Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1990
S2345
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fitrianda Bachtiar
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3102
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Mira Mariah Melati
"Fesyen dan remaja hampir tidak dapat dipisahkan. Ketika penulis sedang berjalan-jalan di mal, sering terlihat remaja-remaja yang jalan atau duduk kelompok, dan umumnya mereka mengenakan pakaian yang sejenis. Sehingga timbul pertanyaan dibenak penulis, mengapa mereka berpakaian seperti itu? Apakah mereka menunjukkan perilaku konform? Kalau tidak mungkinkah mereka semua memiliki selera berpakaian yang sama? Apakah karena usia mereka yang masih remaja? Apakah ada hubungannya dengan perkembangan identitas dan diri mereka? Sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian ini, untuk, melihat apakah ada hubungan antara harga diri dengan konformitas dalam hal fesyen pada remaja.
Untuk melihat hubungan tersebut, digunakan dua alat ukur berbentuk kuesioner, yaitu kuesioner harga diri yang merupakan adaptasi dari Self Esteem Inventory (SEI) dari Coopersmith (1967), dan kuesioner konformitas yang disusun sendiri oleh penulis untuk melihat tingkat konformitas remaja dalam hal fesyen. Sebelum digunakan, alat tersebut diujicobakan dahulu, dan diperoleh koefisien alpha sebesar 0,7655 untuk SEI dan 0,7719 untuk kuesioner konformitas. Untuk meningkatkan reliabilitas alat, beberapa item dieliminir. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik nonprobability sampling dengan teknik incidental sampling. Jumlah subyek pada penelitian ini adalah 165 subyek yang berusia antara 16 sampai 20 tahun.
Dari hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara harga diri dengan konformitas dalam hal fesyen pada remaja, sehingga Ho diterima. Disimpulkan juga bahwa remaja memang konformis, dalam hal ini, konformis salam hal fesyen, tanpa ada hubungan dengan tingkat harga dirinya.
Hasil ini bisa terjadi karena beberapa hal, seperti; kurang sempurnanya alat ukur yang tidak mencakup seluruh aspek-aspek konformitas, atau harga diri yang belum stabil dari subyek penelitian sehingga gambaran harga diri yang didapat kurang sempurna. Sebaiknya dilakukan beberapa perbaikan pada alat ukur jika hendak mengadakan penelitian lanjutan. Juga dapat dikaitkan dengan beberapa variabel lain yang mungkin mempunyai hubungan dengan konformitas dalam hal fesyen."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3110
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alabanyo Brebahama
"Harga diri memiliki hubungan yang erat dengan kemampuan seseorang untuk dapat mengembangkan dirinya baik di sekolah, maupun dalam kehidupan sehari-hari (Donnchadha, 2000). Walaupun memiliki hubungan dengan kemampuan seseorang dalam mengembangkan potensinya, tidak smeua anak dan remaja memiliki harga diri yang tinggi. Hal tersebut dapat ditimbulkan oleh berbagai sikap dan perilaku orang-orang di sekitar individu, seperti orangtua, sekolah, dan teman. Salah satu contoh dari sikap dan perilaku tersebut adalah dengan memberikan umpan balik yang negatif dan tidak obyektif kepada anak. Akibatnya, anak tidak pernah memperoleh gambaran yang jelas mengenai dirinya sendiri. Hal serupa juga dialami oleh F, remaja pria berusia 16 tahun yang menjadi subyek dalam penelitian ini. Akibat dari umpan balik negatif yang diberikan oleh guru, serta orangtua yang terlalu menganggapnya "bermasalah", F tidak memiliki gambaran yang jelas mengenai kelebihan dan kekurangan dirinya, mudah menyerah, kurang percaya diri, dan merasa gagal dalam pendidikan. Apabila masalah tersebut tidak diatasi, tentunya dapat menimbulkan masalah lain yang lebih kompleks.
Mruk (2006) menyebutkan bahwa tidak ada cara yang mudah dan cepat dalam meningkatkan harga diri. Sebab, harga diri merupakan sebuah konstruk yang terdiri dari berbagai komponen. Sebagai salah seorang tokoh dalam pengembangan program peningkatan harga diri, Borba (1989) menyebutkan bahwa harga diri terdiri dari lima komponen, yaitu security, selfhood, affiliation, mission, dan competence. Agar dapat memiliki harga diri yang memadai, setiap anak perlu memiliki lima komponen harga diri yang menunjang pula.
