Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lewis, Richard J.
New York: Wiley-Interscience, 2002
R 604.7 LEW h
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Bender, Herbert F.
"This practice-oriented guide covers the handling and use of hazardous chemicals at the workplace, including labelling and storage, transportation, occupational safety and proper registration with the European authorities. Current European Union legislation and directives are cited throughout the text, making this a valuable reference for companies and institutions both inside and outside of the EU common market."
Weinheim: Wiley-VCH, 2007
363.179 1 BEN h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Bosar M.
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan ketidaktaatan para pelaku usaha IRTP dalam menggunakan bahan kimia berbahaya pada pangan yang diproduksinya dan mengetahui langkah-langkah kebijakan yang efektif dan tepat dalam mengendalikan ketidaktaatan pelaku usaha IRTP dalam penggunaan bahan kimia berbahaya (formalin). Metode yang digunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dengan tipe pertanyaan terbuka. Penentuan informan didasarkan pada teknik purposive.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) formalin merupakan salah satu unsur penting dalam pembuatan tahu karena sudah sejak lama digunakan sebagai bahan untuk menjaga kualitas rasa, aroma, warna, tekstur, dan menghilangkan lendir; (2) Tidak adanya bahan pengganti formalin yang efektif, meskipun terdapat beberapa alternatif pilihan bahan pengganti formalin, membuat kualitas tahu tidak hanya menurun, justru tahu menjadi rusak; (3) Adanya penolakan dari konsumen, apabila formalin tidak ditambahkan dalam tahu, maka akan terjadi penolakan dan keluhan; (4) Keberlangsungan Usaha, akibat dampak dari penolakan konsumen terhadap tahu non formalin secara langsung dan cepat akan mengancam keberlangsungan industri tahu; (5) tidak adanya keterlibatan efektif pemerintah, bahwa pemerintah bukan hanya tidak secara maksimal turun ke lapangan, namun juga dapat dikatakan tidak berkontribusi langsung terhadap permasalahan ini; (6) tidak tegasnya pemerintah, khususnya dalam hal ini aparat penegak hukum dalam penerapan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku, serta belum adanya pemecahan masalah sesuai dengan yang diharapkan.
Saran yang bersifat strategis bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) adalah segera melakukan penelitian untuk menemukan zat pengganti formalin yang mampu menggantikan secara utuh sesuai permintaan produsen dan konsumen. Saran yang bersifat metodologis, khususnya bagi peneliti selanjutnya adalah dengan mencoba menerapkan pendekatan penelitian yang berbeda, yaitu pendekatan penelitian kuantitatif berupa survey, dengan fokus lebih kepada perilaku ketidaktaatan secara individual.
Penelitian yang berfokus pada sisi konsumen juga disarankan dilakukan, karena dengan mempelajari sisi konsumen diharapkan masalah dengan harapan konsumen dapat ditanggap secara baik. Selain itu, peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti bahan kimia berbahaya lain seperti penggunaan boraks, rhodamin B, dan methanyl yellow yang digunakan pada produk makanan lain seperti bakso, mie, ikan asin, serta produk minuman.

This research was aimed to obtain factors causing disobedience among food household industries in using hazardous chemical substance and to obtain effective and fit policy in overcoming or eliminating disobedience of food household industries in using hazardous chemical substance (formaldehyde) in their product. Qualitative research method by conducting in-depth interviews using open-ended questions was used in this study. Informers were determined by purposive technique.
Results showed that: (1) formaldehyde was one of important substances in processing tahu (bean curd) to maintain qualities such as taste, aroma, texture, and eliminating mucous; (2) there were no chemical substitutions which had the same effectiveness as formaldehyde, even though there were alternatives of chemical substances, they would only degrade and damage the product; (3) there were rejections and complaints from customers if the product did not include formalin; (4) the continuity of business was at stake directly and indirectly as a result of customers? rejections; (5) there was no effective involvement from the government, not only in supervising role in the field but also did not give direct contribution to the problem; (6) the irresoluteness from government, specifically from law enforcement in implementing sanctions according to regulations, and there was no problem solving as expected.
