Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andini Fitriastuti
"Lapangan geotermal WA merupakan lapangan geotermal yang memiliki sistem vulkanik. Secara geologi, batuan di daerah ini didominasi oleh batuan vulkanik diantaranya lava dan piroklastik yang berumur kuarter. Terdapat dua gunung utama pada lapangan geotermal WA yaitu Gunung W dan Gunung A. Terdapat manifestasi berupa fumarol di puncak Gunung W sehingga dikategorikan menjadi zona upflow sedangkan zona outflow berada di bagian barat dan barat laut Gunung W yang ditandai dengan adanya manifestasi mata air panas Cgr, Cbn, dan Pds. Inversi 3-D magnetotellurik dilakukan untuk mengidentifikasi deep seated heat source yang bertujuan untuk mengetahui hubungan sumber panas Gunung W dan Gunug A apakah merupakan satu bodi atau tidak, serta pengaruhnya terhadap sistem geotermal lapangan WA. Inversi 3-D magnetotelurik dilakukan menggunakan software MT3DInv-X. Hasil dari inversi tersebut, mampu menggambarkan penampang MT hingga kedalaman 20 km. Lapisan konduktif (<16 ohm-m) diindikasikan sebagai clay cap dan memiliki ketebalan 1-2 km. Sedangkan heat source ditandai dengan nilai resistivitas yang tinggi (>100 ohm-m) membentuk satu bodi besar dengan ukuran dan berada di kedalaman yang dalam (> 2.5 km) hingga menerus ke kedalaman 20 km. Heat source tersebut memiliki dua dome yang berbeda, yaitu dome bawah Gunung W dan Gunung A. Keterdapatan dome dapat membantu menganalisis evolusi clay cap pada daerah penelitian. Hasil dari inversi MT menggambarkan bahwa clay cap menebal dari Gunung A dan menipis ke arah Gunung W, maka menurut evolusinya Gunung W merupakan zona yang prospek untuk dikembangkan karena masih memiliki temperatur yang tinggi dibandingkan Gunung A.

The WA geothermal field is a geothermal field that has a volcanic system. Geologically, the rocks in this area are dominated by volcanic rocks including lava and pyroclastic which are quaternary in age. There are two main mountains in the WA geothermal field, namely Mount W and Mount A. There is a manifestation of fumarole at the top of Mount W so that it is categorized as an upflow zone while the outflow zone is in the western and northwestern parts of Mount W which is marked by the manifestation of Cgr hot springs, Cbn, and Pds. 3-D magnetotelluric inversion was carried out to identify deep seated heat sources which aims to determine the relationship between Mount W and Mount A heat source whether it is a single body or not, and its effect on the WA field geothermal system. The 3-D magnetotelluric inversion was performed using the MT3DInv-X software. The results of the inversion are able to describe the cross-section of MT up to a depth of 20 km. The conductive layer (<16 ohm-m) is indicated as clay cap and has a thickness of 1-2 km. While a heat source with a high resistivity value (> 100 ohm-m) forms a large body with a size and is at depth (> 2.5 km) continuously to a depth of 20 km. The heat source has two different domes, namely the lower dome of Mount W and Mount A. The existence of the dome can help analyze the evolution of the clay cap in the study area. The results of the MT inversion show that the clay cap is thickening from Mount A and thinning towards Mount W, so according to its evolution Mount W is a prospective zone for development because it still has a higher temperature than Mount A."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Claudiya A.