Apabila dihubungkan dengan keadaan F sebagai subyek dalam penelitian ini, terlihat bahwa ia belum memiliki selfhood yang memadai, sehingga perlu diberikan intervensi untuk meningkatkan selfhood-nya. Dalam programnya, Borba (1989) menyebutkan bahwa terdapat empat langkah yang harus dilakukan untuk meningkatkan selfhood seorang anak atau remaja, yaitu dengan meningkatkan kemampuan dalam mendeskripsikan diri, memberikan kesempatan untuk mengetahui peristiwa yang berpengaruh besar terhadap dirinya, meningkatkan kemampuan dalam mengenali kualitas-kualitas diri yang unik, serta meningkatkan kemampuan identifikasi dan ekspresi emosi dalam diri. Dengan menjalani intervensi peningkatan selfhood, diharapkan subyek penelitian dapat memiliki pandangan yang lebih akurat mengenai dirinya, dan secara tidak langsung menjadi langkah awal dalam proses peningkatan self esteem-nya.

Self esteem has close relationship with someone ability to develp his/her potential whether at school or in daily life (Donnchadha, 2000). However, not everyone has high self esteem. Its because of attitude and behavior of person surround the child or adolescence, such as: parents, teacher, and friends. One of the example is the negtative feedback from another person. So, it's difficult for the children to form accurate inner picture of themselves. The saome problem has occured with F, male adolescence who becomes the subject of this research. Because of negative feedback from his parents, teacher, consist of assumpton that he has problem, F never know about his strengths, and weakness, easy to give up when he face a problem, lack of self confident, and feel unsuccess in education. If this problem never been solved, it will cause the other more complex problem in the future.
Mruk (2006) said that there's not fast and easy way to enhance self esteem. Because self esteem is a construct that consists of many components. The one person who develop self esteem enhancement program is Borba (1989). She mentioned that self esteem is consists of five components, namely: secutiry, selfhood, affiliation, mission, and competence. In order to have high self esteem, a person must have good quality of these five components.
Related to F condition as this research subjet, he doesn't have a good selfhood. So, he needs an intervention to enhance his selfhood. In her program, Borba (1989) told that selfhood improvement program has four steps to do, namely: reinforce more accurate self description, provide opportunities to discover major sources of influence on the self, build an awareness of unique qualities, and enhance ability to identify and express emotions and attitudes By joining in this program, perhaps the research subject will have more accurate self description, and it will become the first step to enhance his self esteem.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31197
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adista Salsabila Ghinathufailah Karnia
"TikTok semakin popular di kalangan mahasiswa di seluruh dunia. Tingginya frekuensi penggunaan TikTok disebabkan oleh konten yang terus muncul akibat dari algoritma berdasarkan isi konten yang diakses oleh pengguna. Penelitian sebelumnya menemukan hubungan antara frekuensi mengakses TikTok dengan kondisi kesehatan mental mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara frekuensi penggunaan TikTok,selfesteem, dan conscientiousness pada mahasiswa internasional di Universitas Quenssland. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tipe korelasional dan desain crosssectional. Partisipan terdiri dari 381 mahasiswa internasional di Universitas Queensland, dengan rentang usia 18 hingga 24 tahun. Pengambilan data dilakukan secara daring dengan teknik sampling aksidental. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif yang signifikan secara statistik antara frekuensi penggunaan TikTok dan self-esteem . Selanjutnya, peneliti juga menemukan adanya hubungan negatif yang signifikan secara statistik antara frekuensi konsumsi TikTok dan conscientiousness. Hasil ini memberikan gambaran tentang aspek psikologis yang relevan untuk memahami pengguna TikTok sebagai dasar intervensi.

TikTok's popularity among students globally is soaring due to its algorithm-driven content generation. Research has linked frequent TikTok use with students' mental health. This study investigated the link between TikTok use frequency, self-esteem, and conscientiousness among 381 international students (aged 18-24) at the University of Queensland. Using a qualitative, correlational, cross-sectional approach, data was collected online via accidental sampling. Results indicated a significant negative correlation between TikTok consumption and self-esteem. Similar result was also found significant negative correlation between TikTok consumption and conscientiousness. These findings provide prospective insights on psychological aspects crucial for interventions aimed at understanding TikTok users better."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas ndonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tridela Muktiningrum
"[ABSTRAK
Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri. Melalui pencarian identitas diri tersebut, perhatian dari orang tua sangat dibutuhkan oleh remaja. Perhatian yang kurang dari orang tua cenderung membentuk remaja menjadi pribadi yang pendiam dan tertutup. Salah satu hal yang menjadi penyebab kurangnya perhatian dari orang tua yaitu perceraian orang tua. Remaja dengan orang tua yang bercerai cenderung memiliki konsep diri dan harga diri rendah. Tujuan penulisan ini yaitu untuk menggambarkan asuhan keperawatan keluarga Bapak Y dengan anak remaja yang memiliki harga diri rendah dengan manifestasi utama komunikasi interpersonal yang tidak efektif di Kelurahan Sukamaju Baru, Kecamatan Tapos, Kota Depok. Setelah dilakukan beberapa intervensi keperawatan berupa pelatihan komunikasi interpersonal, An. K yang semula sangat tertutup mampu menceritakan masalahnya dan mampu menginisiasi komunikasi interpersonal dengan keluarga. Keterbukaan yang terbentuk melalui komunikasi interpersonal selanjunya mampu meningkatkan harga diri pada remaja. Sehingga, keluarga diharapkan mampu mempertahankan komunikasi yang terbuka antara orang tua dengan remaja.

