Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dhiya Alamanda
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran keluhan dan faktor risiko fatigue pada perawat Puskesmas Kecamatan Kota Administrasi Jakarta Barat di masa pandemi COVID-19. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini dilakukan kepada 117 perawat di 5 Puskesmas Kecamatan Kota Administasi Jakarta Barat pada November – Desember 2020. Variabel dependen dari penelitian ini adalah keluhan fatigue. Sementara itu, variabel independen dari peneiltian ini adalah faktor risiko terkait individu (usia, jenis kelamin, masa kerja, keluhan sakit, status gizi, kuantitas tidur) dan faktor risiko terkait pekerjaan (shift kerja, durasi kerja, jam istirahat, stigma sosial). Pengambilan data primer dilakukan dengan pengisian kuesioner untuk penilaian fatigue dan faktor risiko serta wawancara untuk penelusuran dan konfirmasi data. Hasil menunjukkan bahwa 35,7% responden mengalami fatigue sedang-berat. Keluhan fatigue sedang-berat cenderung dialami oleh perawat yang berusia > 46 tahun (50,0%), wanita (36,8%), masa kerja < 5 tahun (40,8%), belum memiliki anak (47,4%), memiliki keluhan sakit (63,9%), gizi kurang (100%), kuantitas tidur kurang (50,9%), bekerja dalam shift (40,5%), durasi kerja berlebih (51,7%), jam istirahat kurang (66,7%), dan tidak pernah mengalami stigma sosial (33,7%).
This study described the fatigue problem dan its risk factors among sub-district level primary health care center nurses in West Jakarta during COVID-19 pandemic. This study was a descriptive cross-sectional study with quantitative and qualitative method. The subjects were nurses from 5 sub-district level primary health care center participated in November – December 2020. The dependent variable was fatigue problem. Whereas, the independent variables were individual factors (age, gender, length of service, health complaints, nutrition status, sleep duration) and work-related factors (shift work, work duration, rest break, social stigma). This study used fatigue and risk factors questionnaire and interview to confirm the data. Results showed that 35,7% subjects experienced medium-severe fatigue. Medium-severe fatigue were found higher in subjects who were > 46 years (50,0%), women (36,8%), had < 5 years length of service (40,8%), had health complaints (63,9%), underweight (100%), had sleep deprivation (50,9%), worked in shift (40,5%), had long work duration (51,7%), had short rest break (66,7%), and never experienced social stigma (33,7%).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulima Suntari
Abstrak :
Tarif kunjungan puskesmas di Kabupaten Lahat tidak mengalami perubahan sejak 10 tahun yang lalu, yaitu sebesar Rp.300,00. Tarif ini tidak sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini, apalagi masyarakat juga semakin menuntut adanya pelayanan yang lebih bermutu. Agar tugas dan fungsinya terlaksana dengan baik, puskesmas memerlukan biaya operasional yang tidak sedikit dan tak dapat hanya bergantung pada subsidi yang diberikan pemerintah. Puskesmas perlu menggali potensi masyarakat, antara lain melalui penyesuaian tarif dan penerapan konsep swadana. Puskesmas Pagar Alam adalah puskesmas yang paling berkembang di Kabupaten Lahat dan layak menjadi puskesmas unit swadana daerah. Penyesuaian tarif dan swadananisasi Puskesmas Pagar Alam memerlukan dukungan pemegang keputusan di Kabupaten Lahat, karenanya perlu diketahui bagaimana pendapat/pandangan para pemegang keputusan terhadap penyesuaian tarif dan swadananisasi Puskesmas Pagar Alam. Penyesuaian tarif dilakukan melalui analisis tarif yang berdasarkan biaya satuan pelayanan dan tingkat kemampuan (ability to pay = ATP) dan kemauan masyarakat (willingness to pay = WTP ) di Pagar Alam. Penelitian bersifat deskriptif analitik, dilakukan survei kepada masyarakat Pagar Alam dan wawancara mendalam kepada pemegang keputusan di Kabupaten Lahat. Kemampuan masyarakat menurut ATP1 ( 5% pengeluaran bukan makanan ) adalah : 100% masyarakat mampu membayar Rp.1.250,00, 94 % masyarakat mampu membayar Rp.2.000,00 dan 61% masyarakat mampu membayar Rp.5.000,00. Kemampuan masyarakat menurut ATP2 (pengeluaran bukan makanan tanpa pesta/acara adat) adalah : 100% masyarakat mampu membayar Rp.3.200,00, 99% masyarakat mampu membayar Rp.14.200,00 dan 95% masyarakat