Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Nadila Ikhsani
"Artikel ini membahas mengenai peran pers dalam melakukan pengawasan korupsi di pemerintahan Orde Baru melalui kacamata Harian KAMI. Surat Kabar Harian KAMI lahir pada 16 Juni 1966 atas kebutuhan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) untuk melakukan akomodasi terhadap gerakan-gerakan mahasiswa di luar ibukota. Pada perkembangannya, Harian KAMI tumbuh sebagai salah satu pers mahasiswa terpopuler karena tulisan-tulisannya yang kritis dan berimbang. Lewat tajuk rencana, Harian KAMI memberikan opininya atas masalah yang terjadi pada pemerintahan Orde Baru. Salah satu topik yang tidak habis dibahas adalah mengenai korupsi. Meskipun baru beberapa tahun berdiri, Orde Baru tidak luput dari masalah tersebut, baik itu yang menyangkut pejabat tinggi pemerintah, maupun pegawai-pegawai kecil. Pada masa awal Orde Baru ini pers memiliki lebih banyak kebebasan untuk menyampaikan pendapatnya, sehingga pers menjadi lebih kritis dan aktif dalam mengawasi pemerintahan Orde Baru. Harian KAMI sebagai pers yang lahir dari pergerakan mahasiswa berusaha menanggapi Orde Baru secara kritis. Harian ini ikut mengkritisi kasus korupsi yang melibatkan orang-orang dekat Soeharto dan memberikan pandangan mengenai usaha-usaha pemberantasan korupsi di Orde Baru. Artikel ini dibuat dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.
This article discusses the role of the press in supervising corruption in the New Order government through the eyes of Harian KAMI. Harian KAMI was born on June 16, 1966 because of the need for the Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) to accommodate student movements outside the capital city. In its development, Harian KAMI grew as one of the most popular student press because of its critical writings. Through their editorial, Harian KAMI gave its opinion on the problems that occurred in the New Order government. One of the topics that are frequently discussed is corruption. Even though it only had been established for a few years, the New Order government did have these problems, whether it involved high-ranking government officials or small employees. In the early days of the New Order, the press had more freedom to express their opinions, so the press became more critical and active in overseeing the New Order government. As a press that was born from the student movement, Harian KAMI tried to respond critically to the New Order. This newspaper also criticized corruption cases involving people close to Suharto and provided views on efforts to eradicate corruption in the New Order. This article was written using historical methods consisting of heuristics, critics, interpretation and historiography."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Indra Priamudi
"Ketika terjadi peristiwa berdarah G 30 SIPKI tanggal 30 September 1965, masyarakat menginginkan agar Sukarno segera menyelesaikan masalah tersebut. Penyelesaian yang dinanti tak kunjung tiba ditambah kondisi ekonomi semakin memburuk mengakibatkan masyarakat mengambil jalan pintas, turun ke jalan menuntut agar PM dan ormas-ormasnya dibubarkan. Gema tuntutan itu semakin menguat dengan dukungan mahasiswa yang menjadi pelopor gerakan tersebut. Mahasiswa pada masa itu menjadi tumpuan masyarakat yang haus akan keadilan. Dengan berbagai cara mahasiswa mengupayakan agar Sukarno mengadili PM dan memperbaiki situasi ekonomi yang semakin parah. Untuk mendukung aksi, mereka pada tanggal 25 Oktober 1965 mendirikan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAM1). Bahkan mereka mendirikan surat kabar yang berskala nasional yaitu Harian KAMI . Harian KAMI secara resmi diterbitkan oleh mahasiswa pada tanggal 17 Juni 1969 dengan tujuan mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukan KAMI dan menyebarluaskan keseluruh Indonesia. Program yang menonjol dari mahasiswa pads saat itu adalah TRITURA. Harian ini kemudian dengan cepat menjadi popular. Meskipun hanya sebatas koran mahasiswa, namun berita-berita yang disajikan cukup menarik perhatian umum. Disisi lain pada saat itu cukup tanggap pada keadaan negaranya. Para pengelola Harian KAMI berasal Bari orang-orang muda dan ketika peristiwa 30 September meletus PKI kemudian mendapat tekanan, orang-orang muda ini memanfaatkan momentum tersebut untuk menyalurkan aspirasi politiknya dan terlibat aktif bersama Angkatan Darat untuk meruntuhkan sistem Demokrasi Terpimpin yang dianggap menguntungkan PKI sekaligus menjatuhkan Sukarno. Tumbangnya kekuasaan Orde Lama, dan lahirnya Orde Baru tidak bisa dilepaskan dari peranan mahasiswa termasuk Harian KAMI didalamnya, yang merupakan corong suara mahasiswa. Tokoh-tokoh angkatan 66 seperti : Nona Anwar Makarim, Ismid Hadad, Cosmas Batubara, Emil Salim, Marie Muhamad, Anis Ibrahim dan Eka M Jamaan adalah sosok individu-individu yang memberi corak dan arah politik Harian KAMI. PKI adalah kekuatan politik yang menjadi sasaran kritikan keras harian ini. Koran mahasiswa ini secara frontal mengecam semua sepak terjang partai tersebut dalam kancah politik Indonesia yang selama ini dipayungi oleh sistem Demokrasi Terpimpin. Harian ini menginginkan agar PKI dibubarkan dan diadili karena mereka telah melakukan dosa besar dengan meletusnya peristiwa 30 September I965. Tokoh-tokoh yang dianggap PM seperti Subandrio dan Aidit dan tokoh lainnya seringkali mendapat kecaman keras dari harian ini. Sosok Sukarno dikecam harian ini karena Sukarno tidak segera menindak PKI dan sistem politik Demokrasi Terpimpinnya yang dianggap banyak menguntungkan PKI, dan harian mahasiswa ini menginginkan Sukarno mundur dan mempertanggungjawabkan sepak terjang politiknya yang mereka anggap telah menyimpang. Mereka juga mengkritik kekuatan-kekuatan yang masih bersimpati atau mendukung PKI seperti PNI ASU (PNI Ali Surahman). Pada tanggal 21 Januari 1974 merupakan akhir dari sepak terjang Harian KAMI. Peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari (MALARI) telah mengakibatkan dibreidelnya beberapa koran nasional termasuk Harlan KAMI didalamnya. Pembreidelan ini membuktikan bagaimana konsistennya harian ini dalam menempatkan posisinya sebagai pembela keadilan dan kebenaran yang selalu menjadi landasan berpikir maupun bertindak para mahasiswa Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S12479
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library