Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agis Setiyowati
"Kawasan hilir Jakarta terdiri dari 43 sistem polder, salah satunya adalah Polder Sunter Timur II. Banjir di Jakarta menyebabkan kerusakan dan kerugian, yang menjadi latar belakang analisis banjir di Polder Sunter Timur II yang dibahas dalam makalah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas polder serta memberikan rekomendasi optimal untuk pencegahan banjir pada sistem Polder Sunter Timur II. Analisis hidrologi dilakukan menggunakan software HEC-HMS, sedangkan analisis banjir menggunakan HEC-RAS (Ras Mapper). Data input yang digunakan dalam pemodelan mencakup Digital Elevation Model (DEM), hidrograf, dan peta penggunaan lahan. Daerah tangkapan air polder Sunter Timur II sebesar 1700 hektar. Analisis curah hujan rencana periode ulang 5 tahun, 10 tahun dan 25 tahun yaitu sebesar 171.18 mm/hari, 190.38 mm/hari, 210.85 mm/hari. Hasil simulasi HEC-HMS didapat debit banjir rencana periode ulang 5 tahun, 10 tahun dan 25 tahun yaitu sebesar 182.3 m3/dt, 208.7 m3/dt, 234.3 m3/dt. Hasil evaluasi efektivitas saluran pada polder Sunter Timur II bervariasi mulai dari 71% hingga 100%. Hasil simulasi HEC-RAS untuk kondisi eksisting menunjukkan luas daerah banjir dengan debit banjir periode ulang 5 tahun, 10 tahun dan 25 tahun adalah 716.98 Ha, 751.38 Ha, 771.90 Ha. Hasil HEC-RAS untuk skenario 1 sampai dengan skenario 4 menunjukkan bahwa skenario 4 terbukti paling efektif dalam mengurangi luas genangan banjir. Perhitungan kerugian ekonomi menunjukkan bahwa skenario 4 bisa menurunkan nilai kerugian paling besar, untuk periode ulang 25 tahun menurunkan kerugian sebesar 12.98% terhadap kerugian eksisting. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka direkomendasikan untuk melakukan peningkatan kapasitas pompa total 18 m3/det, pembangunan waduk dengan luas 26300 m2.

Downstream area of Jakarta is divided into 43 polder systems and one of them is East Sunter II Polder . Flood in Jakarta cause damage and losses are the reason for flood analysis of the East Sunter II Polder presented in this paper. This study aims to obtain the flood area of Polder East Sunter II plan. Hydrological analysis using HEC-HMS software and flood analysis using HEC-RAS (Ras Mapper). Input data used in modeling are Digital Elevation Model (DEM), hydrograph, land use map. Catchment area of the East Sunter II polder is 1700 hectare. Analysis of planned rainfall for 5, 10 and 25 year return periods, namely 171.18 mm/day, 190.38 mm/day, 210.85 mm/day. The HEC-HMS simulation results indicate that the planned flood discharge for return periods of 5, 10, and 25 years is 182.3 m³/s, 208.7 m³/s, and 234.3 m³/s. The evaluation of the effectiveness of the channels in the Sunter Timur II polder varies from 71% to 100%. The HEC-RAS simulation results for existing conditions show the flood area for return periods of 5, 10, and 25 years is 716.98 hectares, 751.38 hectares, and 771.90 hectares. The HEC-RAS results for scenarios 1 through 4 indicate that scenario 4 is the most effective in reducing the flood inundation area. Economic loss calculations show that scenario 4 can reduce the loss value the most significantly, reducing the loss by 12.98% for the 25-year return period compared to the existing condition. Based on the analysis conducted, it is recommended to increase the pump capacity by a total of 18 m³/s and to construct a reservoir with an area of 26300 m²."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santo Ignatius
"ABSTRAK