mampu membayar Rp.20.000. Biaya satuan (unit cost) kunjungan puskesmas adalah Rp.1.900,00 dan biaya satuan untuk rawat inap adalah Rp.11.500,00. Tarif kunjungan yang diusulkan adalah Rp.2.000,00 dan tarif rawat inap diusulkan Rp.12.500,00 per hari. Ternyata, walaupun para pemegang keputusan di Kabupaten tidak mengetahui persis persoalan yang dialami petugas di lapangan, tetapi pada dasarnya mereka setuju dengan rencana penyesuaian tarif dan swadananisasi Puskesmas Pagar Alam. Yang penting adalah bahwa penyesuaian tarif harus memperhatikan kemampuan masyarakat dan bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat. Penyesuaian tarif dan swadananisasi Puskesmas Pagar Alam harus segera disosialisasikan dan dikoordinasikan dengan unsur terkait bila ingin cepat terlaksana. ...... The Tariff's Policy Making Process and Self-Funding In Pagar Alam Puskesmas in Lahat District South Sumatra ProvinceThe admission fee in Pagar Alam Puskesmas Lahat Regency, which is Rp. 300, has not been changed since 10 years ago. This admission fee is not appropriate anymore with current community condition. More over, the people insist to get better service from the Puskesmas. In order Puskesmas can do their job and function better, they need more operational cost, they should not only depend on funding from the government. The Puskesmas needs to elaborate and community potencies. This can be done by using tariff cost-adjusted and implementing self-funded and self-managed services. Pagar Alam Puskesmas is the most developed Puskesmas in Lahat Regency. Therefore, this Puskesmas is appropriate to become self-funded Puskesmas. Cost adjusted tariff and sel --funded in Pagar Alam Puskesmas need the support from all comment from them about the cost adjusted tariff and self-funded Puskesmas Pagar Alam. Cost adjusted tariff was done with cost analysis method, which is based on the unit cost of service, ability to pay and willingness to pay from Pagar Alam community. This study use descriptive-analytical approach, with conducting survey on Pagar Alam community and in-depth interviews to the Lahat District policy makers. Based on community ability to pay, ATPI (which is defined as 5% of non food expenses), there are if the tariff was increased to Rp.1.250, there will be 100% of community can pay the Puskesmas visit. The outreach is decreasing to 94% and 65%, if the tariff was increased to Rp.2.000 and Rp.5.000 per visit respectively. Based on ATP2 (non-food without party / traditional event expenses), if the tariff was increased to Rp.3.200/day there will be 100% of community can pay the visit. Furthemore the outreach is decreasing to 99% and 95% if the tariff were increased to Rp.14.200 and Rp.2.000 respectively. Based on those ATP calculations, and unit costs for outpatient visit (which is Rp.1.900) and unit cost for inpatient visit (which is Rp.11.000), this study concluded that the tariff should be adjusted to Rp.2.000 and Rp.11.000 for outpatient and inpatient visit respectively. Although the policy makers in Lahat didn't know about the field situations at Puskesmas, in general they were agree with the proposed cost-adjustment and self-funding plan in Pagar Alam Puskesmas. The most important thing in cost adjustment is we have to take attention on the community ability to pay. Beside that we also have to stress that the purpose of cost adjustment is for getting better Puskesmas service for the surroundings community. Cost adjustment and self-funding plan must be socialized soon and coordinated with the related institution.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T7801
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Djati Santoso
Abstrak :