"Heat source merupakan parameter yang penting dalam sistem panas bumi. Heat source akan memanaskan fluida atau meteoric water yang terkandung di dalam bumi. Fluida yang terpanaskan ini kemudian akan menghasilkan hot spring dan fumarol di permukaan. Munculnya manifestasi di permukaan dikarenakan adanya patahan yang menghubungkan reservoir dengan permukaan bumi. Maka dari itu, penting untuk mengetahui dimana letak reservoir dan patahan serta strukturnya saat eksplorasi. Selama ini analisis data gravitasi hanya fokus pada reservoir tidak sampai menentukan heat source. Tilt angle atau tilt derivative adalah metode derivative yang dapat digunakan untuk mengetahui kedalaman hot rock. Tilt angle memanfaatkan perbanding antara vertical derivative dengan horizontal derivative. Diharapkan dari penelitian ini kita dapat mengetahui kedalaman hot rock dari sistem geothermal yang berada di gunung lawu dengan menggunakan tilt derivative. Tidak hanya hot rock namun diharapkan juga dari penelitian ini kita dapat mengetahui letak struktur patahan yang kemudian akan digunakan untuk membuat model konseptual geothermal pada sistem geothermal di Gunung Lawu.Heat source merupakan parameter yang penting dalam sistem panas bumi. Heat source akan memanaskan fluida atau meteoric water yang terkandung di dalam bumi. Fluida yang terpanaskan ini kemudian akan menghasilkan hot spring dan fumarol di permukaan. Munculnya manifestasi di permukaan dikarenakan adanya patahan yang menghubungkan reservoir dengan permukaan bumi. Maka dari itu, penting untuk mengetahui dimana letak reservoir dan patahan serta strukturnya saat eksplorasi. Selama ini analisis data gravitasi hanya fokus pada reservoir tidak sampai menentukan heat source. Tilt angle atau tilt derivative adalah metode derivative yang dapat digunakan untuk mengetahui kedalaman hot rock. Tilt angle memanfaatkan perbanding antara vertical derivative dengan horizontal derivative. Diharapkan dari penelitian ini kita dapat mengetahui kedalaman hot rock dari sistem geothermal yang berada di gunung lawu dengan menggunakan tilt derivative. Tidak hanya hot rock namun diharapkan juga dari penelitian ini kita dapat mengetahui letak struktur patahan yang kemudian akan digunakan untuk membuat model konseptual geothermal pada sistem geothermal di Gunung Lawu.

Heat source is the important parameter in geothermal system which is will heats fluid or meteoric water that is contained in the earth. Basically, geothermal system formed as a result of heat transfer from heat source to the surrounding by conduction and convection. Geothermal manifestation occurs because of the propagation of heat from below the surface. The emergence of manifestations at the surface due to the fault that connects the reservoir to the earth rsquo s surface. Therefore, it is important to know where the location of the reservoir, the location of the fault, and the structure of the fault when exploration used gravity method. In general, analysis of gravity data only focus to determine the reservoir . Tilt angle or tilt derivative is a dervative method that can be used to determine the depth of the hot rock. Tilt angle utilizing comparison between vertical derivative with horizontal derivative. The zero contours of the tilt angle correspond to the boundaries of geologic discontinuities and are used to detect the linear features in gravity data. The half distance between 4 and 4 radians is equal to the depth of top of heat source. This research is expected that can we know the depth of top of heat source of geothermal system at Mt. Lawu using tilt derivative.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68018
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahrian Elfinurfadri
"Eksplorasi pada daerah prospek geothermal bertujuan untuk mencari zona reservoir, kriteria zona reservoir yang baik yaitu memiliki temperatur, tekanan dan permeabilitas yang tinggi. Penentuan zona reservoir perlu dilakukan kegiatan survei terpadu 3G meliputi survei geologi, geokimia dan geofisika. Pada lapangan geothermal daerah "F" menggunakan metode remote sensing untuk memetakan struktur dan alterasi di permukaaan. Analisis geokimia digunakan untuk mengetahui karakteristik sistem geothermal dan analisis geofisika digunakan untuk memetakan kondisi sistem geothermal di bawah permukaan. Berdasarkan analisis remote sensing dengan menggunakan teknik band combination secara pengamatan manual diketahui bahwa arah utama dari kelurusan daerah penelitian "F" adalah Barat Laut ndash; Tenggara. Kelurusan ini berkorelasi dengan kemunculan manifestasi permukaan.
