Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Dhea Ayuningtyas Rahayu
Abstrak :
ABSTRAK Smart Healthy City merupakan salah satu program unggulan Pemerintah Kota Depok sejak tahun 2017 yang merupakan Smart City. Program Smart Healthy City di Kota Depok, bertujuan untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang lebih efektif dan efisien kepada masyarakat dengan memanfaatkan penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi Program Smart Healthy City dalam mendukung penataan pelayanan kesehatan di Kota Depok. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif melalui kegiatan wawancara mendalam dengan sejumlah stakeholders terkait dan melalui studi kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah implementasi Program Smart Healthy City sudah berjalan dengan baik akan tetapi belum dapat dikatakan berhasil karena masih dalam pengembangan dan selama prosesnya belum dapat menciptakan kesuaian hubungan antara Program, Pelaksana Program, dan Kelompok Penerima Manfaat yang optimal.
ABSTRACT mart Healthy City has become a priority of the Government of Depok City since 2017, inspired by the concept of Smart Cities. Smart Healthy City Program in the Depok City, intend to create more effective and efficient health services for the community by utilizing the use of Information and Communication Technology. This study aims to describe the implementation of the Smart Healthy City Program in supporting the health services management in Depok City. This study used a qualitative approach through in-depth interviews with relevant stakeholders and literature study. The results of this study indicate that the implementation of the Smart Healthy City Program has been going well, but it cannot be said to be successful because the program is still under development and during the process it has not been able to create an optimal relationship between the Program, Program Implementer and Beneficiary Group.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oedojo Soedirham
Abstrak :
Kota Sehat merupakan proyek World Health Organization (WHO) yang diluncurkan pada pertengahan tahun 1980-an dengan mengambil tempat untuk yang pertama kali adalah kota-kota di Eropa. Konsep Kota Sehat adalah konsep lama sekaligus baru. ?Lama? berarti telah lama manusia berusaha untuk membuat kota lebih sehat sejak awal peradaban perkotaan (urban civilization). ?Baru? dalam manifestasinya sebagai satu sarana uta- ma promosi kesehatan ? kesehatan masyarakat baru (new public health) ? dalam pencarian Sehat untuk Semua (Health for All). Hal tersebut dipan- dang sebagai ?a means of legitimizing, nurturing, and supporting the process of community empowerment?. Artikel ini mengulas Kota Sehat dalam konteks sustainable communities.

Healthy City is a World Health Organization (WHO) project that launched in mid 1980s with cities at Europe as first attempts. The Healthy City concept is old and new. ?Old? means that since the early urban civilization, human- being striving for better and healthier places to live. ?New? means that it?s one primary manifestation for health promotion ? new public health ? in seeking ?Health for All?. This is seen as ?a means of legitimizing, nurturing, and supporting the process of community empowerment?. The paper re- viewed Healthy City in sustainable communities context.
Universitas Airlangga Surabaya, Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diva Muthia Rahma
Abstrak :
Kabupaten/Kota Sehat merupakan salah satu upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang telah terselenggara selama 18 tahun. Ditemukan bahwa terdapat ketidakselarasan antara pelaksanaan KKS dengan aspek kesehatan. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dampak kesehatan dari penyelenggaraan KKS dengan melihat perbandingan aspek kesehatan (IPKM, UHH, prevalensi TB paru, dan prevalensi diare) antara kabupaten/kota yang menyelenggarakan dan tidak menyelenggarakan KKS, serta kabupaten/kota yang mendapat dan tidak mendapatkan penghargaan Swasti Saba. Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang menggunakan data sekunder terkait pada tahun 2018 yang kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji T-Test. Berdasarkan analisis ditemukan bahwa terdapat perbedaan mean secara statistik dengan rincian kabupaten/kota yang menyelenggarakan KKS maupun mendapat penghargaan Swasti Saba memiliki rata rata IPKM dan UHH yang lebih tinggi daripada yang tidak menyelenggarakan atau tidak mendapat penghargaan. Untuk variabel prevalensi TB paru dan prevalensi diare, disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan mean yang bermakna secara statistik. Dari penelitian ini disarankan bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut terkait dampak kesehatan yang lain maupun melakukan pendalaman dari penelitian ini. Pemerintah dapat mengevaluasi kembali terkait dampak pada aspek kesehatan dari penyelenggaraan KKS. ......Kabupaten/Kota Sehat is one of the efforts to improve public health status which has been held for 18 years. It was found that there was a mismatch between the implementation of the KKS and the health aspects. Therefore, this study aims to describe the health impact of KKS implementation by looking at comparisons of health aspects (IPKM, UHH, pulmonary TB prevalence, and diarrhea prevalence) between districts/cities that organize and do not organize KKS, and districts/cities that get and did not get the Swasti Saba award. This research is a descriptive study using related secondary data in 2018 which then analyzed univariately and bivariately using the T-Test. Based on the analysis, it was found that there was a difference in the mean statistically where the districts/cities that organized KKS or received the Swasti Saba award had a higher average IPKM and UHH than those that did not organize or did not receive an award. For the variable prevalence of pulmonary TB and prevalence of diarrhea, it was concluded that there was no statistically significant mean difference. From this study, it is suggested that future researchers can explore further related to other health impacts as well as deepen the results of this research. The government can re-evaluate the impact on the health aspect of the KKS implementation.