Perencanaan merupakan salah satu fungsi dalam upaya operasional dimana dilakukan kegiatan dengan mengacu kebutuhan akan barang ATK dan cetakan selama kurun waktu satu tahun sehingga terjamin kelancaran pelayanan kepada masyarkat yang membutuhkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran proses perencanaan barang ATK dan cetakan di puskesmas dan Dinkes Kota Bekasi, yaitu dengan Cara perencanaan pada tiap unit-unit puskesmas dan Dinkes Kota Bekasi dalam proses perencanaan disesuaikan dengan kebutuhan yang riil dengan melakukan analisis untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dari proses perencanaan yang sekarang dilakukan. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode telaah kasus melalui pendekatan kualitatif dengan menggunakan data primer dan data skunder yaitu penelitian di beberapa puskesmas dan Dinkes Kota Bekasi serta wawancara langsung dengan Top Manajer, Midle Manajer dan Lower Manajer, sedangkan data skunder diperoleh dengan cara survey lapangan serta data-data penunjang lainnya. Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa proses perencanaan di puskesmas dan Dinkes Kota Bekasi belum berjalan dengan baik, untuk pencapaian proses perencanaan yang optimal harus segera memberdayakan seluruh kemampuan staf pada bidang masing-masing untuk lebih mendalami cara membuat perencanaan yang benar dengan dibuat standar baku dan tertulis serta mempunyai dasar hukum. ...... Analysis on Stationery and Printing Goods Need of Puskesmas in Bekasi MunicipalityPlanning is one of operational functions in which several activities are carried out referring stationery and printing goods need during one year period that may guarantee public service performed to those who need Puskesmas services. The research's objective is to describe planning processes of stationery and printing supplying at Puskesmas and Health Unit of Bekasi Municipality, which is carried out through planning made by each Puskesmas unit and Health Unit of Bekasi Municipality based on their real needs. Analysis is directed to understand strengths and weaknesses of each planning being applied. The research applies case study method through qualitative approach which uses primary and secondary data gathered from studies over several Puskesmases and Health Unit of Bekasi Municipality and interviews with Top Managers, Middle Managers, and Low Managers, while secondary data are gathered from field survey and other supporting data. From discussion it could be concluded that planning processes at Puskesmases and Health Unit of Bekasi Municipality has not performed well. In order to achieve optimum planning processes, all staffs capacities available at each unit should be empowered in order to make them understand on how to make an acceptable plan, by preparing a standardized manual book which fulfills legal standards.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T7820
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaili Isnaini
Abstrak :
Kecenderungan peningkatan penggunaan antibiotika di Pelayanan Kesehatan Dasar merupakan penggunaaan obat yang tidak rasional dan akan menghambat penurunan angka morbiditas dan mortalitas penyakit. Pemberian antibiotika yang berlebihan akan meningkatkan resistensi terhadap bakteri, sehingga pembiayaan obat akan menjadi lebih tinggi di masa mendatang. Ada dua indikator utilisasi obat yang diteliti yaitu rata-rata biaya obat perlembar resep dan rata-rata R/ per-lembar resep. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran utilisasi obat antibiotika pada dua indikator diatas dan faktor faktor yang mempengaruhinya. Hasil penelitian menemukan bahwa persentase resep obat pasien RJTP yang berisi antibiotika 37,74 %. Proporsi terbesar pemanfaatan obat antibiotika pada pasien RJTP di Puskesmas Tebet tahun 2005 ditemukan pada kelompok usia dewasa (12-65 tahun) yaitu sebesar 56,5 %, pasien yang bayar sendiri yaitu sebesar 89,8 %, penyakit infeksi lain selain ISPA yaitu sebesar 61,6% dan rata-ratal hari pemberian obat antibiotika adalah 4 hari dimana nilai ini tidak sesuai dengan pedoman pengobatan antibiotika yang belaku. Rata-rata harga obat per-lembar resep adalah Rp. 6.226,01,- sedangkan rata-rata jumlah R/ nya adalah 3 R/. Hasil analisis bivariat dari ke dua indikator utilisasi obat terhadap variabel independen didapatkan adanya perbedaan yang signifikan menurut usia, status pembayaran pasien dan jenis penyakit. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa usia, status pembayaran, jenis penyakit (ISPA) dan lama hari pemberian obat secara signifikan mempengaruhi rata-rata harga obat dan rata-rata jumlah R/ per-lembar resepnya. Disarankan perlu dilakukan upaya peresepan pengobatan sesuai dengan standar pengobatan yang berlaku terutama lama hari pemberian obat. Analisa lebih lanjut mengenai rata-rata harga obat per-lembar resep yang lebih spesifik yaitu dengan hanya menganalisa rata-rata harga obat antibiotika.