Ada sekitar 40% dataran di Jakarta yang tidak dapat mengalirkan air secara gravitasi menurut studi dari Jakarta Coastal Defense Strategy. Hal ini mengakibatkan beberapa daerah di Jakarta terjadi genangan banjir. Untuk mengatasi hal tersebut dibuatlah suatu sistem drainase untuk kawasan yang tidak dapat mengalirkan air secara gravitasi, yaitu sistem polder. Ide awal dari sistem polder di Jakarta sebenarnya sudah tercetus sejak zaman penjajahan Belanda, tetapi ide tersebut baru terealisasikan dalam sebuah kajian yang dilakukan oleh NEDECO tahun 1973 berupa masterplan dari sistem drainase di Jakarta. Pada masterplan tersebut diketahui bahwa Jakarta dibuat menjadi suatu sistem polder dengan Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur sebagai pembatasnya. Beberapa kawasan di Jakarta juga dibuat menjadi sistem polder. Salah satunya adalah Sistem Polder Waduk Sunter Utara. Pada kenyataannya walaupun kawasan Sunter Utara sudah dalam bentuk sistem polder, masih terdapat genangan banjir di kawasan tersebut. Untuk mengetahu penyebab genangan banjir di kawasan tersebut dilakukan dengan simulasi menggunakan aplikasi HEC-HMS dan HEC-RAS. Berdasarkan hasil simulasi tersebut diketahui bahwa penyebab genangan banjir di Sistem Polder Waduk Sunter Utara akibat dari kurangnya kapasitas saluran utama dan operasi pompa di sistem polder yang kurang optimum. Sehingga untuk mengatasi genangan banjir tersebut dapat dilakukan dengan memperbesar dimensi saluran utama dan menambah kapasitas serta mengubah elevasi operasi pompa.

ABSTRACT
There are around 40% of the plains in Jakarta that cannot drain water by gravity according to a study from the Jakarta Coastal Defense Strategy. This resulted in several flood areas in Jakarta. To overcome this problem, a drainage system is created for areas that cannot drain water by gravity, which was named polder system. The initial idea of ​​a polder system in Jakarta had actually emerged since the Dutch colonial era, but the idea was actualized in a study conducted by NEDECO in 1973 in the form of a master plan of a drainage system in Jakarta. In the master plan, it is known that Jakarta is made into a polder system with the West Flood Canal and the East Flood Canal as a barrier. Some areas in Jakarta are also made into polder systems. One of them is the North Sunter Polder System. In fact, even though the North Sunter area is already in the form of a polder system, there is still flood in this area. To find out the cause of flood inundation in the area, it can be known by simulation using the HEC-HMS and HEC-RAS applications. Based on the simulation results it is known that the cause of flood inundation in the North Sunter Polder System is due to the lack of main channel capacity and less optimum pump operation in the polder system. So that to overcome the flood inundation can be done by enlarging the dimensions of the main channel and increasing capacity and changing the pump operating elevation."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kittiwet Kuntiyawichai
"Rapid socio-economic development along with exceptional rainfall can potentially exacerbate risk of flood damage to life and property in the lower Nam Phong River Basin. In relation to this, the non-structural measures including risk-based zoning could be considered as an effective solution in mitigating the flood threat in the future. Thus, a coupling of the hydrological model HEC–HMS and hydrodynamic model HEC–RAS, which increases the robustness and predictability to the overall findings, was applied to assess flood hazard in this study. The outcomes highlighted that the applications of the HEC–HMS and HEC–RAS models are suitable for the study area with the Nash-Sutcliffe Efficiency (ENS) varied between 0.75 to 0.87 and the coefficient of determination (R2) ranged between 0.81 to 0.92. Moreover, the flood zone mapping was also carried out based on the Flood Hazard Rating (FHR) analysis. As a result, the flood hazard areas were determined which covers about 16.5% of the total river basin areas, and it was classified into four zones, i.e. extreme (18.79% of inundated area), high (46.33% of inundated area), moderate (18.24% of inundated area), and low (16.64% of inundated area), respectively. The obtained findings can be useful as the adaptation guideline for water resources planning and flood management in the lower Nam Phong River Basin and other parts of Thailand."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2016