2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Budi Utami
Abstrak :
ABSTRAK Keberhasilan pelaksanaan program pembangunan dipengaruhi oleh manusia. Hardjasoemantri dalam "Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (1986)" berpendapat bahwa kunci berhasilnya program pembangunan di bidang lingkungan hidup ada di tangan manusia dan masyarakat. Karena itu sangatlah penting untuk menumbuhkan pengertian, motivasi dan penghayatan di kalangan masyarakat untuk berperanserta dalam mengembangkan lingkungan hidup. Kesadaran masyarakat merupakan landasan motivasi untuk berperanserta dalam pengelolaan lingkungan hidup. Salim (1987:12) berpendapat bahwa keberhasilan pembangunan akan dapat dicapai apabila penduduk telah memiliki sikap yang mantap terhadap keselarasan lingkungan. Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup di daerah, Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Surakarta telah menetapkan program pembangunan yang diberi nama Program Solo Berseri yaitu suatu upaya untuk mewujudkan kota Solo yang bersih, sehat, rapi dan indah. Untuk dapat mencapai keberhasilan program tersebut diperlukan adanya suatu usaha agar perilaku dan kesadaran masyarakat terhadap Program Berseri membudaya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya kesadaran masyarakat akan Program Berseri diharapkan masyarakat dapat berperanserta dalam keberhasilan Program Berseri. Dari hasil penelaahan pustaka dan pengamatan disimpulkan bahwa kesadaran masyarakat dalam mengelola lingkungan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri masyarakat tersebut, di mana penulis batasi meliputi lama tinggal, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan kelembagaan sosial. Adapun faktor eksternal adalah faktor dari luar diri masyarakat, yaitu peranan pemerintah dalam penyuluhan program dan penyediaan sarana kebersihan. Interaksi dari faktor-faktor tersebut akan melahirkan kesadaran masyarakat untuk melakukan penghijauan/tamanisasi, membayar retribusi kebersihan, mengelola sampah rumah tangga, menjaga kebersihan lingkungan dan berpartisipasi dalam penyuluhan program Solo Berseri, sehingga program Solo Berseri dapat berhasil. Atas dasar hal tersebut disusun hipotesis yaitu: 1. Semakin lama masyarakat tinggal akan semakin tinggi tingkat kesadarannya dalam melaksanakan program Solo Berseri; 2. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat akan semakin tinggi tingkat kesadarannya; 3. Semakin tinggi pendapatan masyarakat akan semakin tinggi tingkat kesadarannya; 4. Semakin besar keterlibatan masyarakat dalam kelembagaan sosial akan semakin tinggi tingkat kesadarannya; 5. Semakin intensif penyuluhan program Berseri yang diberikan oleh Pemerintah -Daerah akan semakin tinggi tingkat kesadarannya; 6. Semakin memadai penyediaan sarana kebersihan akan semakin tinggi tingkat kesadarannya. Untuk membuktikan hipotesis di atas, dilakukan pengumpulan data primer dengan menggunakan daftar pertanyaan tentang keenam faktor yang penulis anggap mempengaruhi tingkat kesadaran masyarakat dan tentang pelaksanaan program Solo Berseri. Lokasi pengambilan sampel ditetapkan secara multi-stage dari tingkat kecamatan hingga tingkat RW, kemudian dari masing-masing RW yang terpilih mewakili populasi ditentukan respondennya secara proporsional, dan terpilih 130 responden dari empat RW yang terpilih. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel independen dengan vaxiabel dependen digunakan rumus koefisien korelasi Spearman yang dihitung melalui program SPSS for MS Windows Release 6.0, serta untuk mengetahui besarnya pengaruh digunakan uji koefisien determinasi. Berdasarkan uji dimaksud, maka disimpulkan sebagai berikut: (1) Terdapat tiga variabel penelitian yang mempengaruhi kesadaran masyarakat dalam keberhasilanprogram Berseri, yaitu: a. Variabel lama tinggal, di mana besarnya koefisien korelasi Spearman 0,4539 pada taraf signifikan 0,000 dengan kontribusi 20,60%; b. Variabel penyuluhan program Berseri, dengan koefisien korelasi Spearman 0,2567 padataraf signifikan 0,003 dan kontribusi variabel ini terhadap kesadaran masyarakatsebesar 5,28%; c. Variabel penyediaan sarana kebersihan, koefisien korelasi Spearmannya 0,2295 pada taraf signifikan 0,009 serta kontribusinya sebesar 6,59%; (2) Jika dilihat dari besarnya persentase tiap-tiap kategori untuk ketiga faktor yang mempengaruhi kesadaran masyarakat tersebut di atas, maka terbukti bahwa: a. Semakin lama masyarakat tinggal, semakin tinggi tingkat kesadarannya dalam melaksanakan program Berseri; b. Semakin intensif penyuluhan program Berseri yang diberikan oleh Pemerintah Daerah, semakin tinggi tingkat kesadarannya; c. Semakin memadai penyediaan sarana kebersihan, semakin tinggi tingkat kesadarannya. (3) Upaya-upaya yang telah dilakukan Pemda Kodya Surakarta diantaranya adalah: a. Penyediaan tempat pembuangan sampah akhir (TPA) seluas 17 Ha di Putri Campo; b. Penyediaan angkutan sampah yang memadai; c. Penyediaan tenaga kebersihan sampah dan penyuluh kebersihan yang mencukupi; d. Pemasangan tanda-tanda peringatan tentang kebersihan kota; e. Adanya petugas pengawas kebersihan kota; f. Melakukan pendekatan kepada masyarakat secara terus-menerus; g. Memberi subsidi dana kebersihan, dan h. Mengaktifkan peranserta masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 130 responden yang kesadaran masyarakatnya tinggi sebesar 39,20%, yang cukup tinggi sebesar 43,10% dan yang rendah sebesar 17,70%.