The tendency of overused of antibiotics in primary health care indicate the irrational used and inhibit lowering morbidity and mortality of diseases and hence increase bacterial resistance and so that elevate drug expenditure at future. There were two drug utility indicators examined named average drug cost per encounter and average drug per encounter. The objective of this research was to know the description of antibiotics drug utilization on two indicators mentioned above and the factors influence it. Results of this research were the percentages of encounter containing antibiotics was 37,74 %. The biggest proportion of antibiotics utilization based on adult patients (12 -65 year old) was 56,5 %. Based on payment status of self payer patients was 89,8 %. And based on type of diseses at other infection beyond UTI was 61,6 %. The average number of days antibiotics dispensed was 4 days, that the values incompatible with Antibiotics drug guidelines. The average of single encounter was Rp. 6.226,01 where the average R/ per encounter was 3 items. Bivariate analysis of two drug utilization indicators, with independent variable showed significant differences among age, payment status and type of diseases. The result of multivariate analysis indicated age (except elderly), payment status, diagnosis of UTI and number of days antibiotics dispensed significantly able to predict variable of drug price per encounter and the average R/ per-encounter. It was Suggested the treatment prescription that compatible with standard treatment guidelines that usually used, the length of therapy. More specific continuing of the analysis about average drug price per-encounter with analyzing average antibiotic drugs price.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19357
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudono
Abstrak :
Pelayanan kesehatan merupakan pelayanan yang dilakukan secara integral dengan pelayanan kesehatan lainnya baik di puskesmas atau rumah sakit, sedangkan pelayanan yang dilakukan meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh. Adanya penurunan kunjungan pasien di poli umum puskesmas swadana Kecamatan Tebet dari 31,13% (2001) dan 21,77% (2002) serta belum pernah dilakukannya evaluasi kepuasan pelanggan dari pasien yang tidak kembali berobat (lebih dari enam bulan) terhadap pelayanan yang diberikan oleh puskesmas. Berdasarkan hasil evaluasi (sortir) kartu status yang dilakukan dua tahun sekali (2001-2002) oleh puskesmas terhadap pasien yang tidak kembali berobat ada sebanyak 600 orang. Tingkat kepuasan yang ditargctkan olch puskesmas adalah 95% puas (5% tidak puas), sedangkan berdasarkan survey kepuasan pelanggan yang dilakukan setiap empat bulan sekali di puskesmas (september 2002 - agustus 2003) rata - rata yang menyatakan tidak puas 12%, oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan karakteristik pasien yang tidak kembali berobat dengan tingkat kepuasan di poli umum puskesmas swadana Kecamatan Tebet Jakarta Selatan, sedangkan pelayanan kesehatan yang diakur untuk tingkat kepuasan dimaksud antara lain fisik (tangibles), kehandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan (assurance), empati (emphaty). Karakteristik yang dimaksud antara lain jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional, pemilihan sampel dilakukan dengan pendekatan random sampling dan pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu cara pertama adalah untuk memperoleh data primer dengan dilakukan wawancara menggunakan kuesioner kepada responden yang tidak kembali berobat (lebih dari enam bulan) ke poli umum puskesmas swadana Kecamatan Tebet Jakarta Selatan, cara kedua adalah untuk mendapatkan data sekunder berupa pencatatan dan pelaporan antara lain jumlah kunjungan pasien serta profil puskemas. Kemudian dari data tersebut dianalisa secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil secara univariat tenunjukkan 43,3% menyatakan puas dan 56,7 % tidak puas, dan hasil secara bivariat menunjukkan bahwa berhubungan karakteristik dan kepuasan (fisik, kehandalan, ketanggapan, jaminan, empati) secara statistik terlihat lebih banyak yang mempunyai hubungan signifikan adalah jenis kelamin dan pekerjaan. Sedangkan hubungan karakteristik dan tingkat kepuasan di poli umum puskesmas swadana Kecamatan Tebet yang mempunyai hubungan secara signifikan yaitu jenis kelamin (p = 0,026) dan pekerjaan (p = 0,001). Hasil analisis secara multivariat ternyata yang paling dominan menunjukkan hubungan dengan tingkat kepuasan yaitu pekerjaan (p Wald = 0,01 I). Melihat hal - hal tersebut diatas, maka puskesmas harus melakukan cvaluasi pelayanan yang diberikan terhadap pasien yang tidak kembali berobat (lebih dari enam bulan) untuk mengetahui tingkat kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan, sehingga hasil yang didapat mempunyai daya ungkit yang cukup besar terhadap perbaikan dan peningkatan pelayanan yang akan diberikan. Untuk menurunkan ketidakpuasan pasien, puskesmas harus melakukan langkah stategis melalui pembahasan ketidakpuasan pasien secara bertahap pada rapat bulanan (minilokakarya) puskesmas, serta membuat rencana yang efektif dengan. cara menganalisa pelanggan yang tidak puas dengan merancang sistem penanganan keluhan yang efisien dan membuat syarat - syarat jaminan yang baik selama memberikan pelayanan. Daftar bacaan : 56 (1989 - 2003)