Analisis data geokimia menunjukkan bahwa pemetaan zona upflow di tunjukkan oleh kemunculan manifestasi Kaipohan dan hot spring tipe sulfat SO4 , sedangkan zona outflow di tinjukkan dengan kemunculan manifestasi hot spring dengan tipe fluida bikarbonat HCO3 . Data geofisika menggunakan 46 data titik ukur magnetotellurik yang selanjutnya di analisis melalui pola kurva splitting, arah elongasi polar diagram serta melakuian inversi 3D. Berdasarkan analisis tersebut maka diketahui struktur lapisan bawah permukaan dari clay cap dengan nilai resistivitas rendah, reservoir dan heat source. Hasil akhir dari penelitian ini juga akan memberikan implikasi terhadap upaya peningkatan Drilling Success Ratio DSR dalam pemboran dan mengurangi risiko pada tahapan eksplorasi.

Exploration in the geothermal prospect area aims to find the reservoir zone, a good reservoir zone criterion are has high temperature, pressure, and permeability. Determination of reservoir zones needs to be carried out by a 3G integrated survey activity covering geological, geochemical and geophysical surveys. In the geothermal field 39 F 39 , survey is conducted using a remote sensing method to map the structure and alteration on the surface. Geochemical analysis is used to determine the characteristics of geothermal systems and geophysical analysis used to map the condition of geothermal systems beneath the surface. Based on remote sensing analysis by using band combination technique by manual observation, it is known that the main direction of research area ldquo F rdquo straightness is Northwest Southeast. This straightness correlates with the appearance of surface manifestations.
Analysis of geochemical data showed that upflow zone mapping was demonstrated by the emergence of kaipohan and hot spring type sulfate manifestations SO4 , while the outflow zone was presented by the appearance of hot spring manifestation with bicarbonate fluid type HCO3 . Geophysical data uses 46 data of magnetotellurik measuring point which then analyzed by splitting curve pattern, direction of polar diagram elongation, and 3D inversion. Based on these analyzes, it is known that the subsurface structure of clay cap has low resistivity value, reservoir, and heat source. The final results of this study will also provide implications for improving Drilling Success Ratio DSR in drilling and reducing risks at the exploration stage.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T47880
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faris Maulana Yunus
"Wilayah geothermal Tulehu ditandai oleh kemunculan manifestasi permukaan. Tidak ada manifestasi yang mengindikasikan zona upflow. Survei geosains telah dilakukan dan diikuti oleh pengeboran 4 sumur eksplorasi. Namun, penggambaran zona upflow suhu tinggi yang terkait dengan sumber panas masih sulit. Hal ini karena area survei geosains yang dilakukan belum mencakup keseluruhan sistem geotermal (daerah upflow dan outflow). Dugaan keberadaan sumber panas kemungkinan menuju G. Eriwakang seperti yang ditunjukkan oleh distribusi temperatur dari data sumur. Berdasarkan studi data geosains yang tersedia, diintegrasikan dengan data sumur yang ada, maka dibuat model konseptual yang mencakup kemungkinan keberadaan sumber panas (zona upflow) di sekitar G. Eriwakang dan kemunculan manifestasi permukaan sebagai zona outflow. Untuk menyelidiki kemungkinan lokasi sumber panas sistem geotermal Tulehu, maka simulasi reservoir dilakukan berdasarkan model konseptual yang telah dibuat dengan menggunakan simulator TOUGH2/iTOUGH2. Hasil simulasi setelah mencapai kondisi natural state menunjukkan bahwa sumber panas dimungkinkan berada di bawah G. Eriwakang. Hal ini ditunjukkan dengan kesesuaian kurva temperatur vs kedalaman antara hasil simulasi dengan data sumur. Untuk mengkonfirmasi hasil penelitian ini, maka direkomendasikan untuk dilakukan survei geosains lebih lanjut.