Strategic suggestions needed for stakeholders are to conduct relevant research to discover substitute substance of formalin which can replace it perfectly in accordance with producers and consumers needs. Methodological suggestions for the next researchers are to try using different research method, such as quantitative survey approach which focuses more on individual disobedience behaviors.
Research focuses on consumer?s side also needed to investigate since by understanding consumer?s point of view the whole picture of consumer expectations can be learned. Furthermore, next researchers interested are suggested to study another hazardous chemical substances such as the using of borax, rhodamin B, and methanyl yellow in usage another food such as bakso, mie, ikan asin, and beverage."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Gamal Sukaryono
"Persepsi terhadap lingkungan terjadi karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya, Ittelson, dkk (1978) berpendapat bahwa persepsi terhadap lingkungan dipengaruhi oleh komponen penting seperti kognitif, afektif, dan interpretasi. Sedangkana Paul A. Bell dkk (1978) berpendapat bahwa hubungan manusia dengan objek di lingkungan akan menimbulkan kontak fisik antara individu dengan lingkungannya. Persepsi adalah suatu proses kognitif yang konkrit, yang menghasilkan suatu gambaran unik tentang sesuatu yang barangkali sangat berbeda dengan kenyataan (David Krech, 1962). Bahan berbahaya adalah rat, bahan kimia dan biologi, baik(dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung yang mempunyai sifat racun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan fritasi (Dep.Kes RI, 1996). Risiko adalah suatu kejadian yang objektif dan bersifat ekstemal sekalipun seseorang yang terpapar kemungkinan tidak menyadari akan akibat kerugian itu (Kertonegoro, 1991: 9).
Adanya perbedaan persepsi pekerja kamar gelap terhadap penggunaan bahan berbahaya dan berisiko dalam kegiatan di kamar gelap, ternyata dapat memberikan dampak negatif kepada keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan kerja. Tersedianya APD yang mencukupi , SOP yang memadai, kontrol dan evaluasi yang teratur serta desain kamar gelap yang memenuhi standar, tidak memiliki dan pengaruh apa-apa apabila persepsi pekerjanya memiliki persepsi yang cenderung negatif dan ini dapat menghambat pada upaya peningkatan keselamatan hidup pekerja melalui keselamatan dan kesehatan kerja. Kegiatan dan pekerjaan di dalam kamar gelap mengandung bahaya dan risiko oleh karenanya harus ditangani secara serius, mengingat efek samping negatif yang dapat ditimbulkannya berisifat korosif, oksidatif dan karsinogenik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor individu yang meliputi umur, pendidkan, lama kerja dan kebiasaan (variabel independen) dengan persepsi yang meliputi aspek kognitif, aspek afektif dan aspek interpretasi (variabel dependen) terhadap penggunaan bahan berbahaya dan berisiko. Penelitian dilakukan di 72 instalasi radiologi Rumah Sakit wilayah DKI Jakarta yang meliputi rumah sakit milik Dep.Kes, Pemda, BUMN dan Swasta. Pada tanggal 20 Juni sampai dengan 10 Agustus 2002 desain penelitian ini adalah Deskriptif dan Analitik dengan pendekatan Cross Sectional sampel sama dengan populasi, karena sampel terbatas dilakukan dengan metode Key Informan yang dibatasi pada pekerja yang khusus bekerja dan bertugas di kamar gelap saja, pekerja minimal 1 tahun melakukan aktifitas setiap hari rata - rata 150 lembar film, memiliki jam kerja 7 - 8 jam per hari, proses di kamar gelap dilakukan dengan 2 (dim) sistem sekaligus yaitu manual dan otomatis. Penyajian hasil penelitian dilakukan dengan 3 (tiga) jenis analisis yang diharapkan dapat menjawab hipotesis penelitian. Analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi pekerja berdasarkan umur, pendidikan, lama kerja dan kebiasaan serta persepsi pekerja terhadap penggunaan bahan berbahaya dan berisiko yang meliputi kognitif, afektif dan interpretasi. Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, sedangkan analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui variabel dependen umum yang paling kuat memperlihatkan adanya hubungan dengan variabel dependen, sekaligus untuk melihat ada tidaknya interaksi.