UI-IJTECH 7:7 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pranita Giardini
"Program yang berguna untuk memprediksi debit limpasan dari peristiwa hujan di daerah aliran sungai adalah HEC-HMS. Hasil hidrograf analisis HEC-HMS akan bergantung pada karakteristik DAS. Arc-Hydro dan HEC-Geo HMS adalah program yang biasanya digunakan dalam permodelan hidrologi dalam Sumber Daya Air. Arc-Hydro digunkana dalam input topografi menggunakan informasi dari Peta DEM untuk mendeliniasi DAS. Selanjutnya, dalam memvisualisasikan karakteristik DAS, digunakan HEC-Geo HMS. Hasil analisis Arc-Hydro tergantung pada sensitivitas peta topografi. Karena bentuk permukaan yang kompleks dikarenakan efek dari urbanisasi di daerah perkotaan menyebabkan banyaknya modifikasi pada pola jalur jaringan alami. Hal ini, akan mempersulit program Arc-Hydro dalam menentukan batas DAS sehingga dihasilkan penentuan batas DAS yang tidak sesuai yang akan berdampak pula pada penentuan karakteristik DAS. Penelitian ini akan membandingkan dan menganalisis perbedaan penentuan batas DAS di wilayah urban dan rural oleh Arc-Hydro dengan editor vertex dan dampaknya terhadap respons DAS. Berdasarkan hasil penelitian, dihasilkan luas tangkapan hasil deliniasi Arc-Hydro dengan deliniasi manual (hasil validasi ke lapangan) memiliki perbedaan yang signifikan pada daerah urban dibandingkan dengan daerah rural. Hasil tersebut juga berdampak signifikan pada hasil simulasi hidrograf limpasan banjir di wilayah urban. Maka disimpulkan bahwa penentuan batas DAS di wilayah urban tidak hanya dapat mengandalkan program Arc-Hydro, melainkan perlu dilakukan validasi ke lapangan agar dihasilkan batas DAS yang sesuai pada lokasi.

A useful program for predicting runoff discharge from rain events is HEC-HMS. The results of the HEC-HMS hydrograph depends on the characteristics of the watershed. Arc-Hydro/HEC-Geo HMS are programs that are usually used in hydrological modelling in Water Resources. Arc-Hydro is used to make topographic input using information from the DEM Map to delineate watershed. Next, in visualizing the characteristics of the watershed, HEC-Geo HMS is used. The results of the Arc-Hydro analysis depends on the sensitivity of the topographic map. Due to complex surface shapes because of the effect of high-level urbanization in urban areas, it caused that there is so many modification on the natural network path. This will complicate the Arc-Hydro program in determining watershed boundaries. The objective of this research is to analyse the performance of Arc-Hydro to make a watershed delineation and their influence on the watershed responses using HecGeo-HMS. Based on the results of the study, the resulting catchment area of the Arc-Hydro delineation with manual (based on the field survey) deliniation has a significant difference in urban areas compared to rural areas. These results also have a significant impact on the results of hydrograph simulations of flood runoff in urban areas. So it was concluded that the determination of watershed boundaries in urban areas does not only rely on the Arc-Hydro program, but needs to be validated to the field in order to produce an accurate watershed boundary."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Nadhirah Nurul Saleha
