthood women in polygamous families; as well as to identify their virtues and strengths and how they applied them in their lives to gain authentic happiness. This was a qualitative descriptive interpretive study. Questioner VIA-IS was also used to identify the virtues and strengths of the subjects in this study.
The subjects in this study were four young adulthood women from polygamous families. The data was acquired through deep interview and analysis was done referring to the results from questioner VIA-IS; and the standards and opinions set by the researcher.
From the analysis of the results of the interviews and the questioner VIA-IS, the conclusions were: 1) the descriptions of polygamous families were generally harmonious even though there were some minor conflicts mainly jealousies; 2) there were no hard feelings generated from the polygamies committed by their fathers; 3) all subjects were generally happy in their lives because of very good interpersonal relationships; 3a) positive emotions like pride, gratitude and forgiveness influenced their authentic happiness about the past; 3b) only hope influenced their authentic happiness towards the future; 3c) pleasure and gratification were adapted to their lives in a boarding school; 4) they were at first influenced by the polygamies but later accepted them; 5) Forgiveness and Mercy with Gratitude were the strengths that they made used of in their lives.
Suggestions made from the results of the study were that data should be from a few sources; quantitative research should be undertaken; must concentrate on specialized theories based on the strengths gratitude with forgiveness and mercy; research on the descriptive process of the formation and application of the strengths gratitude with forgiveness and mercy; subjects can be replaced with those not living in a boarding school; conduct a cross-sectional study to compare the authentic happiness of young adulthood women from divorced families and polygamous families."
2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>