Hasil penelitian menunjukkan seluruh pekerja memiliki persepsi negatif yang lebih hesar prosentasenya yaitu kognitif terhadap bahan berbahaya (55,3%), kognitif terhadap bahan berisiko (72,3%). afektif terhadap bahan berbahaya (63,8%), afektif terhadap bahan berisiko (70,2%), interpretasi terhadap bahan berbahaya (57,7%), interpretasi terhadap bahan berisiko (95,7%). Dari hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa umur dan kebiasaan secara umum tidak ada hubungan dengan persepsi, sedangkan pendidikan dan lama kerja secara umum ada hubungan dengan persepsi. Sementara itu faktor individu yang paling dominan terhadap kognitif bahan berbahaya adalah pendidikan P Value = 0.042, sedangkan untuk kognitif bahan berisiko adalah lama kerja P Value = 0,070 , dan interpretasi bahan berbahaya adalah larva kerja P Value = 0,010.
Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang diajukan meliputi : sebaiknya pekerja kamar gelap berpendidikan minimal SLTA, perlu dilengkapi catatan riwayat kesehatan kerja dari mulai masuk. perlu diadakannya pelatihan manajemen K-3 dalam rangka pengembangan SDM kamar gelap. Sebaiknya disusun program pramosi kesehatan bagi pekerja kamar gelap dan tentunya dalam upaya menjaga dan meningkatkan keselamatan hidup pekerja kamar gelap sebaiknya dilakukan pemeriksaan kesehatan minimal 1 (satu) kali dalam setahun. Untuk penelitian lanjutan sebaiknya dilakukan pada areal penelitian yang lebih luas agar memperoleh responden yang lebih banyak.

Perception of Radiographer towards Hazardous Chemical Material in Hospital Radiology Installation in DKI Jakarta areasPerception towards environment happens since there is interaction between individual and its environment, Ittelson (1978) is of certain opinion that perception towards its environment is influenced by important components such as cognitive, affective and interpretation. Paul A. Bell (1978) is of certain opinion that human relation with object in their environment will emerge physical contact between individual and its environment. Perception is a concrete cognitive process resulting unique description concerning something might be truly different with the reality (David Krech, 1962). Hazardous materials is substance, chemical and biological material, both single or mixture which could be both directly or indirectly dangerous for health and environment since it is poisonous, carcinogenic, teratogenic, mutagenic, corrosive, and irritating (Dep.Kes RI, 1996). Risk is objective and external occurrence even someone getting radiation might not realize the disadvantage of it (Kertonegoro, 1991:9).
Different perception of radiographer towards hazardous chemical material in darkroom activities, apparently could give negative side effect to safety, health and pleasure of work. Availability of sufficient APD, SOP, regularly control and evaluation and standardization of darkroom design will not give any influence if the workers tend to negatif perception and it could impede the efforts of improving sun'ival chance of the workers through safety and health of work. Activities and works in darkroom have hazard and risk, thereby it should be handled seriously, considering negative side effect emerged could be corrosive, oxidative, and carcinogenic.
The study is intended to find out the relation between individual factor covering age, educational background, work period and habit (independent variable) and perception covering aspect of cognitive, affective an interpretation (dependent variable) towards usage of hazardous and risky material. The research has been done in 72 Hospital Radiology Installation in DKI Jakarta areas covering hospitals of Dep. Kes , Local Government (Penrda)_ BUMR' and Private Company. From 20 June to 10 August 2002, the research design is Descriptive and Analytic with Sample Cross Sectional Approach is same with population since limited samples was done with Key informant method. This method is limited for workers working particularly in darkroom only. The workers has minimum working period of 1 year, doing average activities everyday of 150 film sheet, having working hours of 7-8 hours per day, process in darkroom was done with 2 (two) systems, manual and automatic. Presentation of research result was done in 3 (three) analysis which hopefully can answer the study hypothesis. Analysis of Univariat is done to find out workers frequency distribution based on age, educational background, working period, habit and workers' perception towards hazardous and risky material usage covering cognitive, affective and interpretation. Analysis of Bivariat is done to find out relation between independent variable and dependent variable. Analysis of Multivariat is done to find out the strongest general dependent variable showing the relation between dependent variable, at once to find out whether there is reaction or not.