"Penelitian ini menyelidiki perubahan tutupan lahan antara tahun 2009 dan 2021 di area penelitian dan dampaknya terhadap debit banjir desain dan luasan tergenang. Temuan ini mengungkapkan tren signifikan dalam transformasi tutupan lahan. Perubahan ini telah menyebabkan peningkatan debit puncak dan luasan tergenang di DAS Citarum Hulu. Analisis menunjukkan bahwa tutupan pertanian meningkat sebesar 3,44% dari total DAS, area permukiman berkembang sebesar 5,86%. Sebaliknya, area hutan mengalami penurunan sebesar 6,65%, menunjukkan potensi deforestasi. Lahan terbuka dan semak/plantasi juga menunjukkan perubahan, kenaikan sebesar 0,35% pada lahan terbuka dan penurunan sebesar 3,17% pada semak/plantasi. Badan air mengalami peningkatan kecil sebesar 0,16% akibat pengembangan infrastruktur air. Dengan menggunakan HEC-HMS, simulasi menunjukkan peningkatan debit puncak sebesar 24,07%, 15,96%, 14,05%, dan 12,20% untuk periode 5 tahun, 25 tahun, 50 tahun, dan 100 tahun pada skenario tutupan lahan 2021 dibandingkan dengan skenario 2009. Analisis luasan tergenang dengan HEC-RAS 2D Rain-on-Grid menunjukkan peningkatan konsisten dalam luasan tergenang pada periode pengembalian yang berbeda. Luasan tergenang meningkat 2,1%, 2,2%, 2,3%, dan 2,6% untuk periode 5 tahun, 25 tahun, 50 tahun, dan 100 tahun, baik untuk skenario tutupan lahan yang 2009 maupun 2021. Selanjutnya, hasil ini mengungkapkan perubahan dalam persentase luasan tergenang berdasarkan kelas tutupan lahan pada skenario 2009 dan 2021. Persentase luasan tergenang di area pertanian mengalami penurunan, sementara area permukiman mengalami peningkatan luasan tergenang. Ekspansi area pertanian dan permukiman, bersama dengan penurunan luasan hutan, telah berkontribusi pada peningkatan risiko banjir. Hasil penelitian ini menekankan pentingnya mempertimbangkan parameter infiltrasi dan area tak tembus air untuk mengurangi limpasan air dan dampak banjir potensial.

This study investigates the land cover changes between 2009 and 2021 in the study area and their impacts on design flood discharge and flooded areas. The findings reveal significant trends in land cover transformation. These changes have led to increased peak discharge and flooded areas in the Upper Citarum watershed. The analysis shows that agriculture cover increased by 3.44% of the total watershed, while built-up areas expanded by 5.86%. In contrast, forested areas experienced a decline of 6.65%, indicating potential deforestation issues. Open land and shrubs/plantations also showed slight changes, with a modest increase of 0.35% in open land and a decrease of 3.17% in shrubs/plantations. The water bodies witnessed a minor increase 0.16% due to water infrastructure development. Using HEC-HMS, simulations indicate an increase in peak discharge by 24.07%, 15.96%, 14.05%, and 12.20% for for the 5-year, 25-year, 50-year, and 100-year return periods in the land cover 2021 scenario compared to the 2009 scenario. The flooded area analysis using the HEC-RAS 2D Rain-on-Grid model demonstrates a consistent increase in flooded areas across different return periods. The flooded area increased by 2.1%, 2.2%, 2.3%, and 2.6% for the 5-year, 25-year, 50-year, and 100-year return periods, respectively for both land cover scenarios. Furthermore, the analysis reveals changes in the percentage of flooded areas based on land cover classes between land cover 2009 and 2021 scenarios. The percentage of flooded agricultural areas decreased, while built-up areas experienced an increase in flooded areas. Overall, the findings highlight the influence of land cover changes on peak discharge and flooded areas. The expansion of agriculture and built-up areas, along with a decline in forested areas, has contributed to increased flood risks. The results emphasize the importance of considering infiltration parameters and impervious areas to mitigate runoff and potential flooding impacts.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Nafis Kamil