ABSTRACT The key of successful development programmed on environment is in the hands of the people and the community So it is very important to develop understanding, motivation and comprehension of the community to participate in environmental development (Hardjasoemantri, 1986:19). Community awareness is the foundation of motivation for participation in environmental management. Salim (1987:12) stated that the success of development can be achieved if the community have a consistent attitude toward the harmony of environment. To implement environmental management in the area, the Municipal Government of Surakarta has launched the development programmed called "Berseri Programmed", an effort toward the realization of Solo to become a clean, healthy, tidy and beautiful city. In order to render this development programmed successful, efforts are needed to make the behavior and community awareness for Berseri Programmed into a way of life. And with this community awareness for Berseri Programmed, the community can participate in the success of Berseri Programmed. The results of the literature study and observation conclude that community awareness in environmental management is influenced by two factors, namely, internal and external factors. Internal factors are factors in the community itself. Those factors are: duration of stay, level of education, level of income and social institutions. External factors are factors outside of the community. Those factors are: the role of the government, the role in dissemination of the programmed and availability of cleanliness utilities. Interactions of two factors will reveal community awareness to provide green landscapes, pay the cleanliness retribution, manage the domestic waste properly, keep the environmental cleanliness and participate in the education program of Berseri Programmed. In so doing the Berseri Programmed will definitely be successful. Based on the above facts, the hypotheses are formulated as follows: 1) The longer the duration of stay in Solo, the higher the level of community awareness will be achieved to implement the Berseri Programmed; 2) The higher the level of education, the higher the level of community awareness will be; 3) The higher the level of income, the higher the level of community awareness will be; 4) The more intensive to take part in social institution, the higher the level of community awareness; 5) The more intensive the information dissemination of Berseri Programmed carried out by the Regional Government, the higher the level of community awareness; 6) The more adequate the availability of cleanliness utilities, the higher the level of community awareness. To prove the above hypotheses, primary data collection was conducted, by way of interviews using structured questionnaires on Six factors that was assumed to have influence on the level of community awareness and on the implementation of Berseri Programmed. Sample locations were taken by multi-stage method commencing at the Kecamatan/sub district level down to the RW level. Thence, from the proportionally selected four RW, some 130 respondents were selected. To test the presence of influence of dependent and independent variables, statistical tests were applied using Spearman correlation coefficient with SPSS Programmed for MS Windows Release 6.0; while determination coefficient test was also conducted to measure the degree of influence between the two variables. The test results disclosed that: (1) There are three study variables which influenced community awareness in the success of Berseri Programme, namely: a. The duration of stay variable where the magnitude of Spearman correlation coefficient is 0.4539 at the significant level of 0.000, with 20.60% contribution; b. The information dissemination of Berseri Program variable, with Spearman correlation coefficient 0.2567 at the significan Of 0.003 and this variable contribution to community awareness 5.28%; c. The availabality of cleanliness utilities variable, Spearman correlation coefficient is 0.2295 at the significan level of 0.009 and its contribution 6.59% (2) If the percentage of each category of the three factors which influenced community awareness as indicated above is observed, hence, it is proven that: a. The longer the duration of stay, the higher the level of community awareness will be achieved to implement the Berseri Programme; b. The more intensive dissemination of Berseri Programme carried out by the Regional Government, the higher the level of community awareness will be; c. The more adequate availability of cleanliness utilities, the higher the level of community awareness will be. (3) Efforts already carried out by The Regional Government of Surakarta include: a. Provision of final waste disposal site of 17 Ha in Putri Cempo; b. Provision of adequate waste transportation; c. Provision of waste cleanliness personil and sufficient cleanliness health educaters; d. Placement of warning signs on city clean liness; e. The present of city cleanliness supervisor; f. Implementation of continuous approaches toward the community; g. Provision of subsidy of cleanliness fund; h. Activition of community partisipation. The study disclosed that out of 130 respondents 39.20% are of good level community awareness, 43.10% are of moderate level and 17.70% are of poor level community awareness. References : 30 (1977-1997)
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library