The research result shows that all of workers has bigger percentage of negative perception as follows, cognitive towards hazardous material (55,3%), cognitive towards risky material (72,3%), affective towards hazardous material (63,8%), affective towards risky material (70,2%), interpretation towards hazardous material (57,7%), interpretation towards risky material (95,7%). Result of analysis of Bivariat shows that generally age and habit has nothing to do with perception and generally educational background and working period has something to do with perception. Meanwhile, the most dominant individual factor towards cognitive of risky material is Educational Background P Value = 0,042, for cognitive of risky material is Working Period P Value = 0.070. and interpretation of hazardous material is Working Period P Value = 0.010.
Based on research result, following is the suggestions, it would be better if darkroom worker has the minimum educational background of high school, necessarily equipped with working medical record from the first time hired. It is necessary to run Training of Management of Working Safety and Health in order to develop Human Resources of darkroom_ It would be better if promotion program for darkroom workers is arranged and of course in order to keep and improve survival chance of darkroom workers, it is better to run medical check up 1 (one) time in a year at a minimum. For next research, it would be better to be done in wider scope of research to get more respondents.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T7280
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Zaky
"ABSTRAK
Penggunaan bahan kimia berbahaya di laboratorium pengujian kimia seperti Laboratorium X terkadang tak terhindarkan. Sementara itu, penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa pekerja laboratorium yang telah bekerja lebih dari 20 tahun memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara, kanker ovarium, leukemia, melanoma, kanker prostat, dan kanker tiroid dibandingkan jenis pekerja lain di laboratorium. Oleh karena itu, penilaian risiko kesehatan dari penggunaan bahan kimia berbahaya sangat penting dilakukan di Laboratorium X untuk memastikan kesehatan pekerja laboratorium di masa depan. Tujuan dari penilaian ini untuk mengevaluasi risiko yang timbul dari aktivitas di laboratorium dan untuk mengevaluasi tindakan pengendaliannya. Penilaian risiko kualitatif ini telah dilakukan di Laboratorium X yang diklasifikasikan sebagai berbahaya menurut lembar data keselamatannya dan telah dilakukan dengan menggunakan alat yang dikembangkan oleh Jabatan Keselamatan dan Kesihatan Pekerjaaan, Kementerian Sumber Manusia, Malaysia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat bahaya yang terdapat pada Laboratorium X sangat bervariasi sebagian besar bahaya yang ada pada bahan kimia yaitu bersifat iritan. Hasil evaluasi risiko menunjukkan bahwa pekerja laboratorium memiliki risiko kesehatan yang signifikan dari bahan kimia berbahaya yang digunakan baik pada pajanan inhalasi dan dermal juga langkah-langkah pengendaliannya yang diterapkan untuk mengontrol pajanan bahan kimia di laboratorium dapat ditingkatkan dan beberapa di antaranya sudah memadai.

ABSTRACT
The use of hazardous chemicals in a chemical testing laboratory such as Laboratory X sometimes inevitable. Meanwhile, previous research concluded that laboratory workers who have worked more than 20 years have a higher risk of developing breast cancer, ovarian cancer, leukemia, melanoma, prostate cancer, and thyroid cancer than other types of workers in the laboratory. Therefore, a health risk assessment from using hazardous chemicals is very important to be done in Laboratory X to ensure the health of laboratory workers in the future. The purpose of the assessment is to evaluate of risk arise from activity in the laboratory and to evaluate its control measures. This qualitative risk assessment has been conducted in Laboratory X that uses chemicals that are classified as hazardous according to its safety data sheets and has been done using the tool developed by the Department of Safety and Health, Ministry of Human Resources, Malaysia. The results show that the hazard levels found in Laboratory X vary greatly in the majority of the hazards present in chemicals which are irritants. From the risk evaluation results show that laboratory workers have significant health risks from hazardous chemicals used both in inhalation and dermal exposures also the control measures applied to control exposure to chemicals in the laboratory can be increased and some of them are adequate."
2019
T52739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library