"Banjir adalah bencana umum yang sering terjadi di Jakarta dan disebabkan oleh banyak faktor. Kondisi topografi adalah salah satu alasan mengapa banjir sering terjadi di Jakarta, karena ketinggian Jakarta dikategorikan sebagai daerah dataran rendah. Daerah dataran rendah memiliki risiko banjir yang tinggi karena air akan mengalir ke daerah tersebut secara alami (Dahlia, Tricahyono, NH, & Rosyidin, 2018). Selain itu, Jakarta merupakan hilir dari 13 sungai yang berasal dari provinsi tetangga. Untuk mengatasi banjir akibat badai, Pemerintah Provinsi Jakarta membuat dua kolam retensi di Kampung Rambutan untuk menahan aliran pada DAS Cipinang. Fungsinya adalah mengurangi puncak debit banjir dengan menahan sebagian air dan melepaskannya secara perlahan setelah badai berlalu. Daerah hulu DAS Cipinang berada di wilayah Cibinong, sedangkan hilirnya berada sebelum Sodetan Ciliwung. Simulasi hidrologi dilakukan menggunakan HEC-HMS dan genangan dimodelkan dengan HEC-RAS. Simulasi yang dijalankan oleh HEC-HMS menunjukkan pengurangan puncak debit yang disebabkan oleh kolam retensi 1 antara 13,59% dan 15,38%, sedangkan kolam retensi 2 menyebabkan peningkatan puncak debit antara 0% hingga 0,92%. Simulasi HEC-RAS menunjukkan pengurangan luas genangan antara 0,35% hingga 1,83%.

Flooding is a common disaster occurring in Jakarta and caused by many factors. Topographical conditions are one of the reasons it’s common to flood in Jakarta as the elevation of Jakarta is categorized as lowland area. Lowland areas have a high risk of flooding because water will to lowland area naturally (Dahlia, Tricahyono, NH, & Rosyidin, 2018). In addition, Jakarta is a downstream of 13 rivers of all the river from neighbouring province. To combat flooding caused by storm, Jakarta’s Province Government create two retention ponds in Kampung Rambutan to intercept discharge in Cipinang Watershed. It uses is to reduce peak flood discharge by retaining some of the water and discharging it slowly after the storm passes. Cipinagn watershed upstream is in Cibinong area while the downstream is before Sodetan Ciliwung. Hydrological simulation performed using HEC-HMS and the inundation is modelled with HEC-RAS. Simulation run by HEC-HMS show a reduction of peak discharge after caused by retention pond 1 between 13.59% and 15.38% while retention pond 2 cause an increase of peak discharge between 0% to 0.92%. HEC-RAS simulation shows a reduction of inundation area between 0.35% to 1.83%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Yumna Adwitiya
"DKI Jakarta merupakan Provinsi dengan pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang cepat. Hal ini akan menyebabkan meningkatnya permintaan lahan. Dalam memenuhi kebutuhan tempat tinggalnya, terdapat beberapa titik di DKI Jakarta yang menjadi Kawasan padat penduduk. Hal ini tentunya berdampak pada perubahan luas penggunaan lahan termasuk luas ruang terbuka hijau (RTH). Akibatnya, Jakarta setiap tahunnya saat musim hujan berpotensi terdampak banjir. Oleh sebab itu, untuk mengatasi masalah di daerah tersebut, dibuatlah sistem polder.
Sistem polder dinyatakan efektif dalam menyelesaikan masalah banjir terutama di Jakarta yang tidak dapat mengalirkan air secara gravitasi. Lokasi yang akan diteliti pada skripsi ini adalah Polder Johar Baru yang terletak di Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dan merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Kecamatan Johar Baru adalah salah satu daerah yang berpotensi terdampak banjir setiap tahunnya karena merupakan salah satu kecamatan dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan lokasinya yang diapit oleh Sungai Ciliwung dan Kali Baru Timur.