ABSTRACT
Adolescence is the period where a person is searching for identity. Through the search for their identity, attention of parents is needed by adolescents. Less attention from parents may result in teenagers to become quiet and introverted person. One of the factors that causes a lack of attention from parents is parental divorce. Adolescents who come from divorced parents tend to have a self-concept and low self esteem. The purpose of this paper was to describe nursing care in Mr. Y families with adolescent who have low self esteem with major manifestations of ineffective interpersonal communication in Sukamaju Baru, District Tapos, Depok. After receiving nursing interventions in the form of interpersonal communication training, An. K was able to express the problem and was able to initiate interpersonal communication with family. The openness which was formed through interpersonal communication could result in the improvement self-esteem in adolescent. Thus, the family is expected to maintain open communication between parents and teenagers., Adolescence is the period where a person is searching for identity. Through the search for their identity, attention of parents is needed by adolescents. Less attention from parents may result in teenagers to become quiet and introverted person. One of the factors that causes a lack of attention from parents is parental divorce. Adolescents who come from divorced parents tend to have a self-concept and low self esteem. The purpose of this paper was to describe nursing care in Mr. Y families with adolescent who have low self esteem with major manifestations of ineffective interpersonal communication in Sukamaju Baru, District Tapos, Depok. After receiving nursing interventions in the form of interpersonal communication training, An. K was able to express the problem and was able to initiate interpersonal communication with family. The openness which was formed through interpersonal communication could result in the improvement self-esteem in adolescent. Thus, the family is expected to maintain open communication between parents and teenagers.]"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syadza Muthi Inandarahman
"TikTok adalah salah satu platform media sosial yang paling banyak digunakan saat ini. Selain sebagai platform untuk membuat dan menonton video singkat, orang sekarang juga dapat menggunakan TikTok sebagai pasar online. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki korelasi psikologis antara tingkat kesepian, kepercayaan diri, dan penggunaan TikTok. Sebanyak 381 peserta berusia antara 17-78 tahun dilibatkan dalam penelitian ini. Selanjutnya, para peserta diminta untuk melakukan survei evaluasi diri terkait tingkat kesepian, kepercayaan diri, dan penggunaan TikTok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara kesepian dan penggunaan TikTok serta korelasi negatif antara harga diri dan penggunaan TikTok. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk melihat hasil yang lebih kuat dari korelasi tersebut.

TikTok is one of the most widely used social media platforms currently. People can now use Tiktok as a marketplace in addition to a platform for creating and viewing brief videos. The aim of this study is to investigate the psychological correlation between loneliness, self-esteem and TikTok consumption. 381 participants were included in this study ranging between the ages of 17-78. Participants were asked to do a selfevaluation survey regarding loneliness, self-esteem and TikTok consumption. The results of the study indicate that there is a positive correlation between loneliness and TikTok consumption and a negative correlation between self-esteem and TikTok consumption. Further study needs to be done in order to see a stronger result of the correlation."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Wirzal Taufiq
"Bangsa yang kuat dimulai dari hadirnya individu-individu yang memiliki nilai yang kuat. Buku ini adalah aplikasi nyata dari semangat Revolusi Mental, agar Indonesia kembali pada nilai-nilai terbaiknya." - Srie Agustina Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Republik Indonesia Sebuah panduan praktis bagi manusia Indonesia yang mau mencapai nilai kehidupan terbaiknya. Sarat dengan berbagai contoh konkret, cerita inspiratif dan kutipan-kutipan yang sangat bermanfaat bagi kita yang ingin mencapai kesuksesan besar di masa depan. Saran saya, Anda baca secara pelan, teliti, berulang, dan praktikkan agar memperoleh manfaat optimal. Selamat Bang Wirzal atas terbit karya terbaiknya!" - Ir. Thomas Sugiarto, CFP?, AEPP? CEO & Pemilik enTRpreneur$, Thomas Mitra Property & SmartHappyKids "Nilai seorang manusia ditentukan dari seberapa besar manfaatnya bagi orang lain. Buku ini mengajarkan kepada kita semua bahwa hidup itu sejatinya untuk memberi manfaat sebanyak-banyaknya, bukan hanya menerima. Buku yang renyah, ringan dan penuh arti. Read it, enjoy, and do what it says!"
Jakarta: Gramedia Pusaka Utama, 2016
158.3 WIR l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>