Tulehu geothermal area is characterised by surface manifestations. Fumarole and other steam-type manifestations are absent. Geoscientific surveys covering thermal manifestations area have been conducted followed by exploration drillings. However, delineation of high temperature up-flow zone associated with heat source is still challenging, even drilling data from 4 wells could not answer the question yet. Possible existence of the heat source is likely toward Mt Eriwakang as indicated by temperature distribution from wells. Based on the geoscientitic data study, integrated with the existing well data, a conceptual model was developed that includes the possibility of the existence of a heat source (upflow zone) around G. Eriwakang and the appearance of surface manifestations as the outflow zones. To investigate the possible location of the heat source of the Tulehu geothermal system, reservoir simulations using TOUGH2/iTOUGH2 simulator were carried out based on the conceptual model that has been made. Simulation results, after achieving natural state conditions, indicate that the heat source is possibly located under Mt. Eriwakang. This is indicated by the suitability of the temperature vs. depth curve between the simulation results and the well data. Furthermore, to confirm the existence of the heat source, further geoscientific surveys are recommended to be carried out in this area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiandaru Darmawan
"Fase eksplorasi geotermal masih memiliki resiko yang tinggi dan rintangan yang besar bagi industri geotermal. Tujuan utama dari eksplorasi adalah penentuan lokasi pemboran. Kriteria kesuksesan target pemboran adalah area yang memiliki temperatur dan permeabilitas yang tinggi. Temperatur berasosiasi dengan keberadaan sumber panas (heat source) menjadi target dalam penelitian ini dan jumlah energi termal yang tersimpan, sedangkan permeabilitas berhubungan dengan keberadaan struktur geologi baik patahan maupun kekar yang terisi fluida yang dapat menjadi media perpindahan energi panas. Pada penelitian sebelumnya gambaran dari boundary bawah permukaan masih belum tergambar dengan jelas dikarenakan keterbatasan data MT, dan belum dilakukannya analisis data gravity. Untuk mendapatkan informasi tersebut, penelitian ini dilakukan dengan analisis First Horizontal Derivative (FHD) dan Second Vertical Derivative (SVD) serta hasil inversi 3-Dimensi Magnetotelluric (MT) diaplikasikan pada penelitian ini untuk memetakan struktur resistivitas bawah permukaan, juga diketahui daerah reservoir dari Base of Conductor (elevasi BOC di 2000m). Selanjutnya diintegrasikan hasil dari Fault Fracture Density (FFD) untuk melihat sejauh mana pengaruh manifestasi terhadap struktur di permukaan serta gravity untuk mengindentifikasi zona permeabel, agar dapat membantu dalam pembangunan model konseptual serta deliniasi prospek area. Dari hasil analisis terpadu kemudian dapat ditentukan rekomendasi target pemboran. Terdapat 2 titik sumur rekomendasi dibagian utara dan barat Gunung W. Hasil akhir penelitian akan memberikan informasi atas upaya mengurangi risiko pada fase eksplorasi dan meningkatan rasio kesuksesan dalam pemboran. 

The geothermal exploration phase still has a high risk and a large obstacle for the geothermal industry. The main objective of exploration is to determine the location of the drilling. Success criteria for drilling targets are areas that have a high temperature and permeability. The temperature associated with the presence of heat sources is the target in this study and the amount of thermal energy stored, while permeability is related to the presence of geological structures, both fractures and burly filled with fluid which can be a medium of heat energy transfer. In previous studies, the picture of the subsurface boundary was not clearly drawn due to the limitation of MT data, and gravity data analysis had not been carried out. To obtain this information, this study was conducted with First Horizontal Derivative (FHD) and Second Vertical Derivative (SVD) analysis and the results of 3-Dimensional Magnetotelluric (MT) inversion were applied in this study to map the subsurface resistivity structure, also known the reservoir area of the base. of Conductor (BOC elevation at 2000m). Furthermore, the results of the Fault Fracture Density (FFD) are integrated to see the extent of the influence of manifestations on the structure on the surface and gravity to identify the permeable zone, in order to assist in the construction of a conceptual model and delineation of prospect areas. From the results of the integrated analysis can then be determined by drilling target targets. There are 2 recommended well points in the north and west of Mount W. The results of the study will provide information on efforts to reduce risk in the exploration phase and increase the success ratio in drilling. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library