Lokasi penelitian adalah area sistem polder Johar Baru bagian Timur. Area polder Johar Baru yang diteliti dibagi menjadi 7 Sub-DTA berdasarkan letak saluran dan jalan Dalam penelitian ini dilakukan simulasi hidrologi dan hidrolika. Simulasi Hidrologi dilakukan menggunakan software HEC-HMS dengan dua skenario berbeda untuk membandingkan debit yang dihasilkan sebelum dan sesudah pompa dipasang. Analisis pada penelitian ini akan menunjukkan perbandingan debit serta waktu yang dibutuhkan untuk air keluar dari area penelitian. Kemudian dilakukan simulasi hidrolika menggunakan software HEC-RAS untuk melakukan pemetaan luas dan kedalaman genangan banjir dengan tiga skenario berbeda yaitu kondisi sebelum dan sesudah terpasang pompa berdasarkan Masterplan DSDA DKI Jakarta serta rekomendasi penempatan dan kapasitas pompa oleh penulis. Analisis yang dilakukan berupa perbandingan hasil luasan genangan serta kedalamannya dari ketiga skenario. Sehingga dapat diketahui skenario mana yang paling signifikan untuk mengurangi luas serta kedalaman genangan.

DKI Jakarta is a province experiencing rapid population growth and development, leading to increased land demand. To meet residential needs, certain areas in DKI Jakarta have become densely populated . This has certainly affected changes in land use, including the area of green open spaces (RTH). As a result, Jakarta is prone to flooding during the rainy season every year. Therefore, a polder system has been implemented to address this issue.
The polder system has been deemed effective in solving flood problems, especially in Jakarta where gravitational water flow is insufficient. The focus of this thesis is on Polder Johar Baru, located in Central Jakarta, the result of the subdivision from Cempaka Putih District, Central Jakarta. Johar Baru is one of the areas susceptible to annual flooding due to its high population density and its location surrounded by the Ciliwung River and East New River.
The research location is in the eastern part of the Polder Johar Baru system. The studied area of Polder Johar Baru is divided into 7 Sub-DTA based on canal and road locations. This study involves hydrological and hydraulic simulations. Hydrological simulations are performed using HEC-HMS with two different scenarios to compare the discharge generated before and after pump installation. The analysis in this study will show the comparison of discharge rates and the time required for water to exit the research area. Subsequently, hydraulic simulations using HEC-RAS are conducted to map the extent and depth of flood inundation under three different scenarios: conditions before and after pump installation based on the Masterplan DSDA DKI Jakarta, and recommendations for pump placement and capacity by the author. The analysis compares the extent and depth of inundation from the three scenarios. This will determine which scenario is most significant in reducing the extent and depth of inundation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilang Yahya Naqsyabandi
"Secara geografis, Jakarta dibagi menjadi hulu dari 13 sungai dan terletak di daerah dataran rendah (Napier, 2021). Menurut laporan BPBD DKI Jakarta tahun 2018, terdapat 7.228 rumah tangga atau 11.450 orang yang terdampak banjir pada Selasa sore, 6 Februari 2018. Salah satu pendekatan pengurangan banjir yang mengurangi kerusakan akibat banjir adalah bendungan kering. Bendungan kering adalah daerah tangkapan yang dirancang untuk menampung kelebihan air selama banjir sambil memungkinkan air mengalir bebas dalam situasi normal. Ini adalah metode mitigasi banjir jangka pendek yang menahan air untuk durasi singkat sebelum melepaskannya secara bertahap untuk mencegah banjir di hilir. Analisis efektivitas bendungan kering dilakukan dengan analisis daerah aliran sungai menggunakan ArcGIS, curah hujan rancangan, analisis model hidrologi menggunakan HEC-HMS, dan analisis model tingkat air menggunakan HEC-RAS dengan dan tanpa bendungan untuk periode ulang 50 tahun, 100 tahun, dan banjir maksimum yang mungkin terjadi (PMF). Hasil perbandingan pengurangan banjir dan tingkat air dianalisis berdasarkan perubahan debit, tingkat air di Bendung Katulampa, dan tingkat peringatan di Bendung Katulampa. Debit dari pemodelan dikalibrasi dengan data aktual menggunakan analisis NSE, yang menghasilkan nilai 0,872; diklasifikasikan sebagai baik. Tingkat air dan tingkat peringatan untuk Tr 50 tahun di Bendung Katulampa berubah dari 2,59 m menjadi 1,98 m atau sebesar 24%, dan tingkat peringatan turun dari level 1 ke level 2. Namun, untuk Tr 100 tahun, tingkat peringatan tidak berubah karena tetap tercatat pada level 1, dan model PMF tidak dapat ditampung oleh bendungan karena melebihi elevasi maksimum.