The Relations Between the Characteristic of Drop Out Patient and the Satisfaction Level at Health Care Center (Puskesmas) Tebet District South Jakarta, 2003 Health care services is an integral services with other services at health care center (puskesmas) or hospital, the services include all of the promotion, prevention, curation, and rehabilitation acts. The decrease of patient visit at health care center (puskesmas) Tebet district from 31,13% (2001) to 21,77 % (2002) also there is a fact that the evaluation about the satisfaction customer which is drop out patient (over than 6 months) to health care center (puskesmas) health care services never been done. According to evaluation's result (customer card) which is given once in two years (2001-2002) by the health care center (puskesmas), the drop out patient are 600 people. The satisfaction level which is aimed by health care center (puskesmas) are 95% satisfied (5% unsatisfied), but according to the survey which is done by once every four months at health care center (puskesmas) (september 2002 - august 2003), stated that un-satisfaction is 12%, therefore the researcher wants to do a research to find the relations between the characteristic of drop out patient and the satisfaction level at health care center (puskesmas) Tebet District South Jakarta. The health care services are measure to a level satisfaction, which are physics (tangibles), reliability, responsiveness, assurance, and empathy. The characteristic are sex, age, education. and occupation. This research are descriptive research with cross sectional designed, to select sample by using sampling random approach and to collect data, by using two ways, the first way are to get primary data by interview using questioner to drop out patient/ correspond (over than 6 months) at health care center (puskesmas) Tebet District South Jakarta, the second way to get secondary data by using notes and reports from the amount of patient visit also health care centre (puskesmas) profile. And then from those data will be analyzed in unvariant, bivariant and multivariant. The unvariant result stated 43,3% satisfied and 56,7 % unsatisfied, the bivariant result stated that characteristic and satisfied (tangibles, reliability, responsiveness, assurance, empathy) statistically seen have much more significant relations are sex and occupation. The relations between the characteristic and the level satisfaction which are significant in health care center (puskesmas) Tebet District are sex (p = 0,026) and occupation (p = 0.001). Multivariant analysis result shows that the dominant relations with level satisfaction are occupation (p wald = 0,01 1). To perceive those things above therefore health care center (puskesmas) have to do an evaluation to health care services which are given to drop out patient (over than 6 months) to find the level of satisfaction, so the result can give a big change to repair and to increase health care services that will be. To decrease unsatisfied patient health care center (puskesmas) have to do a strategy step continuously through a discussion in monthly conference (minilokakarya), also make an effective plan, to analyzed the unsatisfied patient by build an effective systems to maintain customer's complaint and make an excellent health care services. References : 56 (1989- 2003)
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13066
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lathifa Khoirunnisa
Abstrak :
Praktek kerja profesi di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo bertujuan untuk memahami peranan, tugas dan tanggung jawab apoteker dalam praktek pelayanan kefarmasian di puskesmas sesuai dengan ketentuan perundangan dan etika farmasi, memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku, wawasan, dan pengalaman nyata untuk melakukan praktek profesi di Puskesmas, memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktik kefarmasian di Puskesmas serta mempelajari strategi dan pengembangan praktek profesi apoteker di Puskesmas, serta mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan tenaga kesehatan lainnya. Praktek profesi dilaksanakan selama Bulan Juli tahun 2016, dengan tugas khusus yaitu melakukan rekapitulasi laporan Penggunaan Obat Rasional POR di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo Periode Januari-Juni 2016. ......The professions internship at Puskesmas Pasar Rebo aim to understand the role, duties and responsibilities of a pharmacist in the practice of pharmacy services in health centers in accordance with the laws and ethics of pharmacy, has the knowledge, skills, attitudes, behaviors, and real experiences to practice the profession in Puskesmas, has a vivid description about problems in pharmaceutical practice in Puskesmas and learn the strategies and activities that can be implemented to developed the practice of pharmacy at Puskesmas, able to communicate and interact with other health professionals. Professions internship held during July 2016, with the specific task to recapitulated the Rational Use of Medicine report in Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo period January June 2016.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library