Geographically, Jakarta becomes the headwaters of 13 rivers and is located in the lowlands area. (Napier, 2021). According to the DKI Jakarta BPBD report 2018, there were 7,228 households or 11,450 people affected by the floods on Tuesday afternoon, 6th February 2018. One of flood reduction approaches that reduce the damage caused by flooding is dry dam. Dry dams are catchment areas designed to hold surplus water during flooding while allowing water to flow freely under normal situations. This is a short-term flood mitigation method that holds water for short duration before gradually releasing it to prevent downstream flooding. The analysis of effectiveness of dry dams conducted by watershed analysis on ArcGIS, design rainfall, hydrological model analysis on HEC HMS, and water level model analysis on HEC-RAS with and without dams for 50, 100 years, and probable maximum flood (PMF) return period. The comparison between result in flood reduction and water level would be analyzed as the changes in discharge, water level at Katulampa Weir, and warning level at Katulampa Weir. The discharge from modelling calibrated to the actual data by NSE analysis, which resulted in 0.872; classified as good. The water level and warning level were resulted for Tr 50 years at Katulampa Weir changed from 2.59 m to 1.98 m by 24% and so the warning level from level 1 to level 2. However, for TR 100 years the warning level did not change as it was recorded at level 1 and the PMF model could not be accommodated by the dams as it exceeded the maximum elevation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sepanie Putiamini
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh distribusi curah hujan dan karakteristik fisik setiap sub-DAS Ci Liwung Hulu yang terdiri dari topografi, jenis tanah dan penggunaan tanah terhadap debit aliran Daerah Aliran Ci Liwung Hulu. Metode yang digunakan adalah Soil Conservation Service (SCS) yang disimulasikan menggunakan model hujan-debit HEC-HMS yang di validasi menggunakan metode RMSE dan Nash.
Hasil pengolahan data menunjukan bahwa karakteristik dan distribusi hujan setiap sub-DAS mempengaruhi besar kecilnya debit yang dihasilkan. Sub-DAS Ci Liwung (Tugu) merupakan sub-DAS yang menghasilkan sumbangan debit terbesar pada DA Ci Liwung Hulu pada kejadian banjir Tahun 2002 dan 2007.
Berdasarkan hasil validasi, simulasi, data curah hujan radar cuaca memiliki nilai simpangan yang lebih kecil dibandingkan data curah hujan observasi. Penggunaan data radar cuaca memberikan gambaran distribusi hujan spasial dengan resolusi tinggi dan dapat digunakan untuk memprediksi debit aliran yang dihasilkan oleh suatu Daerah Aliran Sungai (DAS).

This study aims to determine impact of rainfall distribution and physical characteristics in each sub-watershed towards run-off in the Upper Ci Liwung Watershed. It consist of topography , soil type and land use. The method utilizing Soil Conservation Service (SCS ) applied on HEC - HMS rainfallrunoff model and was validated using the RMSE and Nash.
The results show that the physical characteristics and rainfall distribution of each sub-watershed has significant impact on the run-off in Upper Ci Liwung Watershed especially sub-watershed Ci Liwung ( Tugu) on the flood events of 2002 and 2007.
Based on the simulation validation result, weather radar rainfall data has a deviation value smaller than rainfall data of observation . Weather radar data provide accurate rainfall measurements at high resolution and can be applied to predict run-off in watershed.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T38635
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library